Selasa, 28 Desember 2010

HIDDEN

Jadi bingung deh mau mulai dari mana ceritanya… sebelumnya, intermezzo dulu… ^^ di sini, di blog ini, harap maklum jika ditemukan beberapa hal janggal. Karena saat ini, aku cuma pengen bebas berekspresi mengungkapkan perasaanku sebebas-bebasnya, membuka pikiran, tanpa alasan ini itu, tanpa sebab apapun, tanpa syarat, dan tanpa sekenario… hhe… pokoknya bebas, maaf jika aku gak konsisten… kadang nulis ‘aku’ kadang ‘gw’ kadang ‘saya’, ataupun ‘ane’, coz, yaa… itu tergantung mood. Lagipula, sekarang aku bukan sedang menulis puisi, yang kayaknya makruh banget kalau pake kata ‘gw’ dan aku juga bukan lagi buat makalah, yang udah jelas haram menggunakan kata ‘kami’ dalam pembahasan….

Kenapa judulnya Hidden?

Judul itu menjurus pada persoalan tentang perasaan yang tersembunyi. Semua orang pasti punya rahasia yang disimpan di lubuk hatinya yang paling dalam, bahkan ada yang sampai menutup pintu rahasia hati itu dan membuang kuncinya ke samudera, agar tak ada makhluk lain yang tahu.

Kali ini, aku mau mengungkapkan, satu perasaan yang tersembunyi di sudut hati, sudah ditemukan, tapi sulit untuk dikeluarkan sebagai ungkapan. Karena mungkin, perasaan itu bersifat rahasia, atau sesuatu yang bisa menimbulkan rasa malu. Tentunya semua orang pasti memiliki perasaan-perasaan tersembunyi yang berbeda-beda jenisnya.

Banyak perasaan yang aku alami akhir-akhir ini, bukan akhir2 ini aja sih, tapi, perasaan-perasaan yang sempat kurasakan sepanjang hidup. Perasaan yang mudah berubah, begitu cepat berganti, kadang menghilang, tapi bisa muncul tiba-tiba secepat kilat.

Sebelumnya, aku sangat minta maaf kepada diri sendiri karena terkadang aku belum bisa menyayanginya dengan tulus. Aku masih sering menganiayanya, dengan sering mengasihani, meratap, mengutuk, dan menyesali apa yang telah terjadi, aku bukanlah orang yang sempurna, mungkin aku belum bisa digolongkan ke dalam kategori ’anak yang telah dapat membahagiakan orangtua’. Aku pun sulit untuk mengungkapkan sesuatu ketika dihadapkan pada suatu tekanan, yang sebenarnya tekanan itu timbul karena sugesti dan rasa takut internal, dari dalam diri. Aku bukan orang yang bisa mengetik dengan sepuluh jari, aku mengetik masih dengan menggunakan 5 jari. 2 jari kiri, dan 3 jari kanan. Tak pernah bisa mengetik tanpa melihat keyboard, tapi, setidaknya, itu yang bisa aku lalukan. Mencoba mengetik, semampuku.

Jika kuaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, kembali mengingat perasaan-perasaan yang tersembunyi, kadang-kadang, ada hal yang tidak dapat kita terima. Misalnya : Dapat nilai jelek, padahal udah belajar keribo. Tapi, aku sadar, setelah banyak merasakan asam garam kenyataan dunia dalam menerima fakta tak menyenangkan, ada beberapa tahapan perasaan yang mungkin dirasakan manusia-manusia di dunia.

Kekecewaan – Penyesalan – Perenungan – Meyakinkan Diri – Penerimaan.

Pada akhirnya, kita akan menerima... tanpa alasan apapun yang menyertainya, hanya menerima, seiring dengan berjalannya waktu.

Itu yang aku rasa, juga mungkin orang-orang juga ngerasain proses itu ketika menerima kenyataan yang gak sesuai harapan. Ambil contoh aja, misalnya, perasaan kita udah belajar sungguh-sungguh, dan pas ngisi ujian udah yakin banget, eehh.. taunya nilainya jeblok bgt. (hoho... sebenernya ini curhat colongan) aku baru saja merasakan hal itu, dan rasanya kayak patah hati, putus cinta... atau apalah yang bisa disebut BROKEN.

Nah, pas awal melihat angka yang tertera di depan lembar jawaban, aku memasuki tahap KEKECEWAAN, lalu dilanjutkan dengan PENYESALAN... Aku syokk bgt, mungkin karena itu soal beruntun, jadi kalau ada yang gak teliti sedikit di awal, ke bawah-bawaahnya juga bakalan salah, dan tak termaafkan, sang pemeriksa langsung memberi tanda silang besar tanpa ampun. Tanpa upah nulis diketahui, ditanyakan, apalagi dijawab!

Temenku kaget banget lihat nilaiku, anggap nama temenku itu Maemunah. Gimana enggak, sebelum ujian Mata Kuliah itu... Maemunah selalu minta aku ajarin, emang karena aku ngerti banget sama pelajaran itu. Dan Maemunah pun ngaku heran kenapa nilaiku segitu. Bahkan ada temen yang bilang pemeriksanya salah. Jujur, saking syoknya, aku nangis di tempat kejadian perkara. Okelah, kalau ujian yang aku gak belajar sebelumnya aku dapet nilai jeblok, gak apa-apa, aku terima, tapi pelajaran ini, aku selalu merhatiin waktu praktikum, aku sering beljar dan mengajarkan. Hingga paham banget. Tapi... niliaku bobrok bgt... >.< *tak relaa....

Akhirnya, emang pas diliat, ada ketidakadilan-ketidakadilan di dalam sana. Tadinya aku males protes ke kakak asprak, tapi, berhubung ketidakadilan itu jelas banget terlihat, aku nekat maju ke depan. Yang biasanya aku gak berani, bahkan bertanya hal yang aku gak ngerti ke beliau pun aku gak berani, karena... hehe... ada yang tak beres dengan wajah sang asprak. Maksudnya terlalu ganteng. ^^ Apalagi tuh kakak asprak mirip banget sama temenku. Dan temenku itu perempuan. Aku dan Maemunah sering banget gak bisa nahan ketawa setiap kali menatap kakak asprak itu. Jadi setiap kali beliau nerangin, sebisa mungkin, aku gak menatap wajah beliau, liatnya ke papan tulis aja. Karena, sumpah... gelii banget dengan kemiripan itu.

Tapi, saat kemaren protes, aku maju ke meja kakaknya, di tengah orang-orang yang lg protes, aku protes agak kenceng, ”Kak... ini kok si Nana dibenerin, tapi saya disalahin.” Anggap aja nama temenku yang beruntung itu ’Nana’.

Jawabanku dan Nana sama percis, dari cara sampai hasil di suatu nomor soal, tapi anehnya, aku disalahin, Nana dibenerin. Si kakak melihat lebih teliti lagi, dan menjelaskan. ”Ohh.. iya, ini emang salah kok harusnya...”

Lalu, aku jelasin aja apa yang aku yakin bener, karena, banyak banget orang yang isinya gitu tapi dibenerin, aku udah periksa lembar-lembar jawaban orang, dan banyak yang dibenerin. Karena gak terima, yah, aku protes lagi, yang ini, aku ngerasa intonasi suaraku tinggi banget, alias sedikit ngebentak. ”Tapi kak, temen-temen saya yang lain kok banyak yang dibenerin?!”

Dan lagi-lagi kakaknya jawab dengan perkataan yang menurutku sia-sia banget. ”Yaudah... mana sini yang saya benerin, harusnya salah itu,” lalu beliau memberikan pengumuman di depan kelas, menyuruh anak-anak yang nomor itu salah tapi dibenerin untuk maju ke depan. Dan dengan sangat emosi, aku jawab, ngebentak di depan kakak asprak itu. ”YA GAK BAKAL ADA YANG MAU LAH KAKK!!! PIKIR DONG!” sambil nyolot.

Sumpah, baru kali ini aku ngebentak kaum adam. Aku gak ngeliat ekspresi sang asprak, aku langsung balik dan meluk seorang teman, dan menangis lagi. Gak tau kenapa saat itu hari banjir air mata banget. Sepanjang hari sensian mulu. Sampe temen baikku juga bertanya-tanya. hoho... Gomenasai deh buat temen-temenku yang hari itu kena semprot. Termasuk kakak aspraknya.

Setelah banyak temen-temen yang menenangkan, memberi semangat dan motivasi, akhirnya aku melewati tahap pertama dan kedua, yaitu Kekecewaan dan Penyesalan. Dan memasuki tahap PERENUNGAN dan MEYAKINKAN DIRI. Banyak masukan-masukan dan nasehat dari teman-teman. Bahwa ternyata, banyak juga yang ngalamin hal yang sama, dan memang kan masih ada UAS. UAS harus lebih baik lagi. Nilai jelek bukan artinya kita gak bisa. Allah lihat usahanya, gimana aku belajar, gimana aku selalu memperhatikan saat praktikum, kalau hasilnya segitu, yaa... tenang aja, yang penting penilaian dari Allah selalu adil. Dan pada akhirnya, aku memasuki tahap terakhir yaitu, P-E-N-E-R-I-M-A-A-N. Di tahap ini, udah gak ada lagi perasaan ’broken’.

Pulang kuliah, aku nerima kabar gembira, kakakku lolos tes PNS, dengan nilai tertinggi untuk Departemen Kesehatan. Dalem hati aku ketawa, bahagia, tapi agak miris jg sih... Ironis banget... Aku jadi mikir deh, kapan yaa... aku bisa memberikan kabar gembira pada orangtua, bukan hanya bisa memberikan kabar buruk aja...

Yah, tapi, itu hanya sekedar perasaan yang tersembunyi... yang dibisikan perlahan-lahan sampai tak terdengar...


FLEXI-S

Luar biasa aneh, kenapa perasaan ini ada? Aku pernah merasakan perasaan ini sebelumnya, perasaan yang benar-benar aneh. Aku dapat merasakannya, tapi aku tak tahu perasaan ini dinamakan apa. Mungkin aku tahu, tapi, tak tega menyebutkannya, terlalu nista untuk disebutkan.

Rasanya mirip perasaan jatuh cinta, tapi jatuh cinta pada orang yang sama sekali salah. Salah besar! Aku mengutuk diriku sendiri saat menyukai tatapan matanya padaku, atau senyumannya yang penuh makna. Dan ketika merasa nyaman berada di dekatnya. Meskipun kita tak saling berbicara. Tapi, rasanya seperti sudah berbicara banyak hal. Dia terlalu tulus, terlalu manis, dan terlalu kucintai...

Aku tahu, mungkin ada beberapa orang teman berlainan gender kecewa karena sikapku yang menjauh. Bukan aku tak suka berteman dengan mereka, tapi, aku takut mereka terlalu jauh berharap, aku takut kedekatan kita terlampau jauh, namun pada akhirnya, aku mengecewakan...

Kembali pada perasaan aneh ini, entah mengapa, aku suka cara dia berjalan, aku suka cara dia tersenyum dan menatapku, aku suka memandang tatapan matanya yang tajam, aku suka bibirnya, aku suka hidungnya, aku suka pipinya, aku suka bulu matanya, aku suka segala hal yang ada pada dirinya yang apa adanya... Aku suka menatapnya, dari jarak dekat...

Perasaan ini terlalu mengerikan, sangaaat mengerikan! Lebih mengerikan daripada hal apapun. Perhatiannya, rasa pedulinya serta tawa dan canda yang ia tawarkan, mewarnai hidupku. Entah sejak kapan aku selalu mengharapkan kehadirannya, di berbagai acara, di setiap hariku. Jika dia tidak ada, aku merasa dunia ini penuh dengan kehampaan tanpa jeda.

Maaf, jika rasa ini melanggar banyak aturan dan menembus batas kewarasan, maaf jika aku tak dapat menyembunyikannya. Aku tak ingin menghancurkan jalinan apapun yang telah tercipta dalam hidupku, aku hanya ingin mengungkapkan kesungguhan, bukan untuk mengakui dosa. Tapi agar perasaan aneh itu menguap bersama dengan ungkapan-ungkapan yang entah harus kunamakan apa.

Kita tidak mungkin memainkan drama Cinderella dan Pangeran pencari sepatu kaca, Romeo and Juliet, atau Cleopatra dan Mark Anthony, di kehidupan mana pun. Karena perasaan ini adalah perasaan yang tak wajar, tak dapat dicerna akal sehat. Perasaan ini hanyalah sebuah gelombang resonansi ketidakharmonisan antara hati dan otak. Pikiran dan Perasan.

Aku tak mau menyanyikan lagu Cinta Terlarang di sini, itu hanya akan memperburuk keadaan. Biarlah, perasaan ini, kukubur selamanya. Perasaan yang tak pantas dikhayalkan dan tak mempunyai harapan sama sekali. Tak layak untuk ada di permukaan bumi.

Sekarang, aku berusaha membaca makna, berusaha bersikap sewajarnya dan menjadi diriku yang lebih baik lagi. Menata hati untuk masa depan. Semoga, Tuhan mengirimkan seseorang untuk membimbingku, kembali pada perasaan yang memang fitrahnya.


Sabtu, 11 Desember 2010

TERSANGKA

Pernah gak sih kalian berbuat sesuatu yang membahayakan nyawa orang lain? Bukan berbuat sih sebenernya, tapi ‘gak sengaja berbuat’. Haduh, sungguh dengan hati yang tulus tanpa dendam pertama-tama gw ingin meminta maaf pada pihak-pihak yang turut menjadi korban tercemarnya air minum gw…

Kenapa air minum?

Gw tahu, manusia disarankan meminum sekitar delapan gelas air per hari. Gw juga tahu, standar air bersih yang baik dikonsumsi publik itu yang gimana. Tapi, kenapa gw masih melakukan tindakan menyimpang, dan itu, jika ceroboh, bisa membahayakan nyawa orang.

Kejadiannya baru-baru ini. Gw naik angkot, dan kebagian duduk paling pojok, di depan gw terdapat sesosok makhluk, anak SMA akhwat berjilbab, dia lagi tidur, seperti biasa, gw ngelamun menatap ke pintu jendela, merhatiin pemandangan di luar dengan santainya.

Di tengah perjalanan, anak SMA di depan gw itu bangkit dari tidurnya, dan tiba-tiba melotot mengerikan memandang gw, serius, serem banget ekspresinya, sampai-sampai gw curiga dia kerasukan hal-hal gaib, ditambah di angkot itu hanya ada gw, dirinya dan dua penumpang lain di deket pintu. Coba bayangkan perasaan anda jika di hadapan anda ada orang bangun tidur tiba-tiba melotot ngeliatin anda. Tadinya gw mau turun, tapi kan sayang, kalau gw turun gw harus bayar angkot setelah turun, lalu dengan konyolnya naik angkot jurusan yang sama. Akhirnya gw pura-pura selow dipelototin gitu.... ehh, beberapa detik kemudian itu anak sekolaan muntah dengan dahsyatnya. Dalam kasus ini, gw agak-agak tersinggung nii, hhe, kesannya dia muntah gara-gara ngeliat muka gw. (-_-’)

Dan yang bisa gw lakukan saat itu adalah, cengo sambil memelototi dua penumpang lain yang keliatannya gak berkutik. Si anak SMA itu tiba-tiba minta tissue, dan setelah gw liat isi tas gw, gak ada tissue, adanya air minum. Mungkin, saking gak tau harus ngapain, gw malah nyodorin air minum. (padahal dia mintanya tissue). Haduh, tulalit deh pokoknya... ”Minum dulu aja De,” seru gw berusaha gak terlihat parno. awalnya gw merasa lumayan senang, karena ternyata minum yang gw sodorin berguna, dia minum sampai sisa sedikit, tp... tiba-tiba, abis minum dia ngomong, ”Kok rasanya aneh ya, Mbak?” sambil muntah lagi. Kali ini muntahnya lebih dahsyat dari sebelumnya.

Jreng Jreng.... Tringg... Gw baru inget, itu air minum udah entah berapa minggu yang lalu, dan pada suatu malam yang entah malam zaman kapan gw pernah ngocok-ngocok isinya sampai berbusa, niatnya mau ngebersiin, jadi rencananya setelah dikocok2 itu airnya dibuang, dan diisi air baru. Tapi dodolnya, gw lupa ngebuang tuu air, paginya gw masukin lagi aja... dan air itu mengendap berhari-hari di tas gw, lalu, dengan bangganya gw kasih tu botol minuman kepada orang yang seharusnya mendapat pengobatan yang layak.

Tadinya gw mau menjelaskan dan berusaha menghibur, atau seenggaknya menenangkan dia tentang ’rasa air minum’ yang aneh itu. Tapi, saat itu waktunya gw harus turun angkot. Dan, gw refleks bilang ’Kirriii...”. Dengan ekspresi ’Yasudahlah’. Gw turun angkot, dan merasa sangat bersalah. Tepatnya, takut jadi tersangka. Lebih lagi, gw tinggalin botol minuman bersama sang korban. Haduh, bagaimana nasib anak itu yaa? Gimana kalau dia kenapa2, dan polisi menemukan bukti botol minuman beracun, dan di situ ada sidik jari gw...??? hwaaaa.... Gyaboooo........ T__T

Tentu saja hal seperti itu bukan pertama kali terjadi....

Saat itu sedang uas, psikologi anak. Psikologi anak adalah pelajaran yang paling gw sukai, ^^ banyak manusia2 yang yang ngambil SC psikologi anak. Dan, saat ujian pun dibagi beberapa kelas, saking banyaknya. Dan, pas gw baca soal2nya, gw ngerasa soal2nya susah, setiap nomor soal mengandung misteri... hhe... entah kenapa gw pengen cepet2 beres sampai nomor terakhir, dan ingin bebas dari ruangan itu. Orang yang keluar paling pertama gak selalu artinya dia bisa. Daripada gw nulis hal-hal yang lebih jauh ngelanturr di lembar jawaban, mending gw kumpulin cepet aja. Dan melupakan apa yang telah terjadi di dalam kelas.

Sepi. Masih sepi banget, hanya ada gw dan tembok. Dan gw geli mengetahui bahwa gw adalah makhluk yang keluar paling pertama diantara banyak peserta ujian. Dari kelas lain juga belum ada yang keluar. Tapi yang ngebuat geli itu, gw keluar duluan gara2 udah gak ada ide lagi buat mengarang indah di lembar jawaban. Yo wess, itu bener2 gw isi seadanya. Singkat, Padat, dan Tidak Jelas.

Saat gw duduk tenang di depan kelas, gw merasakan ada suara langkah kaki gak wajar, ternyata ada beberapa orang juga yang nyusul gw. Salah satunya temen gw. Sebut aja nama temen gw itu Mimin. Mimin manggil gw dengan paniknya dan nanyain air minum. Eh, pas gw liat ada anak SC, kakak tingkat dari fakultas lain yang ikut psikonak lagi semaput, ekstrim banget deh gaya jatuhnya. Nyerodot di tembok sambil megangin dadanya. Sempet denger dari orang-orang, kabarnya dia emang punya penyakit jantung. Ekspresi si kakak itu udah bener2 kesakitan banget, udah kaya orang hampir hampiran. Awalnya gw sama si Mimin cengo, dan merasa kasihan, tp gimana... dy kan cowok, sedangkan kita cewek dan hanya berdua saja. Masa kita seret-serett tuh c kakak sampai rumah sakit.

Akhirnya, yang bisa kita lakukan ialah menyodorkan minum (punya gw) dan meminta bala bantuan. Sesungguhnya gw gak tega, gw tau itu air minum udah dari zaman kapan tau, sempet gw liat isinya, dinding2 botol udah lengket2, gw aja kagak tega minumnya. Tapi dari luar gak keliatan karena botol itu berwarna biru. Gw udah ngomong ke c Mimin, tp Mimin malah ngomong, ”udah, g pa2, kasih aja.”

Beberapa detik kemudian datanglah Bu Dosen pengawas dari ruang lain. Gw sama si Mimin merhatiin dari jarak dekat si Bu Dosen melakukan aksi pertolongan pertama kaya anggota KSR yang lagi mijet2 orang keseleo. Setelah itu, kk itu meminum air dari botol gw, hingga habis... Aaaaa... Tidaaak! (saat si kakak anak SC itu minum, entah kenapa gw malah tutup kuping dan nyalahin si Mimin).

Pas abis minum, gw liat, c kakak itu pingsan... padahal tadinya masih gerak2... Suasana udah mulai ramai, udah banyak yang selesai ujian. Gw mundur perlahan... sambil bisik pelan-pelan ke si Mimin, ”Min, kabur yuk...” entah Mimin denger apa enggak, hingga pada akhirnya, gw mengendap2 ngambil botol minum gw deket bu dosen, dan menjauh perlahan dari kerumunan itu.

Entahlah nasib selanjutnya para korban air minum gw itu gimana... haduh, sebenernya kali aja bukan gara-gara air minum gw, tapi tetep aja air minum kotor, kadaluarsa itu pasti memperburuk keadaan...
Astagfirullahaladzim....
Gak lagi-lagi deh menimbun minuman beracun di dalam tas.

sumber gambar : ksupointer.com



Jumat, 03 Desember 2010

INSHA ALLAH

Everytime you feel like you can not go on…

You feel so lost,

That your so alone,

All you see is night,

And darkness all around…

You feel so helpless,

You can’t see which way to go…

Don’t despire and never loose hope,

coz Allah, is always by your side...

Insha Allah… Insha Allah… Insya Allah… You’ll find your way…

Bismillah,

Udah lama gak posting, dan baru sadar, banyak hari yang telah aku lalui dengan sangat luput. Astagfirullah, berapa banyak dosa yang telah mengisi hari-hari. Hingga saat aku mendengar sebuah lagu yang… bener-bener nyadarin banget. Di saat aku nyaris gak mengenali siapa diri ini, karena pudarnya batasan antara baik dan buruk, karena kemunafikan, kedzaliman, hingga kelalaian...

Pernahkah kalian merasa sepert dalam syair di lagu itu? Pernahkah kalian mengalami suatu masa di mana kalian merasa sangat kosong dan hampa? Saat ini, detik ini, aku mengalaminya, dan yang bisa kulakukan hanyalah menangis tanpa suara. Dan merasakan kehampaan setelahnya.

Kadang, aku malu pada Allah yang telah banyak memberikan nikmat dan anugerah dalam hidupku. Kalau inget semua nikmat itu, semua kebahagian yang Ia berikan, dan mengeja seluruh dosa-dosa yang kulakukan sepanjang hidup, kayaknya, itu semua gak beda sama istilah ’air susu dibalas dengan air tuba. Tega banget...

Dengan beragam penyesalan dan muhasabah diri yang kulakukan, dengan sejuta nasihat dan petuah yang kudengar, dengan banyak makna dan hikmah yang kusaksikan, terkadang, aku merasa ingin berubah, dan mengejar hidayahNya. Dengan keimanan yang benar-benar sempurna. Dan kini, aku akan berusaha untuk melangkah perlahan, yaitu berusaha menjadi ’lebih baik terlebih dahulu.

Aku yakin, lautan maaf Nya lebih besar dari hamparan dosaku...

Insha Allah... We’ll find the right way...

sumber gambar : abundancetapestry.com

CERITA TENTANG DIA

Setiap langkah mengelabui, menipu dan memaksa. Aku tak ingin berkisah dengan paksaan. Menceritakan hal apapun yang dunia inginkan. Tentang sang matahari yang tak pernah kehilangan panasnya. Atau tentang daun-daun berserakan pasrah diterjang kematian yang melayukan tubuhnya.

Sesosok rambu menghampiri sebagai pertanda ketidakberdayaan. Aku tidak ingin melihat kekacauan jalan raya yang menghadang arah pandang mata. Aku ingin merasakan air hujan memecah kekeringan dan melihat burung-burung bahagia dengan gerimis, tak mau menyaksikan cinta yang terkapar, terabaikan dalam waktu yang lama.

Mungkin dia tak pantas menjadi ilalang yang tumbuh subur, dia hanyalah seekor ulat menjijikan yang bahkan tak bisa bermetamorfosis. Ia hanya bisa menikmati sisa hidupnya sendiri dalam kurungan rasa malu dan kutukan sang waktu.

Dia ingin bermanfaat bagi orang lain, namun bukan berarti ingin menjadi orang yang mudah dimanfaatkan. Tapi, kenyaataan ini membunuh kekuatannya untuk tetap berdiri menghalau segala rintangan yang menghadang. Dia menyerah dengan cara yang selama ini mereka ajarkan pada dunia, tentang ketulusan yang tak pernah mencapai kata sejati. Atau keikhlasan yang tak bisa dirasakan sepenuhnya. Bagai hidup di atas rerongsokan kotor, terbungkus karung, terikat kuat, terbelenggu, lalu dinaikan ke atas mobil dengan tampilan depan seperti monster. Tak lebih berharga daripada sampah...

Dia tak mampu lagi berpikir untuk apa hidupnya tetap berlangsung, jika yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu datangnya hari kepastian yang tanpa ujung...

sumber gambar : tripadvisor.com


PENAKUT

Anak yang Penakut dan Menakutkan...

Ada sebuah kisah, tentang anak yang merasa dirinya penakut. Dia menyadari, apa yang menyebabkannya menjadi anak penakut. Dari mana ketakutan itu berasal. Sebut saja nama anak penakut itu ’Scary’. Di setiap malam, ia selalu dilanda kegelisahan tentang arahan hidup yang diberikan oleh orangtuanya. Ia mengetahui, ada yang salah dari beberapa hal yang diajarkan oleh kedua orangtuanya. Ia merasa hidup seorang diri dengan beragam jenis rasa takut tak beralasan yang mengelilinginya. Jikapun ia mengetahui alasan itu, alasan mengapa ia menjadi penakut, alasan itu sungguh tidak masuk akal, sehingga ia malas untuk membahasnya. Lebih memilih mencari pelarian dari rasa takut, dengan cara... Benar-benar berlari... Menghindari masalah...

Padahal ia tahu, di persimpangan jalan yang berlawan pun, ia akan menemui masalah yang mungkin bahkan lebih besar. Sehingga, ia merasa harus berada di zona nyaman dunia, meskipun harus merelakan banyak perasaan. Dari situlah keegoisannya muncul.

Rasa takut itu sungguh mengerikan...

Banyak orang mengartikan tentang definisi rasa takut. Rasa takut yang membuat kita tidak berani untuk bermimpi, rasa takut yang membelenggu semua kegiatan yang sebenarnya BISA kita lakukan. Ketakutan membuat segalanya berjalan tidak sesuai harapan. Ketakutan mengajarkan cara hidup yang sangat mudah namun membawa penderitaan yang berkepanjangan. Yaitu dengan melarikan diri, berlindung di zona nyaman dunia yang membuat kita tidak bisa menghadapi tantangan di kemudian hari. Jadi orang penakut itu rasanya sungguh menakutkan. Apa jadinya jika manusia tidak berani mengambil sebuah langkah hidup yang akan menjadikan cita-citanya tercapai. Sesungguhnya, rasa nyaman yang kita dapatkan, khususnya dari orangtua, jika terlalu berlebihan, dapat membutakan lensa keberanian dalam diri kita.

Scary merenung menatapi boneka-boneka yang diam terpaku. Tanpa nyawa. Ia sadar mereka tak mempunyai nyawa, tapi ia tetap bergumam sendiri, seolah boneka-boneka binatang kerdil itu yang bicara. Ibunya tersenyum gemas menatap anak perempuannya memainkan boneka-boneka itu seorang diri, seperti orang stress. Ibu yang sangat baik, mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang, terkadang permisif, terkadang otoriter, dan dalam beberapa waktu yang manis, bersikap demokratis, saat ibunya bersikap demokratis, itulah bagian dalam hidupnya yang paling ia suka.

’Sangat menakutkan menjadi orang yang penakut. Aku nyaris takut bertemu orang-orang yang baru kukenal, orang-orang yang telah mengenalku, sahabat-sahabatku, bahkan, saat aku menatap cermin, aku melihat bayangan gadis berdiri menatap lurus ke arahku, matanya sangat ketakutan. Dan kusadari, ketakutan ini telah melampaui batas. Aku takut pada diriku sendiri.’

Kata ’jangan’, ’Tidak Boleh’, ’Berbahaya’, ’Aku Ragu’, ”Kamu Tidak Akan Bisa’, ’Tidak Percaya’ kerap di dengar olehnya. Di masa kecil, bahkan hingga saat ini, saat ia beranjak memasuki tahap operasional formal yang seharusnya sangat brilliant. Namun, kebanyakan orang ketakutan memasuki tahap ini. Termasuk Scary. Ia harus jujur, mengakui, bahwa dia tidak berani lagi untuk bermimpi. Ia terus menyalahkan orangtuanya, orangtua yang OVER PROTECTIVE membuat anak menjadi PENAKUT. Mudah sekali kan? Menjadikan anak yang penakut itu? Jaga mereka dari hal-hal yang berbahaya dan agak berbahaya. Masukan anak anda ke dalam zona nyaman dunia. Bayar berapapun untuk kenyamanan anak anda. Jangan biarkan anak anda memegang pisau dan menjaga rumah seorang diri. Dan anda akan sukses menjadikan anak anda berjalan menatap tanah. Menjadi manusia penakut dan menakutkan!

Kasus Scary dengan orangtuanya membuat ’Rasa Takut’ memiliki subjek dan objek penderita. Hingga pada akhirnya, anak sering menyalahkan orangtua, mengapa ia menjadi penakut, karena memang ia diajarkan cara yang sempurna salah tentang arti keberanian menghadapi tantangan. Namun, orangtua pun menyalahi anak, jika anak menjadi terlalu penakut pada saat dewasa.

Di sini, saya (berusaha) melihat bukan dari sudut pandang Scary ataupun orangtuanya. Anggap saya adalah tumbuhan yang tak mempunyai rasa takut dan tidak bisa mengajarkan rasa takut. (rasa takut itu ternyata DIAJARKAN secara terselubung, tanpa disadari)

Orangtua tak sepenuhnya salah, karena mungkin, saat kita lahir ke dunia, mereka belum diperkenalkan dengan modul-modul bernuansa pengasuhan. Bukan salah mereka sepenuhnya...

Sekarang, aku sadar itu, dan tahu akar permasalahannya. J

sumber gambar : futurity.org

TAK PERNAH LAYAK

Aku hanya ingin menuangkan segala penat yang memadat.

Ketika kupanjat doa yang tak berkesudahan. Selalu ada garis mati yang menyayat.

Menyatakan kekecewaan dan kerapuhan.

Membebaskan hujatan yang terperangkap.

Seakan tak pernah layak menjadi bintang di tengah kegelapan pekat.

Suara hati bersenandung misteri tak berdaya, tak bernada, tak bersuara.

Beralaskan tanah malam menunggu pudarnya harapan yang jemu pulang.

Menegur canda dan cinta yang kudapat.

Aku tak ingin meronta, menyesali kenyataan.

Karena aku tak pernah layak untuk mengeluh, membabi buta, menangisi takdir, dan berteriak menengadah langit sambil mengatakan bahwa aku tak menginginkan kesalahan yang kubawa seumur hidup.

Kutekan penyesalan ke permukaan jiwa. Bahkan aku tak layak menyesalinya. Pembantahan yang tak sesuai naluri, pembantaian iman yang nyaris kandas, penyanderaan hati malaikat yang dimiliki setiap jiwa merana karena dosa.

Bingkai Kesetiaan yang retak melindungi gambar-gambar cinta dalam imajinasi.

Semakin mempesona, semakin indah, semakin kuat, dan semakin menyakitkan.

Fakta hanya sekedar fatamorgana. Sesaat, semu, dan tak tersentuh.

Aku tahu inilah prinsipku. Atau karena aku takut, kedok malaikatku tersingkap?

Bahkan kutakkan pernah layak bertanya, mengapa aku memiliki jiwa iblis yang tak pernah terungkap?!

sumber gambar : deshow.net

Sabtu, 16 Oktober 2010

MY LOVELY TOWN

Suasana hati lagi melankolis nih, kebawa suasana, langit agak mendung detik ini, dan ketika gw melihat ke luar rumah dari jendela, memandangi aspal jalanan, memandangi anak-anak kecil yang lagi bermain tanpa beban, melihat langit biru yang tertutup awan putih dan kelabu, diiringi kegelapan malam yang akan datang sebentar lagi. Rasanya, saat ini gw pengen menunggu waktu dengan mengungkapkan segala isi hati lagi. Setelah sebelumnya gw melakukan hal yang sama. Dan ternyata, bagi gw, menulis seperti ini adalah sebuah kebutuhan. Kalau dulu diary, sekarang blog. Emang kurang bebas sih kalau di blog, karena siapapun dapat mengakses, oleh karena itu, ’Barangsiapa yang pernah membaca posting2 di blog ini dan merasa tersinggung. Mohon maaf, aku tak maksud menyinggung, aku cuma ingin bercerita tentang perasaan saja. Perasaan yang manusiawi.’

Saat ini, gw emang lagi dalam suasana yang mendayu-dayu, romantis melankolis. Tapi gw gak akan membiarkan hal itu terjadi. Karena, sesungguhnya, gw bukan orang yang bisa mengungkapkan perasaan dengan kata-kata romantis dan melankolis. Dalam kehidupan nyata, gw adalah orang yang gak pernah bisa serius. Gw juga gak tau kenapa. Kalau serius, bawaannya amat sangat tidak nyaman.

Itu yang gw takutkan ketika punya pendamping hidup atau punya anak. Terus terang, dalam kehidupan nyata, gw adalah orang yang amat sangat dingin, risih banget kalau mau mengungkapkan perasaan sayang dan cinta. Sampai mama sering banget ngingetin ’kalau diajak ngomong itu yang serius. Ada waktunya kita becanda, ada juga waktunya harus serius.’ ^_^v

Sebenernya gw jg bisa lah serius, cuma sering merasa gak nyaman dengan keseriusan itu. So, biarkan gw menjadi diri sendiri apa adanya. It’s the truly me... ^^

Balik lagi ke pemandangan yang gw liat dari jendela rumah. Taman kecil depan rumah rumputnya makin subur, tembok warna krem memagari taman itu dengan setia. Setiap kali gw melihat taman kecil itu dari jendela kamar. Bahkan, saat ini jadi meluas, juga setiap gw liat tiap sudut ruangan dalam rumah gw. Tiba-tiba muncul perasaan sedih yang gak bisa dijelaskan. Gw juga gak ngerti itu apa, apa perasaan rindu? Takut kehilangan? Atau memori? Perasaan itu begitu aneh dan kadang gw pengen kabur dari rumah ini sebelum waktu mengusir gw dari rumah ini.

Jujur, mungkin itu memang efek dari pernyataan yang insha Allah akan menjadi kenyataan, bahwa, TAK KAN SELAMANYA, kami, berada di sini. Kata-kata itu selalu gw lupain, tapi perasaan sedih itu kadang muncul di tengah tangis, tawa dan semua hal yang gw rasakan akhir-akhir ini.

Mungkin gw emang anak yang lebay banget sama perpisahan. Dulu, waktu zaman TK, SD sampai remaja, kalau ada tamu yang berkesan datang truz pulang, rasanya tuh sedih banget, sampe sedihnya tuh bisa satu minggu. (keluarga gw kayanya g ada yang nyadar kalau gw memiliki perasaan selebay itu kalau ditinggal, hehe) lha gw sendiri bingung kenapa gw bisa selebay itu.

Inilah yang terjadi setiap kali gw ditinggal tamu, ’melakukan ritual flashback, dari hari pertama tamu itu datang, setiap jamnya gw ingat-ingat lagi, dan gw catat dalam buku diary, sampai hari kepulangan beliau. Sampai gw menciptakan lagu khusus ritual itu. Yang judulnya ”WAKTU ITU” Sumpah ya, konyol! gw g tau itu lagu berasal dari mana. Tapi gw selalu menyayikannya setiap kali ada tamu berkesan yang pulang. Dan saat itu juga gw tau, itu lagu bukan berasal dari mana-mana, tapi berasal dari dalam hati sanubari.

Beranjak Remaja, dan menjelang dewasa, Alhamdulillah gw gak se-alay itu, cuma kali ini, entah kenapa gw sering melakukan flashback, memutar film kenangan dalam memori otak, yang berjudul, ”My Lovely Town”

Bogor...

Kota itu bukan kota tempat gw dilahirkan...

Tapi, di kota itu, gw memulai fase-fase kehidupan, melangkahi masa, merasakan usia bertambah, bersama kenangan-kenangan yang sulit untuk diterjemahkan dalam bentuk barisan kata-kata. Karena kenangan itu begitu banyak dan manis.

Gw pernah bilang sama temen-temen di kampus bahwa sebenernya dari lubuk hati yang paling dalam, gw gak mau meninggalkan kota ini. Alias hijrah ke lain kota. Meskipun hijrah, gw pengen kota utama gw adalah Bogor. Gw pengen menikah dengan orang Bogor, membesarkan anak-anak di tempat ini, pokoknya, gw pengen berkembangbiak di Bogor. Gak mau tau! Titik!

Sekilas, itulah sisi keegoisan diri yang kadang gw sendiri mengerti mengapa keinginan itu bisa begitu kuat. Sulit untuk membedakan kesetiaan, pengabdian, pengorbanan, dan rasa takut akan perubahan.

Tadi, sempet diskusi sama Mama, tentang kenapa Papa memilih kota Bogor sebagai tempaat tinggal. Padahal, semua saudara kita numpuk di Bandung semua. Papa memilih kota Bogor, padahal dulu papa kerja di Jakarta karena, kota Bogor itu aman, damai, tentram, tenang... Beberapa orang yang gw kenal bilang kalau Bogor itu tempat yang enak untuk tempat hidup.

Inget papa, perasaan sedih yang ’aneh’ itu makin tambah aneh. Ditambah, sekarang kakak udah kerja di Bandung, ade kuliah di Bandung, dan saudara-saudari kami semua banyak di Bandung. Makin besar daya tarik Kota Bandung di mata Mama. Kota masa kecil beliau.

Jujur, gw sedih, Temans...

Bukan karena kayanya Mama udah pengen banget pindah ke Bandung.

Bukan karena gw takut karena biasanya gw pulang ke rumah, dan kalau semua keluarga udah pindah, gw gak bisa lagi pulang ke rumah.

Bukan itu... Meski terkadang iya,

Tapi, bukan itu yang paling bikin miris.

Yang paling sedih itu, kalau Mama gak mau pindah ke Bandung karena alasan ’Masih Ada Gw yang Kuliah di Bogor’.

Tentang semua yang Mama ajarkan, aku ngerti kok...

Tentang semua hal yang Mama takutkan, aku juga ngerti...

Tentang semua ketakutan yang kadang datang tanpa diundang, aku sangat mengerti...


Dan aku cuma minta Mama untuk tenang...

Gak ada yang perlu dikhawatirkan, selama aku tinggal di sini.

Di sebuah kota kecil yang pasti punya tempat tersendiri di hati keluarga kita.

Aku tetap ngerasa aman. Sekalipun semua anggota keluarga pindah.

Aku pengen mama pindah ke Bandung...

Berbahagia di sana...

Di sini, aku juga akan bahagia.

Karena jejak-jejak langkah kenangan mengajarkanku banyak cara untuk hidup.

Hingga aku mengerti...

Jejak-jejak langkah keluargaku tercinta... ^_^

Dan suatu saat ketika aku dihadapkan dengan situasi yang dulu kalian hadapi untuk melindungiku. Aku akan selalu mengingat cara itu.... Aku bisa mengerjakannya sendiri. Dengan cara-cara yang telah kalian ajarkan.

Aku hanya butuh, ’Diberi Kepercayaan untuk Hidup Mandiri’

Dan untuk kotaku tercinta...

Sejauh apapun tempat masa depanku nanti...

Sepanjang apapun langkahku untuk meninggalkanmu...

Aku tetap akan PULANG.


sumber gambar : http://kookkaburra.blogspot.com

Senin, 11 Oktober 2010

HAPPY ABSTRACT DAY

Syukuri apa yang ada,

Hidup adalah anugerah,

Tetap jalani hidup ini,

Melakukan yang terbaik…

Jangan menyerah... Jangan menyerah, JANGAN MENYERAH....

(itu sekilas lagu d’massive yang liriknya bikin semangat abis!)

Pada zaman dahulu kala (gak sejadul itu c) saya kan pernah posting suatu hal yang mungkin menurut orang yang baca, hal itu menunjukan sebuah ’penyesalan’, kesannya saya udah sejauh itu menyesalinya, dengan penjelasan yang bener-bener penuh emosi, tapi emang ada benernya juga c... gak ada yang salah dengan keluhan konsumen itu. Hanya aja, saya ngerasa harus memotivasi diri lagi, karena seorang konsumen pun sebenernya jangan hanya bisa mengeluh. Tapi juga memikirkan solusi dari kesalahan itu, memberikan saran, dan tetap menikmati barang yang telah dibeli, seoptimal mungkin, coz, yaa kalau udah dibeli, otomatis gak bisa dikembaliin, kecuali ada perjanjian antara penjual-pembeli.

So, intinya c, ya itu derita loo... Nasi udah menjadi bubur…

Berhubung bubur juga masih bisa dimakan, saya bisa menghias bubur-bubur yang sudah terlanjur itu jadi enak dipandang mata dan nikmat di lidah lagi. Toh, gak ada istilah kepalang, 'nasi sudah menjadi minyak jelantah’.

Kata ‘bubur’ itu sebenernya ngungkapin bahwa gak ada hal yang sia-sia dan gak ada kata TERLAMBAT di dunia ini. Meskipun udah kepalang, bubur kan masih bisa dimakan juga…

Dan meskipun kata ‘bubur’ diganti ‘minyak jelantah’ pun, ituu minyak juga masih bisa menyelamatkan nyawa orang banyak. Bisa dipake buat bahan bakar bus transpakuan. So, kayanya kalaupun diganti sama benda lain yang lebih rongsokan juga tetep aja, kalau kita mau mikir, kagak akan deh ada yang sia-sia. Sekalipun sampah, dia jg bisa didaur ulang koq…

Bukan saya menyamakan nasib saya dengan benda-benda yang terbuang,,, yahh, namanya juga istilah, kadang terdengar lebay dan tidak tahu diuntung. Tentu aja kisah kasih saya dengan jalan hidup saya ini gak selebay istilah itu. Hanya aja, yaa kalau udah nyebur ke kolam, mau gak mau kita harus renang… kalau gak bisa, sewa aje pelampung…

Yaudin, langsung aja deh.. blak-blakan supaya hati ini tentram dan plong, gak ada yang ngeganjel. Kemaren, saya cerita ke seorang teman, tentang pilihan hidup. Saya ngerasa ini bukan jalan saya. Seharusnya saya tidak berada di sini, seharusnya gini, seharusnya gitu, dan keluhan-keluhan lain yang tidak sepantasnya diutarakan oleh seorang mahasiswa.

Sekarang, saya tahu apa yang sedang saya alami, apa yang saya alami itu banyak juga dialami oleh mahasiswa/i lain di manapun. Itu yang namanya ‘disorientasi’ menganggap rumput tetangga lebih hijau. Menganggap seolah kita adalah manusia paling sial di permukaan bumi. Merasa gak mampu, gak percaya diri dengan apa adanya diri kita, maunya kaya si anu, pengennya jadi kaya si ono. Gak puas dengan apa yang didapat, dan menyalahkan sistem. (meski terkadang memang ada yang salah dengan sistem).

Salah, wajar... gak ada pilihan hidup yang nyaris tanpa resiko. Semua sistem pasti gak sempurna, apalagi sistem-sistem itu dibuat oleh manusia, yang masing-masing punya kelebihaan dan kekurangan. So, di sini, sistem hanyalah berupa peraturan yang harus diikuti saja.

Mungkin saya sering bilang kalau saya gak tahan sama hal yang abstraknya tuh keterlaluan. Sungguh sebernya saya sangat menyukai hal abstrak, gak bisa di lihat, tapi ada. Secara saya sangat percaya dengan kekuatan perasaan. Coba, sedih, marah, bahagia, kesel, emosi dan perasaan yang pernah kita rasakan? Apa itu konkrit? Ada bendanya? Enggak kan?! Perasaan itu gak keliatan. Atau coba deh, di mana letak hati sanubari? Sekalipun kita memutilasi orang buat nyari tau gimana bentuk ’hati sanubari’ itu. Kita gak bakal nemuin, karena hati yg dimaksud itu bersifat abstrak.

So, saya sangat senang belajar yang abstrak2, dengan hal abstrak kita bisa membayangkan tanpa penjelasan rumit. Cukup dengan perasaan dan imajinasi. Dan hal seperti itu, saya jamin, semua orang sekonkrit apapun pikirannya. Pasti suka sama yang abstrak2... dan memang karena hal-hal yang abstrak itu, sangat mudah dipahami oleh orang yang mengaku memiliki hati dan otak. Karena pengetahuan seperti itu sangatlah naluriah.

Ohya, dan bagaimana dengan keberadaan Tuhan? Apakah Allah bisa dilihat oleh manusia? Apakah kita bisa merasakan kehadiran-Nya?

Pertanyaan itu hanya retoris, hanya untuk membuktikan bahwa betapa kita membutuhkan pengetahuan tentang hal-hal abstrak.

Agar kita memiliki IMAN yang KUAT.

Hanya aja, hal-hal yang abstrak sangat bisa menjadi rumit, sulit dimengerti, apabila sudah dikaitkan dengan teori.

Teori asing yang sebenarnya hanya manipulasi (menurut saya). Bukankah semua aturan dan teori mengenai apapun sudah komplit dijelaskan dalam Al Quran dan Sunnah? Lalu, kenapa harus kita pelajari teori-teori ^maaf^ orang kafir yang sudah meninggal?

Jawabannya adaalaaahh....

”Jangan lihat siapa yang berbicara, tetapi lihat apa isi dari pembicaraannya itu.”

So, gak ada yang sia-sia di dunia ini, lagian, semua teori pasti punya kelemahannya juga. Ambil aja positifnya, yang negatif, jangan dipercaya... (cukup diyakini saat ujian saja) ^_^

Inti dari postingan saya kali ini sebenernya cuma ingin meyakinkan diri sendiri atas segala hal yang saling menyalahkan dalam hati, kadang pro kadang kontra, banyak dialog dalam otak yang bernada pesimis. Dan saya udah gak tahan dengan semua itu. Saat ini, setelah merenung, ternyata, gak ada yang perlu disesali. Semua kepesimisan itu buatan sisi egois diri saya sendiri.

Jadii, apapun yang telah saya pilih... Apapun jalan yang telah Allah pilihkan untuk saya, sejauh ini saya telah melangkah. Gak mungkin berhenti, meski melampirkan banyak surat keluhan pun gak akan bisa mengubah segalanya. Dan belum tentu jika bisa diubah pun saya akan merasa lebih baik.

Balik lagi ke kalimat ’gak ada pilihan yang nyaris tanpa resiko’

Dan ini cara yang ingin kuaplikasikan dalam menghidangkan nasi yang sudah menjadi bubur...

----------------------------------

Ingat, Bubur bukanlah benda hina,

Dia masih bisa kita makan,

Bahkan kadang terasa lebih enak dibanding nasi...

Terbukti dengan bubur ayam deket rumah saya laku keras...

Hidangkanlah bubur tersebut dengan pelengkapnya...

Nikmati Proses pembuatannya...

Dan setelah menikmati bubur itu,

Ucaplah Alhamdulillah...

’Bersyukur atas segala nikmat-Mu ya Allah,

Hamba masih bisa makan...’


Sumber gambar : yulizz.wordpress.com

Selasa, 05 Oktober 2010

BECAUSE OF YOU


Aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama…

Kesalahan yang telah kau lakukan…

Aku tak akan membiarkan hal itu terjadi,

Hatiku terlalu sering mengalami penderitaan...

Aku tidak akan menyalahkan cara yang kau ajarkan padaku,

Cara yang begitu sulit…


Aku berusaha memahami dengan keras, untuk tidak membiarkan hal itu terjadi…

Karenamu…

Aku tak pernah tersesat terlalu jauh dari jalan menuju rumah.

Karenamu…

Aku selalu belajar dan bermain di tempat yang aman, agar aku tak terluka...


Karenamu…

Aku sulit mempercayai orang lain,

Aku sulit mempercayai bahwa tak hanya aku,

Namun banyak orang di sekeliling, Mengitariku…


Karenamu…

Aku menjadi penakut...


Aku kehilangan arah…

Aku tidak sanggup menangis.

Aku hanya bisa melihat gurat kelelahan di sorot matamu,

dan terpaksa berpura-pura,

Untuk tersenyum, tertawa setiap hari, di sepanjang hidupku.

Hati ini lelah, namun tak punya waktu untuk beristirahat dari kepalsuan dan keterpaksaan itu.

Hingga aku merasa tidak bisa untuk memulainya lagi dengan caraku sendiri…

Aku mendengar kau menangis, setiap malam dalam tidurmu.

Aku masih sangat muda, kau seharusnya peduli padaku.

Kau tak pernah memikirkan orang lain

Kau hanya fokus pada rasa sakitmu sendiri.

Dan sekarang aku menangis

Di tengah malam

Untuk hal yang sama,

Hal yang dahulu membuatmu menangis…



Karenamu

Aku mencoba cara tersulit untuk melupakan semuanya…

Karenamu..

Aku tidak tahu bagaimana cara mempersilahkan orang lain masuk dalam kehidupanku…


Karenamu

Aku malu dengan hidupku yang begitu hampa dan kosong…


Karenamu…

Aku menjadi takut menjalani hidup…

Menjalani segalanya...


(based on 'because of you' song lyrics-Kelly Clarkson)


Jumat, 01 Oktober 2010

Anggap : Bukan Keluhan Konsumen

Bismillah,

Boleh ya, kali ini gw menulis sesuai apa yang ada dalam hati gw? Cuma ingin menjadi diri sendiri dulu. Gak mau nurutin aturan dalam kepenulisan yang katanya harus tidak mengandung unsur SARA dan pencemaran nama baik. Terserah, persepsi orang apa tentang posting gw hari ini, yang mungkin sangat blak-blakan dan putus asa sekali. Gw manusia biasa yang bisa mengeluh. Mengeluh itu gak dosa, mengeluh itu gak dilarang, tergantung situasi dan kondisi. Keluhan konsumen mungkin bisa membuat penyedia layanan barang dan jasa suatu produk menyadari kekeliruan, kelalaiannya dalam memberikan service yang memuaskan konsumen. Begitu juga gw. Gw adalah konsumen pendidikan dan gw pun berhak mengeluh karena itu.

Mungkin, beberapa tahun yang lalu, gw bisa berkata bohong, lain di mulut lain di hati tentang perasaan gw sama sesuatu hal. Mungkin yang salah hanya sudut pandang aja, gw juga gak nuntut banyak, gw hanya ingin mencurahkan isi hati, bahwa kayanya, jalan yang telah gw pilih selama ini, udah salah.

Sekali lagi, dengan sangat hormat, bukan jurusan gw yang salah. Tapi gw yang salah memilih. Kembali lagi, ini masalah sudut pandang dan kenyamanan aja sebenernya. Harusnya dari dulu gw sadar, gw bukan pembelajar di bidang IPS. Mungkin otak gw IPS, tapi entah kenapa semangat belajar gw itu IPA banget. Gw gak suka yang abstrak-abstrak. Bukan berarti Ilmu sosial itu buruk dan enggak banget, itu salah banget, ilmu sosial itu keren banget kok. Liat aja, banyak politisi-politisi dan anggota-anggota DPR sukses, karena emang dia bisa berfilosofi dengan kata, mengemukakan pendapat, berbicara di depan umum, hafalannya mantap. Menyampaikan topik-topik yang abstrak. Pokoknya salut banget sama beliau-beliau. (Meski sekarang banyak demo yang menyudutkan para petinggi negara yang ’katanya’ hanya mengumbar janji, bukan bukti)

Gw juga suka hal-hal itu sebenernya, hanya aja gw gak bisa membicarakan hal yang abstrak. Entah karena gw blm sampai pada tahap formal operasional, tahap akhir teori kognitif menurut Jean Piaget, atau emang gw gak berbakat melihat sesuatu yang abstrak, dan terlahir untuk menjadi pemikir tekun yang sudah jelas bentuknya. Seperti jika kita sedang meneliti fosil, mengamati bakteri-bakteri dari mikroskop, meneropong bintang, mengamati orbitnya, ataupun berjam-jam di depan komputer sambil berpikir dan belajar memahaminya.

Sungguh mungkin, gw GAK PINTAR dan GAK BERBAKAT dalam ilmu-ilmu seperti itu. Terbukti, waktu SMA, nilai-nilai mata pelajaran MIPA gw bobrok abis. Tapi, yang gw rasa, di sana tetep ada semangat belajar dan rasa ingin tahu yang tinggi tentang hal-hal itu. Yang membuat gw ingin mengerti tentang hal-hal sulit. Sehingga kalau belajar dengan tekun, baru bisa mahir.

Sekarang gw baru sadar, yang kita dapatkan harusnya bukan sesuatu yang kita INGINKAN! Tapi, harusnya yang kita BUTUHKAN! Emang salah gw juga sih dulu, gak berpikir panjang.

Ada salah satu temen yang ditanya dosen, ”Dalam seminggu ini, hal baru apa yang telah kamu dapatkan?” karena memang topik kuliah waktu itu tentang ’hal-hal baru’ yang harus kita peroleh setiap harinya. Teman gw itu jawab, ”saya mengambil minor Manajemen Basis Data. Dalam seminggu ini, saya belajar ilmu pemrograman, basis data. Saya jadi tahu cara membuat web, sebelumnya saya tidak bisa, tapi sekarang saya bisa membuatnya.” yahh... pokoknya kurang lebih seperti itu.

Dengan jawaban teman gw itu, gw semakin yakin, banyak hal yang gw lewatkan. Jawaban itu. Mungkin beliau tidak merasakan telah membuat gw semakin sadar. Tapi secara refleks dan tidak langsung, itulah faktanya. Hal yang baru itu, kenapa beliau tidak menyebutkan, ”Dari pelajaran Mayor saya, saya jadi tahu.... bla bla bla... yang sebelumnya saya tidak tahu... bla bla bla... hingga setelah belajar hal itu, saya jadi tahu.” (Kenapa harus Minor yang beliau utarakan? Kenapa gak ambil contoh mayor? Bukankah beliau lebih banyak menghabiskan waktu belajar di mata kuliah mayor?)

Intinya, jawaban itu sangat jujur beliau ungkapkan, secara tulus. Tanpa dipengaruhi siapapun. Jawaban itu berasal dari alam bawah sadarnya. Yang memaksanya berkata jujur dari hati. Tentang hal baru yang beliau telah dapatkan.

Jujur, gw ingin lebih mengenal diri sendiri. Gw adalah seorang manusia yang suka mengetahui hal-hal baru, yang belum gw ketahui sebelumnya, tidak suka diingatkan berkali-kali, hal yang gw udah tahu diingatkan kembali berkali-kali sampai lebay. Mengingatkan boleh, bagus malah, tapi kalau berlebihan juga gak baik kan? (karena biasanya gw malah suka melanggar, kalau diingatkan berkali-kali secara lebay), gw ingin perasaan sadar itu naluriah dan secara wajar diterapkan jika itu harus. Tidak usah dilebih-lebihkan, gw pembelajar yang semangat jika ilmu itu tidak abstrak. Gw ingin punya keahlian, gw suka real action, bukan sekedar NATO. Gw adalah pekerja yang tekun dan terstruktur. Gw mampu diam berlama-lama di depan komputer sambil berpikir dan bekerja, meski kadang juga main games, chating dan nonton film.

Gw adalah seorang silent thinker...

Tapi gw juga suka ngajar, jika ilmu yang akan gw ajarkan itu bersifat Konkrit. Ada beberapa orang teman, untuk beberapa kasus, gw mengerti tentang matematika (gw g bilang gw jago mate) hanya aja ada kalanya gw mahir dlm beberapa materi tertentu (gara-gara belajar sungguh2 banget). Ada teman yang bilang, gw itu enak ngajarnya. Dari dasar banget, pelan-pelan tp tepat sasaran. Jadi orang yang gw terangin itu ngerti.

Biologi, fisika, kimia juga sama, gw senang menerangkan hal-hal konkrit. (sekali lagi, gw gak bilang gw ahli dalam bidang-bidang ilmu itu, hanya ’ada kalanya gw ngerti beberapa hal’ dan ngajarin hal-hal yang kita ngerti sama orang yang gak ngerti sampai ngerti itu puas banget rasanya).

Pernah juga saat ada orang yang buta samasekali tentang excel n word, minta diajarkan, beliau pada akhirnya sangat paham dengan apa yg gw ajarkan. Beliau malah berkomentar, aku kreatif menggunakan perumpamaan ketika mengajar, sehingga ia lebih mengerti. Itulah kenapa gw tau, rasanya seorang guru pasti seneeeng banget kalau muridnya mengucap kata ”Oooohhhh.” (tanda mereka mengerti).

TAPI, gw gak bisa berbicara tentang hal-hal yang abstrak. Jangankan berbicara. Berpikir pun kadang buntu dan gak semangat. Gw akui, itu kelemahan gw. Dan saat ini, gw harus mencintai hal-hal abstrak, yang sebenarnya simple, namun complicated untuk dijelaskan.

Hmm... kawan, salahkah gw yang merasa, seharusnya masalah simple jangan dirumit2kan. Bukannya yang kita butuhkan adalah orang yang bisa menyederhanakan hal yang rumit?

Gw hanya merasa, semua yang HARUS gw lakukan itu sangat berlebihan untuk kasus-kasus ’seperti itu’. Masih banyak cara yang lebih efektif untuk mengefisienkan ilmu agar lebih aplikatif lagi. Tidak sekedar NATO, ataupun apalah itu presentasi atau makalah yang gara-gara mepet deadline dengan terpaksa akhirnya kita copy-paste.

Jujur, gw sangat tertekan dengan itu...

Biarpun ada orang yang bilang, ”Ahh.. kamu mah gak bisa teh tapi nilainya tetep bagus.”

Apalah artinya huruf mutu, Kawan? Bukankah yang kita butuhkan adalah ilmu?

Jumat, 24 September 2010

Someone Behind Me

Belakangan ini, aku ngerasa hampa, hancur, remuk, cacat hati dan jiwa! Aku bukan manusia yang sempurna, aku manusia biasa yang gak akan pernah luput dari dosa.

Apa ada manusia yang hidup tanpa melakukan dosa, seumur hidupnya?

Entah kenapa, aku ngerasa ada sesuatu yang lain dalam diri ini. Ada kalanya, aku menjadi manusia yang taat, bijaksana, baik, dan penuh tanggungjawab. Tapi tiba-tiba bisa lebih jahat daripada setan.

Kadang aku benci dan muak dengan sisi jahatku. Setiap hari, kutemukan orang-orang baru datang dan pergi begitu saja, teman lama menyapa, atau saat sedang bersama sahabat-sahabat dan keluarga. Aku merasa asing dengan hidup ini. Dengan hidupku sendiri.

Aku bisa terlihat seperti seorang yang wajar, sangat wajar, layaknya gadis yang penuh kepolosan dan sopan santun, teman yang baik dan menyenangkan, penyuka humor sarkastis, namun tidak ada yang tahu sisi jahat dalam diri ini. Tak ada yang tahu, tak ada yang curiga, hingga mungkin barisan tulisan ini membuatmu bertanya-tanya. Aku tak akan sanggup menceritakan kejahatanku. Karena sesungguhnya, aku ingin membuang sikap buruk itu, yang selalu membuatku ingin meracuni diri sendiri, hingga tak akan terbangun lagi selamanya. Agar aku berhenti melakukan dosa-dosa.

”Mengakhiri dosa dengan berbuat dosa.” pikiran itu terlalu ’cerdas’ dan aku bukanlah orang yang ’cerdas’ itu. Kadang kecerdasan membuat kita bodoh dan tak mau belajar, hingga salah langkah, berakhir dengan mengenaskan. Banyak orang yang sangat ingin mati, dengan sengaja. Padahal, dia tak perlu repot-repot mencari kematian, karena jika sudah waktunya, kematian itu pasti akan datang, siap ataupun tidak siap.

Mungkin, banyak orang yang juga merasakan masalah sepertiku. Sebut saja, ’hasrat ingin menyakiti diri sendiri’. Mungkin itu kalimat yang tepat untuk menggambarkan masalahku. Aku bisa menyembunyikannya dari orang lain. Tapi aku tidak bisa menyembunyikannya di hadapan Tuhan. Dia akan terus menatapku, menatap setiap langkah yang kulakukan, dan aku membenci saat-saat di mana keinginan itu datang. Keinginan untuk menganiyaya diri sendiri. Membuatku merasa cacat lahir dan batin. Keinginan yang tiba-tiba muncul, terlintas dalam fikiranku, dan terlaksana dalam setiap hal yang ingin kubuang jauh-jauh, namun pada akhirnya aku tak bisa menghindar lagi, aku tetap menyakiti diri sendiri.

Entah berapa goresan, atau sayatan luka yang kubuat, bahkan lebih parah dari itu, luka yang bisa membuatku cacat seumur hidup, luka yang bisa membuatku menjadi orang yang tak normal, luka yang bisa membuatku menyesal seumur hidup.

Ya Allah ya Tuhanku, hamba tak mau memiliki keinginan seperti itu lagi, hamba ingin menjalani hari-hari seperti biasa, seperti sisi baikku yang terkadang datang lebih awal, namun kadang tidak datang sama sekali. Hamba tidak ingin memiliki perasaan itu.

Dari sejak kecil.. aku ingat... hal itu sudah berlangsung sejak aku kecil. Keinginan itu sangat menakutkan. Menghantui langkahku...

Andaikan aku menyadarinya, berapa banyak cacat yang kusebabkan akibat aksi konyol itu. Astagfirullah’aladzim Ya Allah...

Hamba tahu, manusia memiliki keanehan masing-masing. Ampuni keanehan sifat hamba yang cenderung puas dengan menyakiti diri sendiri.

Bimbing hamba agar saat pikiran itu terlintas dalam diri hamba, hamba akan berlari menghindarinya, menghapus semua bayangan setan yang menyesatkan.

Aku ingin melangkah, berlari... mendekatiMu,

Meski langkah ini terkadang terhenti, bahkan terjatuh,

Aku tahu, Kau tahu,

Bahwa sesungguhnya....

Sejak lama, CintaMu berlabuh dalam hati ini.

Orang – 0rang datang dan pergi tanpa ada yang bisa menolong.

Hanya CintaMulah yang dapat menolong...

Sumber gambar : www.mtbshorts.co.za