Jumat, 15 Mei 2009

Reflections

Ketika kita bercermin, apa yang kita rasakan saat bagian dari diri kita dalam cermin tersebut tak sesempurna yang kita fikirkan, ia hanyalah bagian dari diri kita yang terlupakan. Cermin yang paling jujur ialah cermin hati. Yang tak dapat berbohong dan tak dapat menghindari suatu kenyataan. Ketika bercermin, pertanyaan tentang ‘siapa kita sebenarnya’ muncul dan terjawab sendiri dengan apa yang kita hasilkan selama ini. Dan hal ini terjadi pada si kembar kontroversial Danisha dan Dirghantara, yang satu sama lain tidak pernah menyadari pencerminan diri mereka masing-masing. Mereka tidak pernah merasa sama dalam hal apapun. Mereka terlahir dan disambut oleh senyuman para manusia mulia yang mereka sebut ayah dan bunda. Namun, saat si kembar berusia 7 tahun, mereka terpisah karena sesuatu hal yang sangat tidak disukai Allah, yaitu perceraian. Perceraian ayah dan bunda memang tidak begitu mereka pahami saat waktu kecil, yang mereka sadari ialah hanya ‘mengapa hari ini tidak seperti hari biasanya, seperti ada yang hilang, tapi apa yang hilang itu’ mereka hanya menyadari ada yang hilang dari diri mereka, tanpa mengetahui apa, siapa dan bagaimana…Danisha dan Dirgha baru menyadari perasaan yang sesungguhnya saat di bangku SMA. Sudah hampir 10 tahun mereka hanya bertemu jika ada hari-hari spesial, seperti hari raya dan libur semester. Danisha berkembang menjadi anak yang mungkin ‘kurang baik’ untuk pergaulan seusianya. Danish bergaul dengan orang-orang yang dalam hidupnya tidak mempunyai impian yang harus dicapai, tujuan hidup pun terbang entah kemana. Jika melihat penampilnnya berangkat ke sekolah, ia memakai jilbab rapi, walau tak sesuai aturan sekolahnya yang harus sesuai syar’i. Namun setelah di luar jam sekolah, ia membuka jilbabnya tanpa ragu. Danissha dibesarkan oleh seorang ayah yang menikah lagi dengan wanita yang menurut ayahnya ‘pilihan terbaik untuk Danissha’ tapi Danish berpikir wanita itu ‘pilihan terbaik untuk ayah’ saja. Apalagi wanita itu membawa 1 anak perempuan yang hanya berbeda 2 tahun dengannya. Hal itu yang menyebabkan Danish berkembang menjadi gadis yang amat pemarah, egois dan acuh terhadap hidupnya sendiri. Berbeda dengan Dirgha yang hidupnya lebih terarah. Hidup dengan seorang ibu yang dengan tegar tetap hidup sendiri tanpa suami, sedangkan ia harus berpisah dengan anak perempuan satu-satunya, sampai dilarang bertemu dengannya walau hanya sebentar. Tapi baginya kehadiran Dirgha sudah membuatnya terobati, karena Dirgha adalah anak yang baik dan penurut, dari kecil ia selalu menurut. Selalu mengalah jika berkelahi dengan saudara kembarnya, selalu taat azaz dan konsisten dalam meraih impiannya. Terbukti ia selalu juara umum di sekolahnya. Belum lagi ia menjuarai lomba-lomba tilawah Al-Quran dan sejumlah Olimpiade di SMA-nya yang memang bernuansa keislaman. Semua siswi wajib memakai jilbab di SMA tersebut. Ia sangat ingin membasmi kemunafikan di sekolahnya. Maksudnya, jika sudah di luar area sekolah, banyak siswi yang melepaskan jilbabnya dengan tragis. Dan itu yang ia perhatikan dari saudara kembarnya, Danish.Perbedaan yang sangat mencolok antara mereka berdua membuat mereka populer di seluruh pelosok sekolah, hingga Adik-adik kelas pun mengetahuinya. Kembar kontroversial yang sanggup membuat para guru menggelengkan kepala. Dirgha yang sering menyumbangkan piala atas loyalitasnya pada keorganisasian, OSIS, Olimpiade matematika, dan lomba Tilawah Al-Quran. Beserta banyak prestasi lainnya yang membuat guru-guru mengangkat jempol mereka ke atas. Berbeda dengan Danissha yang sehari-harinya menurut Dirga mengamalkan semboyan ‘Hidup segan, mati tak mau’ Danish sering dikeluarkan saat jam pelajaran karena selalu mendengarkan musik saat guru menerangkan, sering masuk ruang BK karena ketahuan melepas jilbabnya saat istirahat, sering terlambat dan berdiri di depan tiang bendera saat terlambat upacara, dan pernah menabrak anak orang dari SMA lain hingga SMA yang bersangkutan melapor, meminta ganti rugi atas siswanya yang akan menghadapi ulangan semester mengalami kecelakaan akibat ulah Danish yang mengendarai motornya secara tidak taat azas. Seringkeluar masuk ruang BK membuat Danish kebal dan tidak takut lagi menghadapinya. Hidupnya terlalu santai untuk menjadi sebuah kehidupan. Itu yang membuat Dirgha yang tadinya sangat acuh pada adik yang lahir 2 menit setelahnya menjadi sangat gerah. Namun, Dirgha kadang merasa kesulitan saat ingin memonitori Danish karena pola pergaulan Danish sangat berbeda dengannya. Dirgha sangat menjaga rasa malunya terhadap lawan jenis, sedangkan Danish amat sangat tidak menjaga, terbukti nama teman sebangkunya ialah Shandiago Firdaus. Bukan Rani atu Rina, atau sejenisnya. Kebanyakan teman Danish ialah anggota ‘Genk Senggol’ yang sering ditahan guru karena melakukan tindak Kriminal. Mereka mempunyai basecamp sendiri, dan ruangannya sangat bau rokok. Hingga ada anak kecil yang lewat langsung pingsan karena sesak napas akibat bau rokok dari ruangan yang terletak tak jauh dari sekolahnya.Dirgha sebagai perwakilan rohis di Organiasi Kesiswaan merasa wajib membasmi hal-hal yang tidak berguna dan merugikan seperti itu. Akhirnya tekadnya untuk membawa Danish ke jalan yang lurus semakin kuat ketika ia duduk di kelas 12 SMA. Di mana siswa-siswanya akan menghadapi ujian nasional. Setelah ia melepaskan jabatan-jabatannya di organisasi, tugas baru datang untuknya, ‘yaitu memperbaiki Akhlak Danisha’ dengan cara-caranya yang mungkin akan dibenci Danish, namun ini untuk kebaikannya. Atas keprihatinan Dirgha terhadap Danish yang belum bisa mengintegralkan suatu bilangan sederhana, atas keprihatinannya kepada Danish yang belum menguasai rumus relatifitas Einstein, atas keperihatinanya kepada Danish yang belum bisa mengamalkan sendi-sendi pokok Pancasila, dan yang utama ialah, atas keprihatinanya kepada Danish yang belum bisa menanamkan akidah dan akhlak yang baik dalam mengamalkan Al-Quran dan sunnah.Mari kita lihat perjuangan Dirgha dalam menghadapi Danisha yang ideologinya sudah sangat kacau… Namun, tak ada kata terlambat untuk berubah….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada tanggapan???