Jumat, 24 September 2010

Someone Behind Me

Belakangan ini, aku ngerasa hampa, hancur, remuk, cacat hati dan jiwa! Aku bukan manusia yang sempurna, aku manusia biasa yang gak akan pernah luput dari dosa.

Apa ada manusia yang hidup tanpa melakukan dosa, seumur hidupnya?

Entah kenapa, aku ngerasa ada sesuatu yang lain dalam diri ini. Ada kalanya, aku menjadi manusia yang taat, bijaksana, baik, dan penuh tanggungjawab. Tapi tiba-tiba bisa lebih jahat daripada setan.

Kadang aku benci dan muak dengan sisi jahatku. Setiap hari, kutemukan orang-orang baru datang dan pergi begitu saja, teman lama menyapa, atau saat sedang bersama sahabat-sahabat dan keluarga. Aku merasa asing dengan hidup ini. Dengan hidupku sendiri.

Aku bisa terlihat seperti seorang yang wajar, sangat wajar, layaknya gadis yang penuh kepolosan dan sopan santun, teman yang baik dan menyenangkan, penyuka humor sarkastis, namun tidak ada yang tahu sisi jahat dalam diri ini. Tak ada yang tahu, tak ada yang curiga, hingga mungkin barisan tulisan ini membuatmu bertanya-tanya. Aku tak akan sanggup menceritakan kejahatanku. Karena sesungguhnya, aku ingin membuang sikap buruk itu, yang selalu membuatku ingin meracuni diri sendiri, hingga tak akan terbangun lagi selamanya. Agar aku berhenti melakukan dosa-dosa.

”Mengakhiri dosa dengan berbuat dosa.” pikiran itu terlalu ’cerdas’ dan aku bukanlah orang yang ’cerdas’ itu. Kadang kecerdasan membuat kita bodoh dan tak mau belajar, hingga salah langkah, berakhir dengan mengenaskan. Banyak orang yang sangat ingin mati, dengan sengaja. Padahal, dia tak perlu repot-repot mencari kematian, karena jika sudah waktunya, kematian itu pasti akan datang, siap ataupun tidak siap.

Mungkin, banyak orang yang juga merasakan masalah sepertiku. Sebut saja, ’hasrat ingin menyakiti diri sendiri’. Mungkin itu kalimat yang tepat untuk menggambarkan masalahku. Aku bisa menyembunyikannya dari orang lain. Tapi aku tidak bisa menyembunyikannya di hadapan Tuhan. Dia akan terus menatapku, menatap setiap langkah yang kulakukan, dan aku membenci saat-saat di mana keinginan itu datang. Keinginan untuk menganiyaya diri sendiri. Membuatku merasa cacat lahir dan batin. Keinginan yang tiba-tiba muncul, terlintas dalam fikiranku, dan terlaksana dalam setiap hal yang ingin kubuang jauh-jauh, namun pada akhirnya aku tak bisa menghindar lagi, aku tetap menyakiti diri sendiri.

Entah berapa goresan, atau sayatan luka yang kubuat, bahkan lebih parah dari itu, luka yang bisa membuatku cacat seumur hidup, luka yang bisa membuatku menjadi orang yang tak normal, luka yang bisa membuatku menyesal seumur hidup.

Ya Allah ya Tuhanku, hamba tak mau memiliki keinginan seperti itu lagi, hamba ingin menjalani hari-hari seperti biasa, seperti sisi baikku yang terkadang datang lebih awal, namun kadang tidak datang sama sekali. Hamba tidak ingin memiliki perasaan itu.

Dari sejak kecil.. aku ingat... hal itu sudah berlangsung sejak aku kecil. Keinginan itu sangat menakutkan. Menghantui langkahku...

Andaikan aku menyadarinya, berapa banyak cacat yang kusebabkan akibat aksi konyol itu. Astagfirullah’aladzim Ya Allah...

Hamba tahu, manusia memiliki keanehan masing-masing. Ampuni keanehan sifat hamba yang cenderung puas dengan menyakiti diri sendiri.

Bimbing hamba agar saat pikiran itu terlintas dalam diri hamba, hamba akan berlari menghindarinya, menghapus semua bayangan setan yang menyesatkan.

Aku ingin melangkah, berlari... mendekatiMu,

Meski langkah ini terkadang terhenti, bahkan terjatuh,

Aku tahu, Kau tahu,

Bahwa sesungguhnya....

Sejak lama, CintaMu berlabuh dalam hati ini.

Orang – 0rang datang dan pergi tanpa ada yang bisa menolong.

Hanya CintaMulah yang dapat menolong...

Sumber gambar : www.mtbshorts.co.za

Senin, 06 September 2010

LORONG GELAP ASRAMA

Asrama… Apa yang kalian pikirkan tentang bangunan yang disebut asrama? Mungkin tak usah kujelaskan, karena begitu banyak persepsi berbeda mengenai gambaran bangunan yang disebut asrama. Bagiku, tinggal di asrama bersama dengan orang-orang yang berbeda suku pasti sangat menyenangkan. Namun, tak pernah terbayangkan, apa yang akan terjadi di sana.

Pertama kali aku menginjakan kaki di asrama yang akan kutempati selama satu tahun, perasaanku biasa-biasa saja, namun terkadang ada hawa-hawa dingin menjalar ke seluruh tubuh, saat menaiki tangga demi tangga dan saat menjelajahi setiap lorong yang kupijak. Wajar, saat itu sedang musim dingin.

Mahasiswa baru diwajibkan tinggal di asrama selama satu tahun masa persiapan bersama. Kebetulan aku mendapat bangunan asrama baru di sebelah asrama putri lama, asramaku lebih tinggi, enam lantai, lantai terakhir adalah lantai tak beratap, tempat menjemur pakaian. Mendapatkan kamar paling pojok di lantai tiga awalnya menjadi berkah tersendiri bagiku, karena hening dan damai, meski agak sedikit mencekam.

Telah banyak kudengar tentang hantu-hantu asrama ini dari mulut orang, lebih lagi karena di depan gedung asramaku terdapat hutan. Di samping hutan terdapat laboratorium kimia, biologi, dan fisika, dan jalan setapak menuju fakultas-fakultas lain. Banyak cerita menakutkan tentang penampakan makhluk gaib di asrama ini, orang kesurupan dan hal-hal mistis lainnya.

Namun, meskipun banyak cerita menakutkan kudengar, sejauh ini, aku belum pernah merasakan hal mistis itu sendiri. Aku selalu penasaran dengan orang-orang yang bisa melihat makhluk gaib, ada seorang teman yang bilang bahwa orang yang bisa melihat makhluk gaib, berarti terdapat makhluk gaib pula di dalam dirinya. Karena seharusnya, makhluk gaib tidak bisa dilihat oleh manusia.

Hari-hari pun berjalan dengan tenang. Lagi-lagi seorang teman mengatakan bahwa anak lorong sebelah, masih di lantai yang sama dengan lantaiku, bercerita bahwa saat itu dia sedang sendiri mengerjakan tugas di meja belajarnya. Meja belajar tersebut bersebelahan dengan jendela kamar. Ia seorang diri mengerjakan tugas tersebut, sedangkan ketiga teman sekamar lainnya sedang mengikuti pengajian lorong rutin yang diadakan setiap Kamis malam. Sehingga semua teman satu lorongnya berkumpul di aula lorong, yang terletak jauh dari kamarnya.

Tiba-tiba, ada seorang satpam bertanya padanya lewat jendela kamar. Satpam tersebut dengan ramah bertanya, ”Lagi apa kamu? Kok gak ikut pengajian lorong?” temanku pun menjawab dengan santai, ”Lagi ngerjain laporan, banyak tugas, jadi gak bisa ikut ngaji lorong minggu ini, Pak.” Setelah menjawab pertanyaan satpam tersebut, ia mengerjakan laporannya kembali. Satpam itu pun pergi. Mungkin karena terlalu fokus pada laporan, ia melupakan sesuatu yang janggal. Tiba-tiba ia menyadari sesuatu dan berhenti menulis laporan, kemudian ia terdiam, terpaku.

Bukankah kamar ini berada di lantai tiga?

***

Di antara ketiga teman sekamarku yang lainnya, aku paling jarang menginap di asrama, karena letak rumahku di kota yang sama dengan perguruan tinggi ini, sehingga terkadang, jika tidak ada agenda wajib asrama, aku bisa pulang. Namun, mungkin itu yang membuat kamarku sangat mencekam.

Sudah terkenal di kalangan mahasiswa-mahasiswi bahwa tiga kamar paling ujung di lorongku adalah kamar-kamar paling mengadu nyali. Semenjak aku sering pulang ke rumah, kamar yang harusnya berisi dua kasur tingkat, kini tak terisi penuh. Kasurku di atas, namun, penghuninya sering hanya tiga orang, karena aku sering pulang, hingga kasurku yang terletak di atas sering kosong.

Ketiga temanku dan teman-teman dari kamar sebelah memintaku untuk sering menginap di asrama, mereka sangat resah, karena di kasur yang kutempati, sering terlihat wanita berambut panjang bermata merah sedang tidur. Awalnya, kukira mereka hanya bercanda, hanya agar aku sering menginap lagi. Namun, setelah kutanyakan pada ketua lorong dan senior yang bertanggungjawab di lorongku, ternyata benar. Kakak senior yang sering memimpin pengajian lorong bahkan sempat menginap di kamarku karena ketiga temanku ketakutan.

Lebih lagi, saat ibu temanku, Ika, datang ke kamar Ika. Kamar Ika terletak tepat di sebelah kamarku yang paling pojok. Ibu Ika yang memang terkenal mempunyai indera ke-6 berkata pada Ika, ”Hati-hati Ika. Ibu ngerasa hawanya beda di kamar itu, di sebelah kamarmu itu, ibu lihat ada perempuan yang sedang duduk di kursi meja belajar, lalu di tangga sebelah kamar ada anak kecil yang lagi merenung sendiri.” tentu saja maksud ’perempuan dan anak kecil’ dari ibu Ika tersebut ialah ’makhluk gaib’. Ibu Ika pun menyuruh kami agar sering berdoa.

Suatu hari, kudengar lagi berita menyeramkan seputar kamarku. Malam itu, lagi-lagi aku tidak menginap di asrama, teman-teman selorong dan kakak senior mengadakan pengajian di kamar kami. Namun, entah mengapa justru kata salah satu teman selorongku, ’makhluk gaib’ itu malah semakin menantang. Bahkan, saat Grita, salah satu teman sekamarku pulang dari perkumpulan mahasiswa pada malam hari, ia mendapati kamar masih dikunci, pertanda teman-teman lain belum pulang, Grita membuka kunci, dan saat pintu terbuka, Grita melihat lampu neon berkedip-kedip, remang-terang, dan Si wanita rambut panjang bermata merah menampakan diri, ia duduk di meja belajar temanku, tapi tidak sedang memandang Grita. Grita langsung menjatuhkan tasnya, dan berlari di lorong dengan kekuatan cepat, tanpa berteriak, entah karena tidak takut, atau tidak sanggup berteriak karena terlalu terkejut.

Keesokan harinya pun terdengar kabar, para makhluk gaib tersebut mengajak teman-temannya datang, hingga tiga kamar paling ujung dijuluki tiga kamar paling mencekam dan menakutkan, termasuk kamarku. Keadaan lorong semakin menakutkan saat mereka menemukan bercak darah segar di kamar mandi lorong kami. Banyak bercak darah di kamar mandi hingga lantai. Belum lagi, kisah yang kudengar dari teman dekatku yang lain, Meida, bahwa saat ia tidur, ia merasakan kasurnya bergoyang, kasur itu bertingkat dan kasur Meida di atas, ia awalnya mengira bahwa temannya yang tidur di bawah yang menggerakan kasurnya, tetapi, saat ia sadar hanya dia yang berada di kamar tersebut, tanpa menuruni tangga kasur, ia langsung lompat dari kasur atas ke lantai, lalu berlari ke luar kamar dengan sedikit cedera kaki akibat lompat indah tadi.

Lagi-lagi Meida, temanku yang satu ini memang sering mengaku sering mengalami hal-hal ajaib nan menakutkan di asrama. Kamarnya berdekatan dengan kamarku. Ia bercerita, bahwa saat ia tidur malam hari, pada jam satu malam, ia terbangun, dan saat membuka mata, ada sesosok makhluk mengerikan menindih tubuhnya. Sebut saja dengan rasa hormat, ’makhluk yang diikat di bagian atas, tengah, dan bawah dengan kain putih sehingga hanya mukanya yang terlihat’. Mungkin Meida sudah terbiasa dengan hal-hal mistis seperti itu, sehingga saat dia bercerita padaku, ia berkata dengan santainya. ”Mukanya berhadapan sama muka gue, ihh... Naudzubillah deh itu pocong, mukanya busuk banget. Mending kalau ganteng, gue demen deh...” ujar Meida santai, ia tak sadar telah membuat orang yang mendengar ceritanya sangat amat gubrag. Itulah Meida, di saat-saat seperti itu, dia masih saja bisa ngeceng!

Cerita itu tersebar hingga ke asrama-asrama lain, bahkan asrama putra. Di kelas, saat jam pelajaran pun teman-teman menginterogasiku perihal hantu asrama yang bergentayangan gencar di lorongku, khususnya di kamarku, dan pertanyaan itu terdengar memojokanku karena kabarnya hal-hal menyeramkan itu disebabkan oleh salah satu penghuni kamar yang sering pulang, yang tak lain adalah aku...

Tapi, yang aku heran setiap kali mendengar cerita-cerita kesaksian tersebut. Aku sering melakukan flashback, mengingat-ingat lagi masa-masa aku sendiri di kamar. Aku termasuk orang yang sering bangun tengah malam untuk buang air kecil. Jam 1, jam 2 malam, ketika semua makhluk telah tertidur di asrama, aku berjalan ke kamar mandi tengah malam, sendiri, dengan wajar, tanpa membangunkan teman untuk minta antar, seperti apa yang temanku lakukan, banyak temanku yang membangunkan temannya minta antar ke kamar mandi di tengah malam. Namun, aku tak pernah menyaksikan secara langsung fenomena dan kejadian gaib apapun.

Aku pernah menginap di asrama saat orang-orang mudik lebaran, sekitar seminggu sebelum lebaran, orang-orang pulang, aku malah datang ke asrama, untuk mengambil barang yang tertinggal. Di sana yang kurasakan hanya ada aku dan diriku sendiri. Sepi, tidak seperti hari-hari biasa yang ramai penduduk, padat aktifitas. Karena hujan turun, aku terpaksa menginap di asrama, seorang diri...

Aku pun pernah tidur di kamar tersebut seorang diri, dengan keadaan semua lampu kamar dimatikan, karena aku suka kegelapan malam, aku benar-benar sendiri di lorong tersebut saat semua teman lorongku berkumpul di kamar ujung sebelah sana, jauh dari kamarku, karena ada teman di kamar itu yang ulang tahun.

Aku selalu terserang insomnia jika tidur di asrama, sehingga bunyi apapun terdengar, cahaya sekecil apapun terlihat, angin selembut apapun terasa, namun, yah... hanya hal-hal alamiah seperti itulah yang kurasa saat sendiri... Tidak lebih....

Tidak ada hal-hal lain....

Entah kenapa, ada unsur keyakinan diri yang kuat, bahwa aku tidak perlu takut dengan mereka, jika mereka ada pun, itu tidak masalah, aku, mereka, kita, kalian, sama-sama hidup di tempat yang sama. Yaitu dunia yang diciptakan Tuhan.

Di sini, aku hanya berkisah, bukan untuk menakut-nakuti, aku hanya ingin membagi cerita dan mencoba melukiskan hikmah dari kisah nyata ini, bahwa tak ada yang perlu ditakutkan...

Hanya rasa takut pada Tuhan-lah yang dapat membuatmu berani...

sumber gambar : http://ermalindussonbay.blogspot.com