Selasa, 28 Desember 2010

HIDDEN

Jadi bingung deh mau mulai dari mana ceritanya… sebelumnya, intermezzo dulu… ^^ di sini, di blog ini, harap maklum jika ditemukan beberapa hal janggal. Karena saat ini, aku cuma pengen bebas berekspresi mengungkapkan perasaanku sebebas-bebasnya, membuka pikiran, tanpa alasan ini itu, tanpa sebab apapun, tanpa syarat, dan tanpa sekenario… hhe… pokoknya bebas, maaf jika aku gak konsisten… kadang nulis ‘aku’ kadang ‘gw’ kadang ‘saya’, ataupun ‘ane’, coz, yaa… itu tergantung mood. Lagipula, sekarang aku bukan sedang menulis puisi, yang kayaknya makruh banget kalau pake kata ‘gw’ dan aku juga bukan lagi buat makalah, yang udah jelas haram menggunakan kata ‘kami’ dalam pembahasan….

Kenapa judulnya Hidden?

Judul itu menjurus pada persoalan tentang perasaan yang tersembunyi. Semua orang pasti punya rahasia yang disimpan di lubuk hatinya yang paling dalam, bahkan ada yang sampai menutup pintu rahasia hati itu dan membuang kuncinya ke samudera, agar tak ada makhluk lain yang tahu.

Kali ini, aku mau mengungkapkan, satu perasaan yang tersembunyi di sudut hati, sudah ditemukan, tapi sulit untuk dikeluarkan sebagai ungkapan. Karena mungkin, perasaan itu bersifat rahasia, atau sesuatu yang bisa menimbulkan rasa malu. Tentunya semua orang pasti memiliki perasaan-perasaan tersembunyi yang berbeda-beda jenisnya.

Banyak perasaan yang aku alami akhir-akhir ini, bukan akhir2 ini aja sih, tapi, perasaan-perasaan yang sempat kurasakan sepanjang hidup. Perasaan yang mudah berubah, begitu cepat berganti, kadang menghilang, tapi bisa muncul tiba-tiba secepat kilat.

Sebelumnya, aku sangat minta maaf kepada diri sendiri karena terkadang aku belum bisa menyayanginya dengan tulus. Aku masih sering menganiayanya, dengan sering mengasihani, meratap, mengutuk, dan menyesali apa yang telah terjadi, aku bukanlah orang yang sempurna, mungkin aku belum bisa digolongkan ke dalam kategori ’anak yang telah dapat membahagiakan orangtua’. Aku pun sulit untuk mengungkapkan sesuatu ketika dihadapkan pada suatu tekanan, yang sebenarnya tekanan itu timbul karena sugesti dan rasa takut internal, dari dalam diri. Aku bukan orang yang bisa mengetik dengan sepuluh jari, aku mengetik masih dengan menggunakan 5 jari. 2 jari kiri, dan 3 jari kanan. Tak pernah bisa mengetik tanpa melihat keyboard, tapi, setidaknya, itu yang bisa aku lalukan. Mencoba mengetik, semampuku.

Jika kuaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, kembali mengingat perasaan-perasaan yang tersembunyi, kadang-kadang, ada hal yang tidak dapat kita terima. Misalnya : Dapat nilai jelek, padahal udah belajar keribo. Tapi, aku sadar, setelah banyak merasakan asam garam kenyataan dunia dalam menerima fakta tak menyenangkan, ada beberapa tahapan perasaan yang mungkin dirasakan manusia-manusia di dunia.

Kekecewaan – Penyesalan – Perenungan – Meyakinkan Diri – Penerimaan.

Pada akhirnya, kita akan menerima... tanpa alasan apapun yang menyertainya, hanya menerima, seiring dengan berjalannya waktu.

Itu yang aku rasa, juga mungkin orang-orang juga ngerasain proses itu ketika menerima kenyataan yang gak sesuai harapan. Ambil contoh aja, misalnya, perasaan kita udah belajar sungguh-sungguh, dan pas ngisi ujian udah yakin banget, eehh.. taunya nilainya jeblok bgt. (hoho... sebenernya ini curhat colongan) aku baru saja merasakan hal itu, dan rasanya kayak patah hati, putus cinta... atau apalah yang bisa disebut BROKEN.

Nah, pas awal melihat angka yang tertera di depan lembar jawaban, aku memasuki tahap KEKECEWAAN, lalu dilanjutkan dengan PENYESALAN... Aku syokk bgt, mungkin karena itu soal beruntun, jadi kalau ada yang gak teliti sedikit di awal, ke bawah-bawaahnya juga bakalan salah, dan tak termaafkan, sang pemeriksa langsung memberi tanda silang besar tanpa ampun. Tanpa upah nulis diketahui, ditanyakan, apalagi dijawab!

Temenku kaget banget lihat nilaiku, anggap nama temenku itu Maemunah. Gimana enggak, sebelum ujian Mata Kuliah itu... Maemunah selalu minta aku ajarin, emang karena aku ngerti banget sama pelajaran itu. Dan Maemunah pun ngaku heran kenapa nilaiku segitu. Bahkan ada temen yang bilang pemeriksanya salah. Jujur, saking syoknya, aku nangis di tempat kejadian perkara. Okelah, kalau ujian yang aku gak belajar sebelumnya aku dapet nilai jeblok, gak apa-apa, aku terima, tapi pelajaran ini, aku selalu merhatiin waktu praktikum, aku sering beljar dan mengajarkan. Hingga paham banget. Tapi... niliaku bobrok bgt... >.< *tak relaa....

Akhirnya, emang pas diliat, ada ketidakadilan-ketidakadilan di dalam sana. Tadinya aku males protes ke kakak asprak, tapi, berhubung ketidakadilan itu jelas banget terlihat, aku nekat maju ke depan. Yang biasanya aku gak berani, bahkan bertanya hal yang aku gak ngerti ke beliau pun aku gak berani, karena... hehe... ada yang tak beres dengan wajah sang asprak. Maksudnya terlalu ganteng. ^^ Apalagi tuh kakak asprak mirip banget sama temenku. Dan temenku itu perempuan. Aku dan Maemunah sering banget gak bisa nahan ketawa setiap kali menatap kakak asprak itu. Jadi setiap kali beliau nerangin, sebisa mungkin, aku gak menatap wajah beliau, liatnya ke papan tulis aja. Karena, sumpah... gelii banget dengan kemiripan itu.

Tapi, saat kemaren protes, aku maju ke meja kakaknya, di tengah orang-orang yang lg protes, aku protes agak kenceng, ”Kak... ini kok si Nana dibenerin, tapi saya disalahin.” Anggap aja nama temenku yang beruntung itu ’Nana’.

Jawabanku dan Nana sama percis, dari cara sampai hasil di suatu nomor soal, tapi anehnya, aku disalahin, Nana dibenerin. Si kakak melihat lebih teliti lagi, dan menjelaskan. ”Ohh.. iya, ini emang salah kok harusnya...”

Lalu, aku jelasin aja apa yang aku yakin bener, karena, banyak banget orang yang isinya gitu tapi dibenerin, aku udah periksa lembar-lembar jawaban orang, dan banyak yang dibenerin. Karena gak terima, yah, aku protes lagi, yang ini, aku ngerasa intonasi suaraku tinggi banget, alias sedikit ngebentak. ”Tapi kak, temen-temen saya yang lain kok banyak yang dibenerin?!”

Dan lagi-lagi kakaknya jawab dengan perkataan yang menurutku sia-sia banget. ”Yaudah... mana sini yang saya benerin, harusnya salah itu,” lalu beliau memberikan pengumuman di depan kelas, menyuruh anak-anak yang nomor itu salah tapi dibenerin untuk maju ke depan. Dan dengan sangat emosi, aku jawab, ngebentak di depan kakak asprak itu. ”YA GAK BAKAL ADA YANG MAU LAH KAKK!!! PIKIR DONG!” sambil nyolot.

Sumpah, baru kali ini aku ngebentak kaum adam. Aku gak ngeliat ekspresi sang asprak, aku langsung balik dan meluk seorang teman, dan menangis lagi. Gak tau kenapa saat itu hari banjir air mata banget. Sepanjang hari sensian mulu. Sampe temen baikku juga bertanya-tanya. hoho... Gomenasai deh buat temen-temenku yang hari itu kena semprot. Termasuk kakak aspraknya.

Setelah banyak temen-temen yang menenangkan, memberi semangat dan motivasi, akhirnya aku melewati tahap pertama dan kedua, yaitu Kekecewaan dan Penyesalan. Dan memasuki tahap PERENUNGAN dan MEYAKINKAN DIRI. Banyak masukan-masukan dan nasehat dari teman-teman. Bahwa ternyata, banyak juga yang ngalamin hal yang sama, dan memang kan masih ada UAS. UAS harus lebih baik lagi. Nilai jelek bukan artinya kita gak bisa. Allah lihat usahanya, gimana aku belajar, gimana aku selalu memperhatikan saat praktikum, kalau hasilnya segitu, yaa... tenang aja, yang penting penilaian dari Allah selalu adil. Dan pada akhirnya, aku memasuki tahap terakhir yaitu, P-E-N-E-R-I-M-A-A-N. Di tahap ini, udah gak ada lagi perasaan ’broken’.

Pulang kuliah, aku nerima kabar gembira, kakakku lolos tes PNS, dengan nilai tertinggi untuk Departemen Kesehatan. Dalem hati aku ketawa, bahagia, tapi agak miris jg sih... Ironis banget... Aku jadi mikir deh, kapan yaa... aku bisa memberikan kabar gembira pada orangtua, bukan hanya bisa memberikan kabar buruk aja...

Yah, tapi, itu hanya sekedar perasaan yang tersembunyi... yang dibisikan perlahan-lahan sampai tak terdengar...


FLEXI-S

Luar biasa aneh, kenapa perasaan ini ada? Aku pernah merasakan perasaan ini sebelumnya, perasaan yang benar-benar aneh. Aku dapat merasakannya, tapi aku tak tahu perasaan ini dinamakan apa. Mungkin aku tahu, tapi, tak tega menyebutkannya, terlalu nista untuk disebutkan.

Rasanya mirip perasaan jatuh cinta, tapi jatuh cinta pada orang yang sama sekali salah. Salah besar! Aku mengutuk diriku sendiri saat menyukai tatapan matanya padaku, atau senyumannya yang penuh makna. Dan ketika merasa nyaman berada di dekatnya. Meskipun kita tak saling berbicara. Tapi, rasanya seperti sudah berbicara banyak hal. Dia terlalu tulus, terlalu manis, dan terlalu kucintai...

Aku tahu, mungkin ada beberapa orang teman berlainan gender kecewa karena sikapku yang menjauh. Bukan aku tak suka berteman dengan mereka, tapi, aku takut mereka terlalu jauh berharap, aku takut kedekatan kita terlampau jauh, namun pada akhirnya, aku mengecewakan...

Kembali pada perasaan aneh ini, entah mengapa, aku suka cara dia berjalan, aku suka cara dia tersenyum dan menatapku, aku suka memandang tatapan matanya yang tajam, aku suka bibirnya, aku suka hidungnya, aku suka pipinya, aku suka bulu matanya, aku suka segala hal yang ada pada dirinya yang apa adanya... Aku suka menatapnya, dari jarak dekat...

Perasaan ini terlalu mengerikan, sangaaat mengerikan! Lebih mengerikan daripada hal apapun. Perhatiannya, rasa pedulinya serta tawa dan canda yang ia tawarkan, mewarnai hidupku. Entah sejak kapan aku selalu mengharapkan kehadirannya, di berbagai acara, di setiap hariku. Jika dia tidak ada, aku merasa dunia ini penuh dengan kehampaan tanpa jeda.

Maaf, jika rasa ini melanggar banyak aturan dan menembus batas kewarasan, maaf jika aku tak dapat menyembunyikannya. Aku tak ingin menghancurkan jalinan apapun yang telah tercipta dalam hidupku, aku hanya ingin mengungkapkan kesungguhan, bukan untuk mengakui dosa. Tapi agar perasaan aneh itu menguap bersama dengan ungkapan-ungkapan yang entah harus kunamakan apa.

Kita tidak mungkin memainkan drama Cinderella dan Pangeran pencari sepatu kaca, Romeo and Juliet, atau Cleopatra dan Mark Anthony, di kehidupan mana pun. Karena perasaan ini adalah perasaan yang tak wajar, tak dapat dicerna akal sehat. Perasaan ini hanyalah sebuah gelombang resonansi ketidakharmonisan antara hati dan otak. Pikiran dan Perasan.

Aku tak mau menyanyikan lagu Cinta Terlarang di sini, itu hanya akan memperburuk keadaan. Biarlah, perasaan ini, kukubur selamanya. Perasaan yang tak pantas dikhayalkan dan tak mempunyai harapan sama sekali. Tak layak untuk ada di permukaan bumi.

Sekarang, aku berusaha membaca makna, berusaha bersikap sewajarnya dan menjadi diriku yang lebih baik lagi. Menata hati untuk masa depan. Semoga, Tuhan mengirimkan seseorang untuk membimbingku, kembali pada perasaan yang memang fitrahnya.


Sabtu, 11 Desember 2010

TERSANGKA

Pernah gak sih kalian berbuat sesuatu yang membahayakan nyawa orang lain? Bukan berbuat sih sebenernya, tapi ‘gak sengaja berbuat’. Haduh, sungguh dengan hati yang tulus tanpa dendam pertama-tama gw ingin meminta maaf pada pihak-pihak yang turut menjadi korban tercemarnya air minum gw…

Kenapa air minum?

Gw tahu, manusia disarankan meminum sekitar delapan gelas air per hari. Gw juga tahu, standar air bersih yang baik dikonsumsi publik itu yang gimana. Tapi, kenapa gw masih melakukan tindakan menyimpang, dan itu, jika ceroboh, bisa membahayakan nyawa orang.

Kejadiannya baru-baru ini. Gw naik angkot, dan kebagian duduk paling pojok, di depan gw terdapat sesosok makhluk, anak SMA akhwat berjilbab, dia lagi tidur, seperti biasa, gw ngelamun menatap ke pintu jendela, merhatiin pemandangan di luar dengan santainya.

Di tengah perjalanan, anak SMA di depan gw itu bangkit dari tidurnya, dan tiba-tiba melotot mengerikan memandang gw, serius, serem banget ekspresinya, sampai-sampai gw curiga dia kerasukan hal-hal gaib, ditambah di angkot itu hanya ada gw, dirinya dan dua penumpang lain di deket pintu. Coba bayangkan perasaan anda jika di hadapan anda ada orang bangun tidur tiba-tiba melotot ngeliatin anda. Tadinya gw mau turun, tapi kan sayang, kalau gw turun gw harus bayar angkot setelah turun, lalu dengan konyolnya naik angkot jurusan yang sama. Akhirnya gw pura-pura selow dipelototin gitu.... ehh, beberapa detik kemudian itu anak sekolaan muntah dengan dahsyatnya. Dalam kasus ini, gw agak-agak tersinggung nii, hhe, kesannya dia muntah gara-gara ngeliat muka gw. (-_-’)

Dan yang bisa gw lakukan saat itu adalah, cengo sambil memelototi dua penumpang lain yang keliatannya gak berkutik. Si anak SMA itu tiba-tiba minta tissue, dan setelah gw liat isi tas gw, gak ada tissue, adanya air minum. Mungkin, saking gak tau harus ngapain, gw malah nyodorin air minum. (padahal dia mintanya tissue). Haduh, tulalit deh pokoknya... ”Minum dulu aja De,” seru gw berusaha gak terlihat parno. awalnya gw merasa lumayan senang, karena ternyata minum yang gw sodorin berguna, dia minum sampai sisa sedikit, tp... tiba-tiba, abis minum dia ngomong, ”Kok rasanya aneh ya, Mbak?” sambil muntah lagi. Kali ini muntahnya lebih dahsyat dari sebelumnya.

Jreng Jreng.... Tringg... Gw baru inget, itu air minum udah entah berapa minggu yang lalu, dan pada suatu malam yang entah malam zaman kapan gw pernah ngocok-ngocok isinya sampai berbusa, niatnya mau ngebersiin, jadi rencananya setelah dikocok2 itu airnya dibuang, dan diisi air baru. Tapi dodolnya, gw lupa ngebuang tuu air, paginya gw masukin lagi aja... dan air itu mengendap berhari-hari di tas gw, lalu, dengan bangganya gw kasih tu botol minuman kepada orang yang seharusnya mendapat pengobatan yang layak.

Tadinya gw mau menjelaskan dan berusaha menghibur, atau seenggaknya menenangkan dia tentang ’rasa air minum’ yang aneh itu. Tapi, saat itu waktunya gw harus turun angkot. Dan, gw refleks bilang ’Kirriii...”. Dengan ekspresi ’Yasudahlah’. Gw turun angkot, dan merasa sangat bersalah. Tepatnya, takut jadi tersangka. Lebih lagi, gw tinggalin botol minuman bersama sang korban. Haduh, bagaimana nasib anak itu yaa? Gimana kalau dia kenapa2, dan polisi menemukan bukti botol minuman beracun, dan di situ ada sidik jari gw...??? hwaaaa.... Gyaboooo........ T__T

Tentu saja hal seperti itu bukan pertama kali terjadi....

Saat itu sedang uas, psikologi anak. Psikologi anak adalah pelajaran yang paling gw sukai, ^^ banyak manusia2 yang yang ngambil SC psikologi anak. Dan, saat ujian pun dibagi beberapa kelas, saking banyaknya. Dan, pas gw baca soal2nya, gw ngerasa soal2nya susah, setiap nomor soal mengandung misteri... hhe... entah kenapa gw pengen cepet2 beres sampai nomor terakhir, dan ingin bebas dari ruangan itu. Orang yang keluar paling pertama gak selalu artinya dia bisa. Daripada gw nulis hal-hal yang lebih jauh ngelanturr di lembar jawaban, mending gw kumpulin cepet aja. Dan melupakan apa yang telah terjadi di dalam kelas.

Sepi. Masih sepi banget, hanya ada gw dan tembok. Dan gw geli mengetahui bahwa gw adalah makhluk yang keluar paling pertama diantara banyak peserta ujian. Dari kelas lain juga belum ada yang keluar. Tapi yang ngebuat geli itu, gw keluar duluan gara2 udah gak ada ide lagi buat mengarang indah di lembar jawaban. Yo wess, itu bener2 gw isi seadanya. Singkat, Padat, dan Tidak Jelas.

Saat gw duduk tenang di depan kelas, gw merasakan ada suara langkah kaki gak wajar, ternyata ada beberapa orang juga yang nyusul gw. Salah satunya temen gw. Sebut aja nama temen gw itu Mimin. Mimin manggil gw dengan paniknya dan nanyain air minum. Eh, pas gw liat ada anak SC, kakak tingkat dari fakultas lain yang ikut psikonak lagi semaput, ekstrim banget deh gaya jatuhnya. Nyerodot di tembok sambil megangin dadanya. Sempet denger dari orang-orang, kabarnya dia emang punya penyakit jantung. Ekspresi si kakak itu udah bener2 kesakitan banget, udah kaya orang hampir hampiran. Awalnya gw sama si Mimin cengo, dan merasa kasihan, tp gimana... dy kan cowok, sedangkan kita cewek dan hanya berdua saja. Masa kita seret-serett tuh c kakak sampai rumah sakit.

Akhirnya, yang bisa kita lakukan ialah menyodorkan minum (punya gw) dan meminta bala bantuan. Sesungguhnya gw gak tega, gw tau itu air minum udah dari zaman kapan tau, sempet gw liat isinya, dinding2 botol udah lengket2, gw aja kagak tega minumnya. Tapi dari luar gak keliatan karena botol itu berwarna biru. Gw udah ngomong ke c Mimin, tp Mimin malah ngomong, ”udah, g pa2, kasih aja.”

Beberapa detik kemudian datanglah Bu Dosen pengawas dari ruang lain. Gw sama si Mimin merhatiin dari jarak dekat si Bu Dosen melakukan aksi pertolongan pertama kaya anggota KSR yang lagi mijet2 orang keseleo. Setelah itu, kk itu meminum air dari botol gw, hingga habis... Aaaaa... Tidaaak! (saat si kakak anak SC itu minum, entah kenapa gw malah tutup kuping dan nyalahin si Mimin).

Pas abis minum, gw liat, c kakak itu pingsan... padahal tadinya masih gerak2... Suasana udah mulai ramai, udah banyak yang selesai ujian. Gw mundur perlahan... sambil bisik pelan-pelan ke si Mimin, ”Min, kabur yuk...” entah Mimin denger apa enggak, hingga pada akhirnya, gw mengendap2 ngambil botol minum gw deket bu dosen, dan menjauh perlahan dari kerumunan itu.

Entahlah nasib selanjutnya para korban air minum gw itu gimana... haduh, sebenernya kali aja bukan gara-gara air minum gw, tapi tetep aja air minum kotor, kadaluarsa itu pasti memperburuk keadaan...
Astagfirullahaladzim....
Gak lagi-lagi deh menimbun minuman beracun di dalam tas.

sumber gambar : ksupointer.com



Jumat, 03 Desember 2010

INSHA ALLAH

Everytime you feel like you can not go on…

You feel so lost,

That your so alone,

All you see is night,

And darkness all around…

You feel so helpless,

You can’t see which way to go…

Don’t despire and never loose hope,

coz Allah, is always by your side...

Insha Allah… Insha Allah… Insya Allah… You’ll find your way…

Bismillah,

Udah lama gak posting, dan baru sadar, banyak hari yang telah aku lalui dengan sangat luput. Astagfirullah, berapa banyak dosa yang telah mengisi hari-hari. Hingga saat aku mendengar sebuah lagu yang… bener-bener nyadarin banget. Di saat aku nyaris gak mengenali siapa diri ini, karena pudarnya batasan antara baik dan buruk, karena kemunafikan, kedzaliman, hingga kelalaian...

Pernahkah kalian merasa sepert dalam syair di lagu itu? Pernahkah kalian mengalami suatu masa di mana kalian merasa sangat kosong dan hampa? Saat ini, detik ini, aku mengalaminya, dan yang bisa kulakukan hanyalah menangis tanpa suara. Dan merasakan kehampaan setelahnya.

Kadang, aku malu pada Allah yang telah banyak memberikan nikmat dan anugerah dalam hidupku. Kalau inget semua nikmat itu, semua kebahagian yang Ia berikan, dan mengeja seluruh dosa-dosa yang kulakukan sepanjang hidup, kayaknya, itu semua gak beda sama istilah ’air susu dibalas dengan air tuba. Tega banget...

Dengan beragam penyesalan dan muhasabah diri yang kulakukan, dengan sejuta nasihat dan petuah yang kudengar, dengan banyak makna dan hikmah yang kusaksikan, terkadang, aku merasa ingin berubah, dan mengejar hidayahNya. Dengan keimanan yang benar-benar sempurna. Dan kini, aku akan berusaha untuk melangkah perlahan, yaitu berusaha menjadi ’lebih baik terlebih dahulu.

Aku yakin, lautan maaf Nya lebih besar dari hamparan dosaku...

Insha Allah... We’ll find the right way...

sumber gambar : abundancetapestry.com

CERITA TENTANG DIA

Setiap langkah mengelabui, menipu dan memaksa. Aku tak ingin berkisah dengan paksaan. Menceritakan hal apapun yang dunia inginkan. Tentang sang matahari yang tak pernah kehilangan panasnya. Atau tentang daun-daun berserakan pasrah diterjang kematian yang melayukan tubuhnya.

Sesosok rambu menghampiri sebagai pertanda ketidakberdayaan. Aku tidak ingin melihat kekacauan jalan raya yang menghadang arah pandang mata. Aku ingin merasakan air hujan memecah kekeringan dan melihat burung-burung bahagia dengan gerimis, tak mau menyaksikan cinta yang terkapar, terabaikan dalam waktu yang lama.

Mungkin dia tak pantas menjadi ilalang yang tumbuh subur, dia hanyalah seekor ulat menjijikan yang bahkan tak bisa bermetamorfosis. Ia hanya bisa menikmati sisa hidupnya sendiri dalam kurungan rasa malu dan kutukan sang waktu.

Dia ingin bermanfaat bagi orang lain, namun bukan berarti ingin menjadi orang yang mudah dimanfaatkan. Tapi, kenyaataan ini membunuh kekuatannya untuk tetap berdiri menghalau segala rintangan yang menghadang. Dia menyerah dengan cara yang selama ini mereka ajarkan pada dunia, tentang ketulusan yang tak pernah mencapai kata sejati. Atau keikhlasan yang tak bisa dirasakan sepenuhnya. Bagai hidup di atas rerongsokan kotor, terbungkus karung, terikat kuat, terbelenggu, lalu dinaikan ke atas mobil dengan tampilan depan seperti monster. Tak lebih berharga daripada sampah...

Dia tak mampu lagi berpikir untuk apa hidupnya tetap berlangsung, jika yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu datangnya hari kepastian yang tanpa ujung...

sumber gambar : tripadvisor.com


PENAKUT

Anak yang Penakut dan Menakutkan...

Ada sebuah kisah, tentang anak yang merasa dirinya penakut. Dia menyadari, apa yang menyebabkannya menjadi anak penakut. Dari mana ketakutan itu berasal. Sebut saja nama anak penakut itu ’Scary’. Di setiap malam, ia selalu dilanda kegelisahan tentang arahan hidup yang diberikan oleh orangtuanya. Ia mengetahui, ada yang salah dari beberapa hal yang diajarkan oleh kedua orangtuanya. Ia merasa hidup seorang diri dengan beragam jenis rasa takut tak beralasan yang mengelilinginya. Jikapun ia mengetahui alasan itu, alasan mengapa ia menjadi penakut, alasan itu sungguh tidak masuk akal, sehingga ia malas untuk membahasnya. Lebih memilih mencari pelarian dari rasa takut, dengan cara... Benar-benar berlari... Menghindari masalah...

Padahal ia tahu, di persimpangan jalan yang berlawan pun, ia akan menemui masalah yang mungkin bahkan lebih besar. Sehingga, ia merasa harus berada di zona nyaman dunia, meskipun harus merelakan banyak perasaan. Dari situlah keegoisannya muncul.

Rasa takut itu sungguh mengerikan...

Banyak orang mengartikan tentang definisi rasa takut. Rasa takut yang membuat kita tidak berani untuk bermimpi, rasa takut yang membelenggu semua kegiatan yang sebenarnya BISA kita lakukan. Ketakutan membuat segalanya berjalan tidak sesuai harapan. Ketakutan mengajarkan cara hidup yang sangat mudah namun membawa penderitaan yang berkepanjangan. Yaitu dengan melarikan diri, berlindung di zona nyaman dunia yang membuat kita tidak bisa menghadapi tantangan di kemudian hari. Jadi orang penakut itu rasanya sungguh menakutkan. Apa jadinya jika manusia tidak berani mengambil sebuah langkah hidup yang akan menjadikan cita-citanya tercapai. Sesungguhnya, rasa nyaman yang kita dapatkan, khususnya dari orangtua, jika terlalu berlebihan, dapat membutakan lensa keberanian dalam diri kita.

Scary merenung menatapi boneka-boneka yang diam terpaku. Tanpa nyawa. Ia sadar mereka tak mempunyai nyawa, tapi ia tetap bergumam sendiri, seolah boneka-boneka binatang kerdil itu yang bicara. Ibunya tersenyum gemas menatap anak perempuannya memainkan boneka-boneka itu seorang diri, seperti orang stress. Ibu yang sangat baik, mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang, terkadang permisif, terkadang otoriter, dan dalam beberapa waktu yang manis, bersikap demokratis, saat ibunya bersikap demokratis, itulah bagian dalam hidupnya yang paling ia suka.

’Sangat menakutkan menjadi orang yang penakut. Aku nyaris takut bertemu orang-orang yang baru kukenal, orang-orang yang telah mengenalku, sahabat-sahabatku, bahkan, saat aku menatap cermin, aku melihat bayangan gadis berdiri menatap lurus ke arahku, matanya sangat ketakutan. Dan kusadari, ketakutan ini telah melampaui batas. Aku takut pada diriku sendiri.’

Kata ’jangan’, ’Tidak Boleh’, ’Berbahaya’, ’Aku Ragu’, ”Kamu Tidak Akan Bisa’, ’Tidak Percaya’ kerap di dengar olehnya. Di masa kecil, bahkan hingga saat ini, saat ia beranjak memasuki tahap operasional formal yang seharusnya sangat brilliant. Namun, kebanyakan orang ketakutan memasuki tahap ini. Termasuk Scary. Ia harus jujur, mengakui, bahwa dia tidak berani lagi untuk bermimpi. Ia terus menyalahkan orangtuanya, orangtua yang OVER PROTECTIVE membuat anak menjadi PENAKUT. Mudah sekali kan? Menjadikan anak yang penakut itu? Jaga mereka dari hal-hal yang berbahaya dan agak berbahaya. Masukan anak anda ke dalam zona nyaman dunia. Bayar berapapun untuk kenyamanan anak anda. Jangan biarkan anak anda memegang pisau dan menjaga rumah seorang diri. Dan anda akan sukses menjadikan anak anda berjalan menatap tanah. Menjadi manusia penakut dan menakutkan!

Kasus Scary dengan orangtuanya membuat ’Rasa Takut’ memiliki subjek dan objek penderita. Hingga pada akhirnya, anak sering menyalahkan orangtua, mengapa ia menjadi penakut, karena memang ia diajarkan cara yang sempurna salah tentang arti keberanian menghadapi tantangan. Namun, orangtua pun menyalahi anak, jika anak menjadi terlalu penakut pada saat dewasa.

Di sini, saya (berusaha) melihat bukan dari sudut pandang Scary ataupun orangtuanya. Anggap saya adalah tumbuhan yang tak mempunyai rasa takut dan tidak bisa mengajarkan rasa takut. (rasa takut itu ternyata DIAJARKAN secara terselubung, tanpa disadari)

Orangtua tak sepenuhnya salah, karena mungkin, saat kita lahir ke dunia, mereka belum diperkenalkan dengan modul-modul bernuansa pengasuhan. Bukan salah mereka sepenuhnya...

Sekarang, aku sadar itu, dan tahu akar permasalahannya. J

sumber gambar : futurity.org

TAK PERNAH LAYAK

Aku hanya ingin menuangkan segala penat yang memadat.

Ketika kupanjat doa yang tak berkesudahan. Selalu ada garis mati yang menyayat.

Menyatakan kekecewaan dan kerapuhan.

Membebaskan hujatan yang terperangkap.

Seakan tak pernah layak menjadi bintang di tengah kegelapan pekat.

Suara hati bersenandung misteri tak berdaya, tak bernada, tak bersuara.

Beralaskan tanah malam menunggu pudarnya harapan yang jemu pulang.

Menegur canda dan cinta yang kudapat.

Aku tak ingin meronta, menyesali kenyataan.

Karena aku tak pernah layak untuk mengeluh, membabi buta, menangisi takdir, dan berteriak menengadah langit sambil mengatakan bahwa aku tak menginginkan kesalahan yang kubawa seumur hidup.

Kutekan penyesalan ke permukaan jiwa. Bahkan aku tak layak menyesalinya. Pembantahan yang tak sesuai naluri, pembantaian iman yang nyaris kandas, penyanderaan hati malaikat yang dimiliki setiap jiwa merana karena dosa.

Bingkai Kesetiaan yang retak melindungi gambar-gambar cinta dalam imajinasi.

Semakin mempesona, semakin indah, semakin kuat, dan semakin menyakitkan.

Fakta hanya sekedar fatamorgana. Sesaat, semu, dan tak tersentuh.

Aku tahu inilah prinsipku. Atau karena aku takut, kedok malaikatku tersingkap?

Bahkan kutakkan pernah layak bertanya, mengapa aku memiliki jiwa iblis yang tak pernah terungkap?!

sumber gambar : deshow.net