Rabu, 28 Desember 2011

HAUNTED

All of my memories
Keep you near,
In silent moments
Imagine you'd be here,
All of my memories
Keep you near,
The silent whispers, silent tears...


***

Musim berganti, kenangan berlalu, pohon-pohon yang dahulu tumbuh subur kini menggugurkaun daunnya. Seolah ada yang menguapkan klorofil-klorofil kesegaran di dalamnya. Mentari mulai terbenam ketika tak ada lagi orang yang bersahut-sauhatan bisning berkeliaran. Daerah itu seperti rumah singgah di tepian belantara. Hampa dan mengungkap tanya.

Angin bertiup kencang menyerang, lalu perlahan melembut menghantar gerimis tak terlihat, terasa basahnya hingga melembab. Tanah dan rerumputan kering menampakan embun sebelum hujan. Kering yang melembab. Basah yang meranah. Kesepian yang berpuluh-puluh tahun tertinggal. Seseorang dalam derap langkah kaki menepi. Seseorang yang mengenal tempat itu berpuluh-puluh tahun lalu. Kini menapaki kembali jejak-jejak kenangan yang tertinggal.

Hanya kelelawar yang melintas menyapa di antara bercak langkah kaki yang tertata. Daun-daun kering terbang melayang tertiup angin, lalu terinjak. Suara burung gagak bermain-main menyerukan teriakan tak beraturan bersahutan kian lama kian menggema.

Siang menjelang sore. Sore menjelang malam. Seolah tak ada perbedaan diantaranya. Kegelapan bersarang mendeskripsikan cinta yang telah usang berkarat. Jiwa-jiwa yang menghantui mencoba datang melawan siapa yang berani menentang. Menghembuskan angin dingin melesat ke tengkuk hingga seluruh tubuh. Pandangan mata tajam memanah suatu sudut. Energi-energi tak wajar bergelombang terasa menjalar di sekujur akar.

Ranting-ranting pohon meringis sepi. Mengeluarkan suara tangisan panjang yang tak bertepi. Tak terdengar hingga ke ujung bumi. Kesemuan menantang jalannya musim yang berganti. Di sini. Di mana letak ujung kenangan membujur kaku bagaikan sesosok raga tak bernyawa dibenamkan dalam duka.

Puing-puing masa lalu menghantui. Kenangan kebahagiaan kembali terbayang meneruskan segala yang pernah terhenti. Terputus masa yang tak sanggup melanjutkan waktu yang kian cepat berganti. Menanti untuk saat-saat terkutuk, hingga takluk pada aroma-aroma busuk yang menusuk.

Hilang arah ketika kembali. Benda-benda usang bertebaran terlihat utuh kembali. Berbicara tentang masa yang telah tiada. Masa muda yang tak akan lagi sempat kembali. Terhitung banyaknya usia yang tersia. Terkubur dalam damai yang menyejukan harapan. Kini dia kembali, mencoba membangun masa itu kembali. Menyenandungkan lagu kenangan yang melengking bergema.

Berburu. Memburu.

Ketika segalanya tak ada lagi di sini. Ketika sekelebat bayangan hilang dan tenggelam. Tangga-tangga yang kusam. Sarang laba laba yang memerangkap cahaya. Atau lilin-lilin yang mati, kini menyala kembali, di matanya.

Rumah yang ditinggalkan.

Rumah yang pernah ramai akan canda dan tawa yang menggema. Anak-anak yang berlarian tanpa beban, remaja yang sedang tersenyum jatuh cinta, masa-masa dewasa yang bijaksana, hingga saat-saat terakhir meninggalkan jejak langkah di tempat ini. Terasa masih sama. Namun hampa tak tersisa.

Suara-suara itu masih menggema menghantui. Bayangan-bayangan masa lalu seolah memburu. Menghadirkannya di tengah-tengah benda mati yang akan tetap mati hingga akhir nanti.

Ia berjalan kembali dengan langkah yang telah renta. Sendiri. Menepi di dalam ruangan berkaca. Ia bercermin dan menatap wajah gadis yang masih segar belia. Tersenyum, menyentuh cermin. Bayangan dalam cermin berubah menjadi sosok wanita tua renta. Tersadar ia sedang berkaca pada cermin retak yang menyentak.

Tak lagi ada air mata. Namun hatinya terus berbicara...

“Kita pernah mengukir sejarah di rumah ini, sebagai satu keluarga. Kini yang tersisa hanyalah bias-bias kenangan yang masih terpatri dalam hati. Meskipun tak dapat lagi berbicara, meski telinga ini tak sanggup lagi mendengar seruan-seruan cinta dari mereka… Namun ruh ini tak akan pernah hilang terselang masa. Karena meskipun kita telah terpisah jauh entah di dimensi mana, meskipun sekat-sekat yang dulu tak terlihat kini sanggup memisahkan kasih sayang. Namun, jiwa ini akan selalu berjalan terus dengan senyuman harapan. Hanya Tuhan yang mengetahui segala. Semoga kita dipertemukan kembali di surga. Sebagai sebuah keluarga. Seperti sedia kala.”

Jumat, 16 Desember 2011

KONSELING (KASUS)

Deskripsi Kasus

Ernawati, seorang wanita berusia 34 tahun yang merupakan anak ke-dua dari sebelas bersaudara bertempat tinggal di daerah Ciampea, Bogor. Klien memiliki masalah dalam hidupnya. Ia menikah tergolong muda, saat usianya 18 tahun, klien menikah dengan seorang pria asal Tasikmalaya yang bekerja sebagai supir angkot. Perbedaan usia antara suami klien dan klien adalah lima tahun. Suami klien lebih tua lima tahun dari klien. Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, klien mengaku seringkali menghadapi masalah-masalah. Suami klien jarang pulang ke rumah dan kurang bertanggungjawab, terutama dalam hal memberi nafkah untuk keluarga. Klien menyatakan bahwa suaminya pernah tidak pulang dalam waktu sebulan, dan saat kembali, suami klien tidak membawa uang sepeserpun untuk keperluan anak dan keluarga. Ketidakpedulian suami klien membuat klien harus berpikir keras bagaimana membiayai keperluan anak-anaknya dan menghidupi keluarga. Dari situ, mulailah klien berjualan rempeyek dan keripik singkong. Saat klien memiliki anak kedua, klien mengalami kecelakaan. Akibat kecelakaan tersebut, klien kehilangan kakinya. Kakinya terpaksa diamputasi, oleh karena itu sehari-hari klien berjalan dengan menggunakan alat bantu, yaitu tongkat.

Ketika memiliki anak ketiga, suami klien menikah lagi. Semenjak saat itu masalah-masalah keluarga lebih sering terjadi. Suami klien sering menyakiti hati klien, selain itu ketidakpedulian suami membuat klien kesulitan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Hingga pada akhirnya klien memutuskan agar anak ketiga klien yang bernama Yudha (kelas 4 SD) diadopsi oleh orang lain. Meskipun pada awalnya klien merasa sedih dan tak rela, namun klien bersyukur karena keluarga yang mengadopsi anak klien sangat baik pada anaknya dan klien pernah mendapat kabar bahwa anaknya sangat pintar dan rajin belajar hingga mendapat peringkat tinggi di kelasnya. Kabar yang klien dengar tersebut membuatnya bahagia meski klien sedih karena harus berpisah dengan anaknya.

Suami klien meninggal karena sakit paru-paru. Klien sempat hidup menjanda selama empat tahun. Setelah empat tahun berstatus janda, pada akhirnya klien memutuskan untuk menikah lagi. Suami kedua klien berprofesi sebagai tukang bakso, berbeda dari suami pertama, suami kedua klien berbeda empat tahun dengan klien, suami klien lebih muda dari klien. Dari hasil pernikahan klien dengan suami keduanya, klien dikaruniai dua orang anak. Saat ini anak pertama klien berumur 2,5 tahun dan anak kedua berumur 1,5 tahun. Pada awalnya, sebelum menikah, saat masih dalam tahap penjajakan, calon suami klien terlihat memiliki pribadi yang sangat baik. Calon suami klien pernah mengatakan pada klien agar klien tidak perlu bekerja lagi jika telah menikah dengannya. Klien merasa sangat tersentuh dengan kebaikan hati calon suami, hingga pada akhirnya klien memutuskan untuk menikah dengan pria tersebut. Namun pada kenyataannya, saat menjalani kehidupan rumah tangga, masalah-masalah tetap berdatangan, tidak jauh berbeda dari pernikahan klien sebelumnya. Masalah-masalah rumah tangga juga seringkali terjadi. Suami klien suka bermain judi dan tidak segan-segan memukul klien. Suami klien pun jarang pulang. Selain itu klien pun mengalami himpitan ekonomi. Namun suami klien tidak peduli akan hal itu.

Suatu saat, anak klien sakit dan membutuhkan biaya lima juta rupiah. Klien mengusahakannya dengan meminjam uang ke bank dan pada tetangga. Namun suaminya tidak mengetahui, suami klien sudah tidak mempedulikan kebutuhan anak-anaknya. Pada suatu saat, klien meminta untuk diceraikan, karena sudah tak tahan lagi menanggung beban. Namun suami klien malah mengatakan perkataan yang membuat klien lebih sakit hati lagi. Suami klien mengatakan bahwa meskipun diceraikan, tak aka nada yang mau lagi dengan klien. Klien merasa sangat sakit hati atas apa yang suaminya perbuat. Masalah-masalah yang berdatangan membuat klien tertekan dan depresi. Namun klien tetap akan melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya, dan untuk menjadikan kehidupannya lebih baik lagi. Ia mengetahui bahwa masih ada yang memberikan dukungan padanya. Klien pun percaya pada kekuatan doa.

Rencana Konseling

Tahapan Psikologi Konseling

Proses Konseling :

a. Analisis : Tahapan kegiatan yang terdiri dari pengumpulan informasi dan data mengenai klien. Pada kasus di atas, sebelum dilakukan konseling, konselor mengumpulkan informasi dan data mengenai klien (identitas diri, potensi, bakat, minat klien, karakteristik keluarga, besar keluarga).

b. Sintesis : Langkah untuk merangkum dan mengatur data dari hasil analisis yang sedemikian rupa sehingga menunjukan bakat klien, kelemahan, kekuatan, dan kemampuan penyesuaian diri.

c. Diagnosis : Menemukan ketetapan dan pola yang dapat mengarahkan kepada permasalahan, sebab-sebabnya, serta sifat-sifat klien yang relevan dan berpengaruh pada penyesuaian diri.

d. Konseling : Membantu klien untuk menemukan sumber diri sendiri maupun sumber di luar dirinya, baik di lembaga atau di sekolah dan masyarakat dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian optimal, sesuai dengan kemampuannya.

e. Tindak lanjut : Mencakup bantuan kepada klien dalam menghadapi masalah baru.

Tahapan Psikologi Konseling :

Merupakan suatu cara dalam proses konseling untuk membagi langkah-langkah konseling dengan beberapa tahapan. Dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Tahapan awal :

Menciptakan hubungan baik dengan klien agar klien dapat terlibat langsung dalam proses konseling. Pada tahapan ini konselor memberikan arah konseling secara tepat, persamaan persepsi tentang hakikat konseling, peran konselor, dan peran klien. Dua langkah yang perlu diperhatikan pada tahapan ini ialah pembinaan hubungan baik dan penetapan batasan konseling.

2. Tahapan inti :

Pada tahapan ini konselor membantu klien memahami gambaran dirinya, hakikat masalah yang dihadapinya, penyebab, dan penemuan alternatif pemecahan masalah, serta cara-cara melaksanakan alternatif tersebut.

- Eksplorasi Kondisi Klien : bagaimana konselor mengkondisikan keadaan klien dalam konseling atau berusaha mengadakan perubahan pada tingkah laku dan perasaan klien.

- Identifikasi masalah dan penyebabnya : mengadakan pendataan masalah dan mencari tahu latar belakang terjadinya masalah.

- Identifikasi Alternatif pemecahan : Memberikan beberapa pilihan penyelesaian masalah

- Pengujian dan penetapan alternatif pemecahan : meminta klien dari pilihan pemecahan tersebut untuk dapat melakukan atau mengerjakannya.

- Evaluasi alternatif Pemecahan : meninjau kembali pengujian alternatif pemecahan masalah serta hasil dari pemecahan masalahnya.

3. Tahapan akhir :

Dilaksanakan dengan maksud untuk mengadakan penilaian terhadap keefektifan proses bantuan konseling dan penentuan kegiatan tindak lanjutan.

Rencana Konseling

Pt.

Aktivitas Konseling

Tujuan

Materi/Perincian Kegiatan

Output dan

Waktu

Tahapan Awal

1.

Perkenalan

Menciptakan hubungan baik dengan klien agar klien dapat terlibat langsung dalam proses konseling

Memperkenalkan diri, mengumpulkan data atau informasi tentang diri klien dan lingkungannya. (karakteristik individu dan keluarga)

Konselor mengenal lebih dalam tentang diri klien dan lingkungannya. (45 menit)

Tahapan Inti

2.

-Eksplorasi kondisi Klien

-Identifikasi masalah dan penyebabnya

Mengadakan pendataan masalah dan mencari tahu latar belakang terjadinya masalah.

Konselor mengeksplorasi kondisi klien melalui wawancara tentang masalah keluarga, klien. Konselor mendengarkan klien bercerita tentang masalah-masalahnya. Biarkan klien mencurahkan segala isi hati.

Kejelasan masalah dan pemahaman latar belakang terjadinya masalah.

(60 menit)

3.

-Identifikasi Alternatif pemecahan

-Penetapan pemecahan masalah

Meminta klien melakukan penetapan pemecahan masalah yang disarankan konselor

Konselor memberikan beberapa pilihan penyelesaian masalah. Meminta klien bersedia untuk memilih dan melakukan penetapan pemecahan masalah.

Keyakinan klien akan teratasinya masalah dengan melakukan penetapan pemecahan masalah. Timbul harapan dan rasa percaya diri dalam diri klien.

(60 menit)

4

Evaluasi Pemecahan masalah

Meninjau kembali pengujian pemecahan masalah serta hasil dari pemecahan masalahnya.

Konselor bertanya hasil dari pemecahan masalah yang telah klien lakukan. Apakah masalah-masalah itu berkurang, teratasi secara keseluruhan atau tidak berpengaruh sama sekali.

Perubahan dari diri klien ke arah yang lebih baik dalam menghadapi masalah

(45 menit)

Tahapan Akhir

5.

Tindak Lanjut

Dilaksanakan dengan maksud untuk mengadakan penilaian terhadap keefektifan proses bantuan konseling dan penentuan kegiatan tindak lanjutan.

Masih dalam cakupan evaluasi pemecahan masalah yang telah dilakukan. Jika masih belum berpengaruh, maka perlu ditindak lanjuti dan melakukan pemecahan alternatif lainnya. Dengan demikian perlu adanya tindak lanjut. Juga untuk mencegah timbulnya masalah baru.

Kebijaksanaan klien dalam memilih alternatif pemecahan yang paling baik. Klien menjadi lebih percaya diri mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, dan mencegah terjadinya masalah-masalah baru.

*ket : Pt = Pertemuan

Pembahasan

Dari kasus bimbingan konseling di atas, dapat disimpulkan bahwa bidang konseling yang dilakukan ialah bidang klinik yaitu untuk membantu individu mengenalkan masalah yang dihadapi dan menyelesaikannya sesuai potensi yang ada pada dirinya, misalnya masalah pribadi dan depresi. Fungsi konseling yang terlihat pada kasus di atas ialah fungsi kuaratif, yaitu konseling membantu masalah yang dihadapi klien. Klien dimotivasi untuk mengetahui potensi yang dimilikinya. Fungsi preventif pun terlihat dalam kasus ini, yakni konselor tidak hanya berusaha mengatasi masalah yang terjadi, tetapi juga menjaga jangan sampai masalah bertambah.

Tipe konseling yang dapat dilihat dari proses bimbingan konseling di atas ialah Tipe Konseling Krisis. Krisis ialah suatu keadaan gangguan dalam upaya mencapai tujuan penting hidupnya dan hal itu ditanggapi dengan stress, hal tersebut dapat menghambat atau melumpuhkan dalam mengontrol diri secara sadar. Fungsi konselor dalam hal ini ialah menciptakan keseimbangan pribadi dan penguasaan diri dengan cara intervensi langsung atau campur tangan serta dukungan yang tinggi. Sedangkan menurut teorinya, teknik konseling jenis tersebut termasuk ke dalam Konseling ‘Trait and factor’. Konsep utama yang menjadi landasan teori ini ialah kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, seperti kecakapan, minat, sikap, dan tempramen. Konseling sifat dan faktor berasumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Maksud konseling ini ialah untuk membantu perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia. Tugas konseling sifat dan faktor adalah membantu individu dalam memperoleh kemajuan dan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri.

Pada kasus klien yang telah dijabarkan di atas, saat tahapan inti, konselor memberikan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang akan dipilih oleh klien. Pada kasus konseling krisis ini, klien butuh diberi motivasi dan dukungan agar klien merasa tidak menghadapi masalahnya seorang diri. Konselor meyakinkan klien bahwa masih banyak yang bisa dilakukan klien agar tidak terfokus pada kesedihan dan depresi dalam menghadapi masalah. Konselor meyakinkan klien untuk terus mengembangkan bakat potensial yang ada pada diri klien. Misalnya, pada kasus di atas, dengan keahlian yang dimiliki klien dalam berdagang dan membuat makanan-makanan untuk dijual, maka klien dapat menambah penghasilannya. Beri dukungan pada klien agar tidak putus asa dalam berjuang membesarkan anak-anaknya dan untuk mengembangkan potensinya. Beri sanjungan dan hibur dengan perkataan-perkataan yang dapat meyakinkan klien bahwa klien ialah orang yang kuat dan tegar, yakinkan bahwa masalah yang dihadapi manusia tidak akan melampaui kemampuan manusia itu sendiri. Karena Tuhan lebih mengetahui kondisi hamba-hamba-Nya.

Masalah keluarga yang dihadapi klien mungkin dikarenakan kurangnya komunikasi yang efektif antara anggota keluarga, terutama dalam kasus ini antara suami-isteri. Komunikasi yang tidak baik dapat menimbulkan kesalahfahaman. Sarankan kepada klien untuk mengajak suami berbicara dari hati ke hati, hingga klien tahu apa keinginan suami, dan suami tahu apa yang diinginkan klien. Saling introspeksi diri, bicarakan pula masa depan anak-anak. Hindari prasangka-prasangka buruk dan perasaan saling curiga. Karena komunikasi dalam keluarga ialah hal yang penting untuk membina keharmonisan dalam rumah tangga. Namun, jika cara itu tidak dapat ditempuh, sarankan untuk melakukan mediasi. Melibatkan pihak ke-3, misalnya ibu dari suami, atau saudara dari klien yang dapat memberikan pengertian kepada masing-masing pihak yang bermasalah agar dapat menciptakan rasa saling pengertian satu sama lain. Bercerai adalah alternatif pilihan yang paling akhir jika sudah tidak bisa lagi diatasi dengan cara-cara sebelumnya.

PROSES KONSELING

Bagian I

Klien : Sebut saja Mawar (Nama disamarkan untuk keamanan)

Ringkasan Masalah yang Dihadapi

Pada bagian ini, klien bercerita tentang masalah yang dihadapinya. Yaitu suatu perasaan tertekan yang diakibatkan dari kondisi lingkungan keluarga yang menuntut dan terkadang menghujat klien berkenaan dengan pendidikan klien.

Saat ini klien berkuliah di institusi negeri dengan jurusan yang belum lama terbentuk. Banyak yang belum mengetahui kredibilitas dan kualitas jurusan tersebut. Oleh sebab itu, klien yang saat ini berusia 21 tahun merasa tertekan oleh pertanyaan-pertanyaan yang kadang dilontarkan oleh saudara-saudaranya.

Klien mengungkapkan bahwa seringkali saudara-saudaranya bertanya pertanyaan yang merendahkan dan menyudutkan, seperti, “Kenapa kamu dulu memilih jurusan itu? Mau jadi apa kamu nanti? Prospek kerjanya kan belum jelas.” Dengan ekspresi wajah yang sangat merendahkan. Klien mengaku sejauh ini ia telah memberikan penjelasan semampunya, menjelaskan kembali pada saudara-saudaranya yang pada umumnya memiliki pekerjaan yang mapan. Namun, klien mengaku, meskipun ia telah menjelaskan bahwa jurusannya ialah jurusan yang bagus dan tak kalah dengan jurusan lainnya, ia pun menjelaskan pelajaran-pelajaran apa saja yang ia pelajari di bangku kuliah, namun tetap saja klien merasa tertekan, karena meskipun di luar ia bisa terlihat biasa-biasa saja dan menerima, namun di dalam hati, ia tak bisa menyembunyikan perasaan sedih, kecewa, dan tertekannya. Dan saat konselor bertanya, “Menurut anda, apa sumber rasa kecewa yang anda rasakan?” Klien menjawab bahwa ia pun sebenarnya tidak tahu siapa yang membuat ia kecewa, klien merasa memang tidak ada yang patut disalahi dari perasaan tertekan itu. Ia merasa dirinya sendirilah yang bersalah.

Ringkasan Dialog

Konselor : “Ketika anda menjelaskan tentang jurusan dan rencana masa depan anda pada mereka, apakah mereka mengerti dan anda merasa sedikit lebih tenang?”

Klien : “Iya, mereka memang mengerti, tepatnya mungkin berusaha mengerti, karena masih tampak raut kebingungan dan kesan menyepelekan dari roman wajah mereka. Dan memang, saya merasa sedikit tenang setelah memberikan penjelasan semampu saya, meskipun tidak mengurangi rasa tertekan.”

Konselor : “Apakah anda berfikir bahwa mereka bertanya seperti itu hanya untuk menyepelekan anda, atau ada alasan lain?”

Klien : “Saya tidak begitu mengerti apa maksud mereka, tapi memang seperti itu wajah mereka saat bertanya, seolah menyepelekan dan merendahkan. Seketika saat itu saya merasa dibanding-bandingkan dengan saudara-saudara saya yang lain yang memang telah mencapai cita-citanya. Dan pertanyaan-pertanyaan menyudutkan itu membuat saya semakin merasa bodoh.”

Konselor : “Apakah orangtua anda juga sering membanding-bandingkan anda dengan saudara-saudara anda?”

Klien : “Orangtua saya tidak terlalu membanding-bandingkan, tetapi saya sangat tidak suka ketika diadakan kumpul keluarga besar, dan saya paling membenci pertanyaan-pertanyaan menyepelekan seperti itu. Oleh karena itu saya lebih memilih untuk pergi ke suatu tempat yang lain ketika ada banyak saudara datang.”

Konselor : “Kedua orangtua anda tidak terlalu membanding-bandingkan, itu artinya beliau tidak masalah dengan apa adanya diri anda?”

Klien : “Iya, tapi berkat pertanyaan-pertanyaan saudara-saudara jauh yang selalu dilontarkan ketika kita berkumpul, saya jadi merasa sangat sensitif ketika ibu saya menyinggung masalah pencapaian cita-cita.”

Konselor : “Mungkin iya, wajar, semua orang pasti pernah merasa perasaan tertekan, dan masalah yang dihadapi anda ialah berkaitan dengan krisis kepercayadirian. Mulai sekarang, cobalah berfikir positif mengenai diri anda sendiri, jangan pedulikan apa tanggapan orang tentang diri anda. Yang harus anda percayai ialah anda adalah bibit unggul yang memilih suatu jalan yang tepat untuk meraih cita-cita. Kita harus mempercayai bahwa setiap orang memiliki jalan hidup masing-masing. Hidup ini adalah pilihan. Dan saat ini, hidup yang anda jalani saat ini ialah pilihan anda. Berdamailah dengan pilihan anda, nikmati setiap prosesnya, dan temukan potensi yang dapat dikembangkan dari diri anda.”

Klien : “Iya, saya selalu berusaha untuk tidak mendengarkan anggapan-anggapan negatif orang tentang pilihan yang saya jalani, tapi kenapa ya, kok saya masih merasa sedikit tidak ikhlas, perasaan tertekan itu masih selalu ada. Dan perasaan tertekan itu kadang membuat saya merasa stress dan malas menjalani aktivitas sebagai mahasiswa.”

Konselor : “Begini, mulai sekarang coba anda petakan, apa tujuan hidup anda. Setiap orang pasti memiliki tujuan hidupnya masing-masing. Dan saat ini, dengan kehidupan anda yang saat ini sedang berlangsung, di tempat ini, di kampus, di rumah, di lingkungan manapun anda berada. Coba tetapkan tujuan apa yang ingin anda capai. Anda pun harus percaya bahwa kesuksesan tidak hanya datang untuk orang-orang dengan pangkat-pangkat atau gelar yang tinggi. Di manapun kita menuntut ilmu, kita harus meyakini bahwa Tuhan selalu melihat prosesnya, dan ada tujuan yang ingin kita capai dalam perjalanan menuntut ilmu tersebut. Itulah kunci utama kepercayadirian, percaya dan tetapkan tujuan.”

Pembahasan

Dari kasus bimbingan konseling di atas, dapat disimpulkan bahwa bidang konseling yang dilakukan ialah bidang klinik yaitu untuk membantu individu mengenalkan masalah yang dihadapi dan menyelesaikannya sesuai potensi yang ada pada dirinya, misalnya masalah pribadi dan depresi. Fungsi konseling yang terlihat pada kasus di atas ialah fungsi kuaratif, yaitu konseling membantu masalah yang dihadapi klien. Klien dimotivasi untuk mengetahui potensi yang dimilikinya. Fungsi preventif pun terlihat dalam kasus ini, yakni konselor tidak hanya berusaha mengatasi masalah yang terjadi, tetapi juga menjaga jangan sampai masalah bertambah.

Tipe konseling yang dapat dilihat dari proses bimbingan konseling di atas ialah Tipe Konseling Krisis. Krisis ialah suatu keadaan gangguan dalam upaya mencapai tujuan penting hidupnya dan hal itu ditanggapi dengan stress, hal tersebut dapat menghambat atau melumpuhkan dalam mengontrol diri secara sadar. Fungsi konselor dalam hal ini ialah menciptakan keseimbangan pribadi dan penguasaan diri dengan cara intervensi langsung atau campur tangan serta dukungan yang tinggi. Sedangkan menurut teorinya, tekik konseling jenis tersebut termasuk ke dalam Konseling ‘Trait and factor’. Konsep utama yang menjadi landasan teori ini ialah kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, seperti kecakapan, minat, sikap, dan tempramen. Konseling sifat dan faktor berasumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Maksud konseling ini ialah untuk membantu perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia. Tugas konseling sifat dan faktor adalah membantu individu dalam memperoleh kemajuan dan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri.

Proses Konseling :

a. Analisis : Tahapan kegiatan yang terdiri dari pengumpulan informasi dan data mengenai klien. Pada kasus di atas, sebelum dilakukan konseling, konselor mengumpulkan informasi dan data mengenai klien (identitas diri, potensi, bakat, minat klien, karakteristik keluarga, besar keluarga).

b. Sintesis : Langkah untuk merangkum dan mengatur data dari hasil analisis yang sedemikian rupa sehingga menunjukan bakat klien, kelemahan, kekuatan, dan kemampuan penyesuaian diri.

c. Diagnosis : Menemukan ketetapan dan pola yang dapat mengarahkan kepada permasalahan, sebab-sebabnya, serta sifat-sifat klien yang relevan dan berpengaruh pada penyesuaian diri.

d. Konseling : Membantu klien untuk menemukan sumber diri sendiri maupun sumber di luar dirinya, baik di lembaga atau di sekolah dan masyarakat dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian optimal, sesuai dengan kemampuannya.

e. Tindak lanjut : Mencakup bantuan kepada klien dalam menghadapi masalah baru.

Tahapan Psikologi Konseling :

Merupakan suatu cara dalam proses konseling untuk membagi langkah-langkah konseling dengan beberapa tahapan. Dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Tahapan awal :

Menciptakan hubungan baik dengan klien agar klien dapat terlibat langsung dalam proses konseling. Pada tahapan ini konselor memberikan arah konseling secara tepat, persamaan persepsi tentang hakikat konseling, peran konselor, dan peran klien. Dua langkah yang perlu diperhatikan pada tahapan ini ialah pembinaan hubungan baik dan penetapan batasan konseling.

2. Tahapan inti :

Pada tahapan ini konselor membantu klien memahami gambaran dirinya, hakikat masalah yang dihadapinya, penyebab, dan penemuan alternatif pemecahan masalah, serta cara-cara melaksanakan alternatif tersebut. Pada kasus konseling di atas, konselor menyarankan kepada klien untuk menetapkan tujuan hidup dan percaya akan potensi yang dimilikinya.

3. Tahapan akhir :

Mengadakan penilaian keefektifan proses bantuan konseling dan penentuan kegiatan tindak lanjutnya. Namun, proses konseling yang dilakukan saat praktikum minggu lalu belum sampai pada tahapan ini, karena proses konseling masih berada pada tahapan inti, yakni penetapan alternatif pemecahan masalah.


Bagian 2

Klien : Sebut saja Melati (Nama disamarkan demi keamanan)

Ringkasan Masalah yang Dihadapi

Pada bagian ini, klien ingin mengetahui informasi-informasi mengenai prospek kerja jurusan Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia. Kepada konselor, klien meminta pendapat yang berlandaskan informasi mengenai lapangan pekerjaan dan kegiatan apa saja yang bisa dilakukan setelah lulus menjadi sarjana. Pada awalnya klien tidak mengetahui dengan jelas mengenai prospek kerja departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Kebimbangan dan keraguan kerapkali terjadi dari ekspresi wajah klien. Namun, pada akhirnya, setelah mendapatkan penerangan informasi dari konselor, klien merasa yakin untuk melangkah dan memilih suatu pekerjaan yang baik untuknya.

Ringkasan Dialog :

Klien : Saya adalah salah satu mahasiswi Ilmu Keluarga dan Konsumen, saya ingin bertanya mengenai prospek kerja jurusan IKK itu bagaiamana ya?

Konselor : Sesuai dengan namanya, Ilmu Keluarga dan Konsumen, ilmu yang mempelajari keluarga dari manajemen sumberdayanya, manajemen keuangannya, sistem pertahanannya, tahap-tahap perkembangannya, dan masih banyak lagi. Sedangkan ilmu konsumen ialah ilmu yang mempelajari tentang perilaku konsumen, perlindungan konsumen, dan masih banyak lagi. Di IKK pun diperdalam mengenai ilmu tentang psikologi anak, tumbuh kembang manusia, dan pendidikan holistik. Begitu luas cakupan ilmu yang dipelajari, maka besar pula prospek kerja lulusan IKK. Dan jika anda nanti setelah lulus ingin bekerja, pilihlah pekerjaan yang sesuai dengan bidang yang anda minati, misalnya jika anda menyukai ilmu tentang konsumen, anda bisa bergabung dengan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia). Jika anda menaruh perhatian pada ilmu keluarga dan anak dan pengembangan sumberdayanya, anda bisa bergabung dengan BKKBN, atau jika anda berminat untuk membangun sekolah berbasis karakter dan pendidikan anak usia dini atau bina keluarga balita, anda bisa bergabung dengan lembaga-lembaga yang sesuai.

Klien : Jika minat saya tidak diantara yang disebutkan di atas, bagaimana?

Konselor : Sebelum memilih, pertama-tama, kenalilah siapa diri kita, apa motivasi kita, cita-cita kita, dan yang terpenting ialah minat dan bakat kita, karena pekerjaan yang nanti akan kita lakoni jika ingin nyaman menjalaninya, harus sesuai keinginan kita, bakat dan minat kita, oleh sebab itu, langkah anda sudah bagus untuk menanyakan banyak informasi tentang prospek kerja setelah lulus menjadi sarjana. Saat ini saya ingin bertanya, apa minat anda?

Klien : Saya menyukai ilmu ekonomi, saya berminat menekuni bidang-bidang ekonomi.

Konselor : Jika anda berminat di bidang ekonomi, anda bisa menjadi Financial Analyst di perusahaan-perusahaan dalam negeri ataupun swasta. Di IKK diajarkan pula tentang manajemen sumberdaya keluarga, ekonomi keluarga, dan manajemen keuangan keluarga. Ilmu-ilmu tersebut bisa diaplikasikan untuk pekerjaan anda jika ingin bergelut dengan bidang-bidang ekonomi ataupun keuangan.

Pembahasan

Dari kasus bimbingan konseling di atas, dapat disimpulkan bahwa bidang konseling yang dilakukan ialah bidang pendidikan dan pekerjaan. Fungsi konseling yang terlihat pada kasus di atas ialah fungsi kuaratif, yaitu konseling membantu masalah yang dihadapi klien. Klien dimotivasi untuk mengetahui potensi yang dimilikinya. Tipe konseling yang dapat dilihat dari proses bimbingan konseling di atas ialah Tipe Konseling Fasilitatif, yaitu proses membantu klien hingga jelas permasalahannya, selanjutnya bantuan dalam pemahaman dan penerimaan diri, penemuan rencana tindakan dalam mengatasi masalah, semua tindakan dilakukan atas tanggungjawab sendiri, sedangkan tindakan konselor ialah konseling individu dengan cara menyampaikan informasi, mengarahkan, dan menginterpretasikan.

Tahapan Psikologi Konseling :

Merupakan suatu cara dalam proses konseling untuk membagi langkah-langkah konseling dengan beberapa tahapan. Dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Tahapan awal :

Menciptakan hubungan baik dengan klien agar klien dapat terlibat langsung dalam proses konseling. Pada tahapan ini konselor memberikan arah konseling secara tepat, persamaan persepsi tentang hakikat konseling, peran konselor, dan peran klien. Dua langkah yang perlu diperhatikan pada tahapan ini ialah pembinaan hubungan baik dan penetapan batasan konseling.

2. Tahapan inti :

Pada tahapan ini konselor membantu klien memahami gambaran dirinya, hakikat masalah yang dihadapinya, penyebab, dan penemuan alternatif pemecahan masalah, serta cara-cara melaksanakan alternatif tersebut. Pada kasus konseling di atas, konselor menyarankan kepada klien untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat, dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

3. Tahapan akhir :

Mengadakan penilaian keefektifan proses bantuan konseling dan penentuan kegiatan tindak lanjutnya. Namun, proses konseling yang dilakukan saat praktikum minggu lalu belum sampai pada tahapan ini, karena proses konseling masih berada pada tahapan inti, yakni penetapan alternatif pemecahan masalah, dengan memberikan informasi tentang prospek kerja.