Tampilkan postingan dengan label Asistensiii.... Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asistensiii.... Tampilkan semua postingan

Kamis, 10 Februari 2011

Materi Program Pendidikan Karakter "We Are Great!"


Dalam bukunya tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences), Daniel Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosional dan sosial dalam kehidupan diperlukan 80%, sementara kecerdasan intelektual hanyalah 20% saja. Dalam hal inilah maka pendidikan karakter diperlukan untuk membangun kehidupan yang lebih beradab. Maka terpikirlah oleh para pendidik tentang apa yang dikenal dengan pendidikan karakter (character education).

Sembilan pilar yang saling kait-mengait :
  1. responsibility (tanggung jawab);
  2. respect (rasa hormat);
  3. fairness (keadilan);
  4. courage (keberanian);
  5. honesty (kejujuran);
  6. citizenship (kewarganegaraan);
  7. self-discipline (disiplin diri);
  8. caring (peduli), dan
  9. perseverance (ketekunan).

Nilai-nilai dasar kemanusian yang harus dikembangkan melalui pendidikan bervariasi antara lima sampai sepuluh aspek. Di samping itu, pendidikan karakter memang harus mulai dibangun di rumah (home), dan dikembangkan di lembaga pendidikan sekolah (school), bahkan diterapkan secara nyata di dalam masyarakat (community) dan bahkan termasuk di dalamnya adalah dunia usaha dan dunia industri (bussiness).

Berkenaan dengan pengertian karakter, dalam tulisan di laman Mandikdasmen, Direktur tur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Suyanto, PhD menjelaskan sebagai berikut. Karakter adalah “cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Lebih lanjut, Prof. Suyanto, PhD juga menyebutkan sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal manusia, yang kelihatan sedikit berbeda dengan sembilan pilar yang telah disebutkan di atas. Sembilan pilar karakter itu adalah:

  1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya;
  2. Kemandirian dan tanggungjawab;
  3. Kejujuran/amanah,
  4. Hormat dan santun;
  5. Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;
  6. Percaya diri dan pekerja keras;
  7. Kepemimpinan dan keadilan;
  8. Baik dan rendah hati, dan;
  9. Toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

Jumlah dan jenis pilar yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain, tergantung kepentingan dan kondisinya masing-masing. Sebagai contoh, pilar toleransi, kedamaian, dan kesatuan menjadi sangat penting untuk lebih ditonjolkan karena kemajemukan bangsa dan negara. Tawuran antarwarga, tawuran antaretnis, dan bahkan tawuran antarmahsiswa, masih menjadi fenomena yang terjadi dalam kehidupan kita. Perbedaan jumlah dan jenis pilar karakter tersebut juga dapat terjadi karena pandangan dan pemahaman yang berbeda terhadap pilar-pilar tersebut. Sebagai contoh, pilar cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya tidak ditonjolkan, karena ada pandangan dan pemahaman bahwa pilar tersebut telah tercermin ke dalam pilar-pilar yang lainnya.

Itulah sebabnya, ada sekolah yang memilih enam pilar yang akan menjadi penekanan dalam pelaksanaan pendidikannya, misalnya digambarkan sebagai berikut:

Dalam bukunya tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences), Daniel Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosional dan sosial dalam kehidupan diperlukan 80%, sementara kecerdasan intelektual hanyalah 20% saja. Dalam hal inilah maka pendidikan karakter diperlukan untuk membangun kehidupan yang lebih beradab. Maka terpikirlah oleh para pendidik tentang apa yang dikenal dengan pendidikan karakter (character education).

Sembilan pilar yang saling kait-mengait, yaitu:

  1. responsibility (tanggung jawab);
  2. respect (rasa hormat);
  3. fairness (keadilan);
  4. courage (keberanian);
  5. honesty (kejujuran);
  6. citizenship (kewarganegaraan);
  7. self-discipline (disiplin diri);
  8. caring (peduli), dan
  9. perseverance (ketekunan).

Nilai-nilai dasar kemanusian yang harus dikembangkan melalui pendidikan bervariasi antara lima sampai sepuluh aspek. Di samping itu, pendidikan karakter memang harus mulai dibangun di rumah (home), dan dikembangkan di lembaga pendidikan sekolah (school), bahkan diterapkan secara nyata di dalam masyarakat (community) dan bahkan termasuk di dalamnya adalah dunia usaha dan dunia industri (bussiness).

Berkenaan dengan pengertian karakter, dalam tulisan di laman Mandikdasmen, Direktur tur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Suyanto, PhD menjelaskan sebagai berikut. Karakter adalah “cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Lebih lanjut, Prof. Suyanto, PhD juga menyebutkan sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal manusia, yang kelihatan sedikit berbeda dengan sembilan pilar yang telah disebutkan di atas. Sembilan pilar karakter itu adalah:

  1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya;
  2. Kemandirian dan tanggungjawab;
  3. Kejujuran/amanah,
  4. Hormat dan santun;
  5. Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;
  6. Percaya diri dan pekerja keras;
  7. Kepemimpinan dan keadilan;
  8. Baik dan rendah hati, dan;
  9. Toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

Jumlah dan jenis pilar yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain, tergantung kepentingan dan kondisinya masing-masing. Sebagai contoh, pilar toleransi, kedamaian, dan kesatuan menjadi sangat penting untuk lebih ditonjolkan karena kemajemukan bangsa dan negara. Tawuran antarwarga, tawuran antaretnis, dan bahkan tawuran antarmahsiswa, masih menjadi fenomena yang terjadi dalam kehidupan kita. Perbedaan jumlah dan jenis pilar karakter tersebut juga dapat terjadi karena pandangan dan pemahaman yang berbeda terhadap pilar-pilar tersebut. Sebagai contoh, pilar cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya tidak ditonjolkan, karena ada pandangan dan pemahaman bahwa pilar tersebut telah tercermin ke dalam pilar-pilar yang lainnya.

Itulah sebabnya, ada sekolah yang memilih enam pilar yang akan menjadi penekanan dalam pelaksanaan pendidikannya, misalnya digambarkan seperti gambar di atas.

Dalam gambar tersebut, SD Westwood menekankan pentingnya enam pilar karakter yang akan dikembangkan, yaitu:

  1. Trustworthiness (rasa percaya diri)
  2. Respect (rasa hormat)
  3. Responsibility (rasa tanggung jawab)
  4. Caring (rasa kepedulian)
  5. Citizenship (rasa kebangsaan)
  6. Fairness (rasa keadilan)

Itulah sebabnya, definisi pendidikan karakter pun akan berbeda dengan jumlah dan jenis pilar karakter mana yang akan lebing menjadi penekanan. Sebagai contoh, disebutkan bahwa “character education involves teaching children about basic human values including honesty, kindness, generosity, courage, freedom, equality, and respect” (http://www.ascd.org). Definisi pendidikan karakter inilebih menekankan pentingnya tujuh pilar karakter sebagai berikut:

  1. honesty (ketulusan, kejujuran)
  2. kindness (rasa sayang)
  3. generosity (kedermawanan)
  4. courage (keberanian)
  5. freedom (kebebasan)
  6. equality (persamaan), dan
  7. respect (hormat)

Pengertian karakter ini banyak dikaitkan dengan pengertian budi pekerti, akhlak mulia, moral, dan bahkan dengan kecerdasan ganda (multiple intelligence). Berdasarkan pilar yang disebutkan oleh Prof. Suyanto, PhD, pengertian budi pekerti dan akhlak mulia lebih terkait dengan pilar-pilar sebagai berikut, yaitu cinta Tugan dan segenap ciptaannya, hormat dan santun, dermawan, suka tolong menolong/kerjasama, baik dan rendah hati. Itulah sebabnya, ada yang menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti atau akhlak mulia.

Terkait dengan kecerdasan ganda, dikenal bahwa kecerdasan meliputi empat pilar kecerdasan yang saling kait mengait, yaitu: (1) kecerdasan intelektual, (2) kecerdasan spiritual, (3) kecerdasan emosional, dan (4) kecerdasan sosial. Kecerdasan intelektual sering disebut sebagai kecerdasan yang berdiri sendiri yang lebih disebut dalam pengertian cerdas pada umumnya, dengan ukuran baku internasional yang dikenal dengan IQ (intellegence quotion). Sementara kecerdasan yang lainnya belum atau tidak memiliki ukuran matematis sebagaimana kecerdasan intelektual. Kecerdasan di luar kecerdasan intelektual inilah yang lebih dekat dengan pengertian karakter pada umumnya. Dalam hal inilah maka, sebagaimana dijelaskan Prof. Suyanto, PhD, kita memahami pernyataan Dr.Martin Luther King, tokoh spiritual kulit hitam di Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat, atau intellegence plus character. ”That is the goal of true education”, demikianlah tambahnya. Itulah tujuan pendidikan yang sebenarnya, yakni menciptakan manusia yang cerdas secara komprehensip, keseluruhan aspek kecerdasan ganda tersebut.

Dengan demikian, pengertian karakter sebenarnya merupakan bagian dari kecerdasan ganda yang dijelaskan Howard Gardner dengan teorinya kecerdasan ganda, yang meliputi tujuh macam kecerdasan yang sering disingkat SLIM n BIL, yaitu:

  1. Spatial (keruangan)
  2. Language (bahasa)
  3. Intrapersonal (intrapersonal)
  4. Music (musik)
  5. Naturalist (naturalis – sayang kehidupan alam)
  6. Bodily Kinesthetics (olahraga – gerak badan)
  7. Logical Mathematics (logikal –matematis)

Ketujuh tipe kecerdasan ganda menurut Howard Gardner tersebut terkait dengan potensi universal manusia yang perlu dikembangkan melalui pendidikan. Itulah sebabnya, amatlah tepat amanat Pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan tentang empat tujuan negara ini didirikan. Salah satu tujuan itu adalah ”mencerdaskan kehidupan bangsa”, dalam arti menemukan dan mengembangkan potensi kecerdasan semua anak bangsa. Anak bangsa yang memiliki potensi kecerdasan spatial, didiklah menjadi arsitek yang handal. Anak bangsa yang memiliki potensi kecerdasan language, didiklah menjadi ahli bahasa yang hebat. Demikian seterusnya dengan potensi kecerdasan yang lainnya, sampai dengan potensi kecerdasan logical mathematics, didiklah menjadi intelektual yang handal.

Pengembangan ketujuh potensi kecerdasan tersebut, sudah barang tentu harus dibarengi dengan pembinaan karakternya. Arsitek yang handal sudah barang tentu harus memiliki enam atau sembilan pilar karakter yang telah disebutkan. Demikian seterusnya dengan potensi kecerdasan yang lainnya.

Anak-anak bangsa Indonesia harus dikembangkan semua potensi kecerdasan gandanya. Upaya inilah yang menjadi kebijakan utama pembangunan pendidikan nasional di negeri tercinta ini. Amanat mencerdaskan kehidupan bangsa harus selalu menjiwai setiap daya upaya pembangunan pendidikan. Tidak ada pendidikan, tidak ada pembangunan sosial-ekonomi. Demikian pesan Ho Chi Mien, bapak pendidikan bangsa Vietnam kepada aparat pendidikan di negaranya. Hanya dengan pendidikan, negeri ini akan dapat kita bangun menjadi negara dan bangsa yang memiliki daya saing yang setaraf dengan negara dan bangsa lain di dunia.

Pendidikan Karakter dan Peningkatan Daya Saing Bangsa

Semua pilar karakter tersebut memang harus dikembangkan secara holistik melalui sistem pendidikan nasional di negeri ini. Namun, secara spesifik memang juga ada pilar-pilar yang perlu memperoleh penekanan. Sebagai contoh, pilar karakter kejujuran (honesty) sudah pasti haruslah lebih mendapatkan penekanan, karena negeri ini masih banyak tindak KKN dan korupsi. Demikian juga dengan pilar keadilan (fairness) juga harus lebih memperoleh penekanan, karena kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak pendukung pemilukada yang kalah ternyata tidak mau secara legowo mengakui kekalahannya. Selain itu, fenomena tawuran antarwarga, antarmahasiswa, dan antaretnis, juga sangat memerlukan pilar karakter toleransi (tolerance), rasa hormat (respect), dan persamaan (equality).

Untuk tujuan khusus, misalnya membangkitkan semangat bagi para olahragawan yang akan bertanding di tingkat internasional, maka pilar rasa percaya diri (trustworthiness) dan keberanian (courage) juga harus mendapatkan penekanan tersendiri.

Akhirnya, dengan pendidikan yang dapat meningkatkan semua potensi kecerdasan anak-anak bangsa, dan dilandasi dengan pendidikan karakternya, diharapkan anak-anak bangsa di masa depan akan memiliki daya saing yang tinggi untuk hidup damai dan sejahtera sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang semakin maju dan beradab.

Sumber : Suparlan. Jakarta. 2010. http://www.suparlan.com/pages/posts/pendidikan-karakter-dan-kecerdasan-288.php. (2 Januari 2011)

Jumat, 15 Mei 2009

Kekhusyuan

Ada seorang pembantu yang diperintahkan oleh majikannya untuk melakukan suatu tugas. Pembantu itu sudah lama bekerja pada majikannya. Pertama-tama, Sang majikan memberikan tabung oksigen kepada pembantu tersebut, lalu majikan pun berkata, “Saya perintahkan kamu menyelam untuk mencari mutiara, waktumu hanya satu hari, dan tabung oksigen ini yang harus dimanfaatkan olehmu selama menyelam.” Akhirnya pembantu itu pun mulai menyelam ke permukaan laut, lalu mulai masuk ke dalam, namun setelah di tengah perjalanan untuk mencari mutiara ke dasar laut, ia melihat segala keindahan yang ada di sekelilingnya, pemandangan yang sangat indah di laut membuatnya terpana, ia betah di sana dan menikmati indahnya pemandangan ikan-ikan yang unik melewat di sekitarnya, serta terumbu karang dan hewan laut yang berwarna-warni lainnya yang menghiasi laut tersebut, saking terkesimanya ia, ia lupa akan tugas utama yang diberikan oleh majikannya, yaitu mencari mutiara, saat tabung udaranya hampir habis, barulah ia menyadari tugas utamanya, sedangkan ia belum mendapatkan mutiara satu butir pun. Setelah ia menyadari itu, ia langsung menuju ke dasar laut yang lebih dalam lagi untuk mencari mutiara, namun ternyata, tabung oksigennya telah habis, sehingga ia pun harus kembali ke daratan lagi. Sesampainya di darat, ia bertemu dengan majikannya. Sang majikan menanyakan tugas yang diberikannya, ”Mana mutiara yang saya tugaskan padamu?” lalu Si pembantu itu berkata,”Saya belum mendapatkannya satu butir pun, Tuan. Tapi jika Tuan memberikan kesempatan kedua untuk saya, saya akan bersungguh-sungguh mendapatkan mutiara tersebut.” Namun sayangnya kesempatan pembantu tersebut sudah habis, tak ada tabung oksigen lagi yang tersedia. Oleh karena itu sang majikan menganggap pembantunya telah gagal dalam menjalankan tugasnya.Kita bisa mengambil hikmah dari cerita tersebut, jika kita analogikan tabung oksigen itu ialah nafas kita, panjang kehidupan kita yang pasti akan habis, sedangkan mutiara tersebut ialah pahala dan bekal yang kita bawa untuk mempertanggungjawabkan tugas kita di bumi selama hidup, lalu kita ibaratkan majikan itu ialah Tuhan, kita diperintahkan untuk mengumpulkan pahala itu semata-mata hanya untuk mendapatkan ridho Allah, dan agar kita dpat mempertanggungjawabkan masa hidup kita yang tidak lama ini dan tidak mempunyai kesempatan yang kedua. Oleh karena itu, sebelum tabung oksigen yang diberikan tuan kita habis, kita tidak boleh terlena karena keindahan dunia, tugas hidup di dunia ini ialah untuk beribadah kepada Allah, dan tujuan kita ialah Allah SWT, Majikan kita yang akan mempertanyakan berapa mutiara yang telah kita bawa, bekal apa yang telah kita bawa untuk hari pertanggungjawban nanti.Materi AsistensiSholatSelama hidup ini kita telah melalui berbagai perjuangan hidup, kita telah mengambil hikmah dari semua peristiwa berupa kesabaran, perjuangan, dan mensyukuri nikmat yang Allah berikan untuk kita, walaupun terkadang kita tidak menyadarinya. Allah tidak pernah lalai dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengatur semesta kehidupan yang fana ini. Oleh Karena itu, kita harus selalu berada dekat dengan Allah dengan cara membersihkan hati dari perbuatan yang tercela, zalim dan aniaya terhadap orang lain, lingkungan sekitar, dan juga diri sendiri. Rasul pun pernah berpesan, Orang-orang yang akan masuk surga adalah orang-orang yang hatinya bersih (bersih dari buruk sangka) dan lapang menerima saudaranya. Itu artinya orang yang selalu ikhlas dan yakin terhadap jalan yang Allah berikan padanya, dan selalu yakin bahwa Allah selalu memberikan hikmah dibalik semua peristiwa hidup kita, ialah hati orang yang bersih, yang selalu berpikiran baik pada Allah dan menerima semua aturan dan takdir terbaik dari Allah secara lapang hati dan pikiran.Untuk menjadikan hati ini bersih, ada sebuah sarana yang membuat jalinan hati manusia dengan Tuhannya sangat dekat, yaitu jalinan ibadah. Ibadah ini salah satunya ialah sholat. Yang sehari kita lakukan sebanyak 5 kali di subuh, siang, sore, maghrib, dan malam hari, waktu-waktu penuh hikmah yang ditentukan Allah untuk kita melakukan komunikasi langsung dengan Allah, lewat sujud kita yang penuh kekhusuan, takbir kita yang mengagungkan Allah, kelapangan hati kita saat ruku, duduk diantara dua sujud dan gerakan-gerakan lainnya yang sarat akan makna. Semua itu mendekatkan diri kita kepada Allah. Posisi terdekat dan paling Allah sukai dalam sholat ialah saat sujud, saat sujud ialah saat-saat dimana kita merasa Allah sedang merangkul hati kita penuh kerinduan. Sehingga terasa kedamaian yang menenangkan, kita merasa hanya sekecil makhluk yang hina di hadapan Allah, makhluk yang membutuhkan pertolongan Allah. Tanpa bimbingan dari Allah kita tidak akan bisa melalui hari-hari kehidupan ini dengan baik. Selain itu, sholat yang kita laukan sehari 17 rakaat ini sangat menyehatkan tubuh, telah terbukti bahwa gerakan-gerakan dalam sholat dapat menyehatkan dan menyegarkan pikiran kita. Dengan sholat, kita mendapatkan banyak manfaat sekaligus. Kebahagiaan dunia dan akhirat akan kita peroleh bersama di jalan Allah. Belum lagi jika kita sempurnakan sholat kita dengan sholat sunnah yang lainnya. Kita akan lebih dekat lagi dengan Allah. Karena terkadang sholat wajib yang kita lakukan kurang sempurna. Artinya, kita kurang fokus dan khusyuk saat sholat. Kita sering tidak fokus pada Allah dan malah memikirkan hal lain di luar kekhusyukan kita dalam sholat, sehingga terkadang kita lupa sudah berapa rakaat kita sholat, atau tertinggal 1 rakaat, hal itu dikarenakan setan gigih mengganggu pendekatan diri kita pada Allah. Dan seharusnya kita harus lebih gigih dari setan dengan cara mengkhayati setiap bacaan-bacaan sholat, karena arti khusyuk yaitu fokus dalam gerakan, doa, dan hatinya. Pikiran tidak kemana-mana, hanya Allah fokus kita, tujuan kita, kita harus faham apa yang kita baca, Allah-lah yang senantiasa memberikan pertolongan, dan juga dalam melakukan wudhu harus benar. Ketika takbir, ingat bahwa betapa besar kekuasaan Allah, betapa mudah Allah mengatur segala sesuatu dengan baik.Mengenai pertanyaan, ‘mengapa kita harus khusyu?’ inilah jawabanya.Al Isra 107-109Katakanlah, “Berimanlah kamu padaNya, atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud. Dan mereka berkata, “Maha suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.Tiga ayat tersebut menjelaskan mengapa kita harus khusyuk. Maka celakalah pula orang yang sholat. Namun dalam sholatnya ia tak bersungguh-sungguh, melalaikan ataupun mengundur-undur waktu sholat. Kekhusyukan sangatlah penting, ilmu yang pertama kali diajarkan ialah ‘kekhusyuan’. Dan yang paling utama ialah kekhusyukan kita saat beribadah kepada Allah.Makna khusyuk yang lebih mendetail :· Kehadiran hati à Mengosongkan hati dengan hal-hal yang tidak boleh mengisinya saat kita sedang berkomunikasi dengan Allah.· Tafahum à Faham makna lafaz, yang terpenting ialah maknanya, karena dengan memahami lafaz-lafaznya kita akan menyadari bahwa sekenario Allah tidak akan mendzalimi hamba-hambanya, memahaminya juga menjadikan kita orang yang senantiasa menjauhi diri dari perbuatan keji dan mungkar.· Takzim à Rasa hormat, kerendahan kati membuat kita berkonsentrasi dan faham tentang apa makna hormat yang sesungguhnya.· Haibah à Rasa takut yang bersumber dari rasa hormat. Mengenali sifat-sifat Allah membuat kita merasa kecil dan membutuhkan bantuan Allah. Rasa takut kita kepada allah pun membuat kita enggan melakukan perbuatan dosa karena takut akan azab Allah dan mempercayai bahwa Allah selalu mengawasi kita.· Roja à Berharap hanya pada Allah. Allah-lah satu-satunya Dzat yang bisa menolong kita.· Hayya à Rasa malu.Kehidupan yang sesungguhnya ialah kehidupan hati . Jika hati kita baik, seluruhnya pun akan baik, namun jika hati kita buruk, akan runtuh keimanan kita.

Manusia dan Agama

Manusia dan AgamaTausiyah dari Hilda R. S. à Ada seorang kakak beradik yang saling menyayangi, suatu hari sang kakak sakit, adiknya pun mendoakan kakaknya agar cepat sembuh, namun ternyata, ajal datang pada sang kakak. Pada saat pemakamannya, banyak yang menghadirinya, pemakaman berjalan dengan lancar hingga selesai, namun ketika jasad sang kakak telah dikuburkan, adiknya menyadari bahwa kunci mobilnya hilang entah di mana, sudah dicari ke beberapa tempat, namun tak juga ditemukan, pada akhirnya sang adik pun memutuskan untuk menggali kubur kakaknya kembali karena dia berpikir dan sangat yakin bahwa mungkin kunci tersebut jatuh ketika ia memakamkan jasad kakaknya. Akhirnya, kubur kakaknya pun digali kembali, namun, alangkah terkejut sang adik melihat fakta bahwa jasad kakaknya terduduk, kaku, dan disekujur tubuhnya terlilit rantai yang membelenggu. Sang adik sangat sedih melihat kondisi kakaknya yang seperti itu. Ternyata, sang kakak semasa hidupnya sering menunda-nunda shalat. Bayangkan, orang yang menunda-nunda shalat saja mendapatkan azab yang seperti itu, apalagi yang meninggalkannya. Naudzubilahimindzalik, mudah-mudahan kita tidak termasuk ke dalam golongan tersebut. Amin.Materi Diskusi KelompokPada pertemuan minggu ini, kedua kelompok membahas tentang hubungan manusia dan agama, di mana satu kelompok membahas tentang manusia yang dengan mengaplikasikan sendi-sendi agama dalam kehidupan menjadi manusia yang seutuhya karena mereka selalu menjalankan sendi-sendi pokok dan aturan agama (tentunya agama Islam) dengan baik dan benar. Islam adalah agama yang benar. Bukan ‘yang paling benar’ karena, jika dikatakan yang paling benar itu artinya yang lain pun benar.Sedangkan kelompok kedua membahas tentang manusia yang jauh dari aturan agama dan menjadi manusia yang sekuler (manusia yang memisahkan urusan duniawi dengan agama).Banyak orang-orang beriman yang setelah mempelajari Islam lebih dalam menjadi manusia yang seutuhnya, maksud dari ‘manusia seutuhnya’ ialah manusia yang sangat berkualitas secara lahiriah dan batiniah, ia pun memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan sangat mempercayai kemahaagungan Allah. Ia akan berkembang menjadi pribadi yang mencintai dan dicintai sesama, dan juga tentunya dicintai Allah SWT.Allah membuat Norma dan aturan-aturan dalam Islam untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri, sebenarnya agama itu tahu apa yang kita butuhkan. Maka dari itu, Allah mungkin tidak memberikan apa yang kita inginkan, tapi Allah memberikan apa yang kita butuhkan.Dalam hidup ini perlu adanya keteraturan yang berpedoman pada agama. Jika kita telah meyakini Allah, kita akan selalu berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah, yang di dalamanya terdapat macam-macam hal lengkap mengenai apapun yang kita butuhkan, seperti misalnya, dari hal yang kecil terlebih dahulu, dari cara makan, harus duduk, cara tidur yang dianjurkan menghadap ke kanan (mengikuti anjuran Nabi Muhammad SAW), itu sudah terbukti oleh para medis bahwa hal itu menyehatkan, bahkan dalam keajaiban gerakan shalat, ternyata gerakan shalat pada umumnya sangat baik untuk kesehatan tubuh kita, dan pada khususnya saat kita sedang sujud. Saat sujud, darah yang membawa oksigen segar mengalir ke otak sehingga otak kita mudah mencerna berbagai pelajaran, mudah menangkap serta memahami ilmu pengetahuan. Itu semua sudah terbukti secara medis.Manusia dengan fitrahnya yang tak luput dari dosa dapat kembali lagi ke jalan yang benar dengan tuntunan Al-Quran dan Sunnah, itulah yang kita butuhkan, jalan menuju pintu taubat menuju kehidupan yang lebih baik. Dari hal-hal kecil seperti itu, kita sedang menjalankan proses menjadi manusia seutuhnnya dengan mengamalkan sendi-sendi agama Islam. Karena perubahan-perubahan untuk menjadi manusia yang mulia itu harus didasarkan pada 3 M terlebih dahulu, seperti kata Aa Gym. Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal-hal kecil dan Mulai dari Sekarang.Firman Allah dalam surat Ar-Rum : 30“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”Sedangkan orang yang yang selalu memisahkan urusan duniawinya dengan urusan agama itulah yang disebut manusia sekuler. Biasanya kesekulerisasian ini banyak terdapat di luar negeri, mereka jika bekerja dan melakukan kegiatan apapun yang menyangkut duniawi mereka tidak menghubungkannya dengan aturan agama, bahkan, banyak orang nasrani di luar bangsa ini yang memisahkan urusan duniawi dengan aturan agamanya, terbukti dengan banyaknya gereja yang sepi. Bahkan ada artikel yang mengatakan bahwa ada sebuah gereja yang dijual untuk urusan bisnis. Bisa dibandingkan dengan mesjid? Sesekuler-sekulernya orang Islam, tidak pernah terdengar ada orang Muslim yang menjual mushola atau sebuah mesjid untuk kepentingan bisnis.Namun, tidak hanya di luar negeri saja, di negara kita tercinta ini pun banyak terdapat sekularisasi. Banyak yang tidak menyadarinya, bahwa mungkin mereka memiliki agama, namun hanya sebatas untuk pelengkap profil KTP saja. Hanya untuk identitas saja, namun dalam penerapannya sangat tidak religius. Sering kita dengar istilah ‘Islam KTP’ istilah itu menggambarkan orang-orang yang tidak mempedulikan sendi-sendi Islam secara kaffah atau sempurna, mereka hanya setengah-setengah dalam menjalankan syariat Islam, oleh karena itu munculah istilah STMJ (Shalat Terus Maksiat Jalan). Hal tersebut dikarenakan orang yang mengaku beriman kepada Allah, takut akan api neraka, dan ingin masuk surga, namun masih melakukan hal-hal yang bisa menjauhkan dari surga dan mendekatkan ke api neraka. Kurangnya pengkhayatan terhadap kitab Allah ialah penyebab utama adanya sekularisme, munculnya aliran-aliran yang menyimpang dari ajaran Islam sesungguhnya, dan juga adanya JIL atau Jaringan Islam Liberal yang menentang Al-Quran.Solusi yang tepat untuk masalah ini ialah yang utama, selalu mengamalkan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangannya, dalam melakukan sesuatu harus ikhlas hanya karena Allah, selalu merasa Allah sedang menatap kita jika ingin berbuat maksiat dan menyimpang dari ajaran yang benar, jika kita selalu ikhlas berjuang di jalan Allah, maka Allah akan mengirim malaikat untuk menjaga kita, dosa-dosa pun akan berguguran.Dalam memutuskan sesuatu kita harus mengetahui ilmunya, baik dan buruknya, telah Allah sediakan Al-Quran dan Hadis jika kita bimbang bertanya mana yang benar. Allah permudah segalanya jika kita mau mencari tahu dengan keikhlasan dan tawakal. Selain itu menjaga lisan dari ucapan-ucapan yang tidak berguna, bahkan ucapan-ucapan yang bisa mengukir dosa dan meruntuhkan istana yang dibangun untuk kita di surga. Karena lisan kita ibarat pedang yang dapat membunuh ketulusan dan kebaikan-kebaikan.Cara lainnya ialah belajar tidak terlalu mencintai harta, sehingga jika harta tersebut diambil dari kita, kita tidak terlalu bersedih dan menyalahkan Allah. Karena sesungguhnya semua harta yang kita miliki ialah titipan Allah, jadi, jika Allah mengambilnya suatu saat kita akan ikhlas, asalkan rahmat dan hidayah Allah tidak lepas dari hati sanubari kita.Perilaku mulia lainnya yang bisa menjauhkan diri dari hal yang menyimpang dari agama ialah selalu memelihara keutamaan shalat, seperti tausiyah dari Mbak Hilda pada awal asistensi, kita tidak boleh menunda-nunda waktu shalat, apalagi sampai meninggalkannya. Karena Shalat ialah kunci kesuksesan kita untuk menjadi manusia yang seutuhnya, selain itu, memelihara amanah dan janji-janji serta menutup aurat pun dapat menjadikan diri kita sempurna di mata Allah. Kita tidak boleh hanya ingin terlihat sempurna di mata manusia, karena yang terpenting ialah terlihat sempurna dalam pandangan Allah.Sifat-sifat mulia Allah (Asmaul Husna) membuktikan bahwa Allah sangat sayang kepada makhluk-makhluk ciptaannya, Ia jauh lebih mengenal diri kita dari pada diri kita sendiri, sehingga Ia tahu apa yang terbaik untuk kita dengan membuat aturan-aturan dan norma yang sesuai dengan fitrah manusia.“Ada sebuah taman Firdaus Allah, di mana tak ada istana-istana, tidak pula kebun-kebun, tidak juga sungai madu dan susu, yang ada hanyalah sebuah taman Firdaus, di mana orang memandang semata-mata wajah Ilahi.”(Al-Hadist)