Kamis, 02 Mei 2013

TITIK KESETIAAN

Ini bukanlah seperti penjabaran rumit yang seringkali kutuliskan lewat konteks bahasa yang penuh keambiguan. Bukan pula rintihan cinta yang memohon dengan darah dan air mata. Bukan keluhan yang meniadakan akal. Bukan cinta yang semakin buta. 

Namun hanya kata-kata inilah yang mampu menampung kerinduan, melalui hati yang sepenuhnya tertuju padamu. Setelah sekian lama berpijak pada tanah bumi yang megah ini. Setelah selama ini merasakan bermacam perasaan hilir mudik datang kembali melintasi sanubari.

Ternyata, hanya dirimulah yang bertahta. Dalam piramida hati teratas, tak tergantikan… Selalu, lagi dan lagi, tak dapat kuhindari… Sejauh apapun aku melangkah. Muara cinta ini pada akhirnya selalu berlabuh kembali padamu.

Meski berkelana mencari tempat persinggahan lain, bermain dengan ciptaan-ciptaan yang pernah tercipta bersama matahari dan bulan. Bersinar bersama pagi yang tenang, menyatu dengan embun pagi yang menyejukan. Melompat ke sana kemari, tertawa, menyanyi, dan menari dengan peluh riang. Hingga terjerumus dalam lubang dusta dan duka yang nyaris mengubur separuh hati.

Namun tetap, ternyata namamu selalu abadi dalam hati. Meski banyak bujukan rayuan tercipta, meski banyak pemandangan indah menyegarkan menawarkan berbagai kebahagiaan. Kembali, hati ini selalu bermuara padamu. Selalu menuju pemiliknya… tak ada yang lain, dan tak kan tergantikan.

Wahai kekasih, meski seringkali tak kulakukan segala pesan hidup dengan baik, meski aku bukanlah pemaham yang baik dalam membaca kepercayaanku. Namun, dalam relung hati yang paling dalam. Di situ ada titik kesetiaanku padamu. Di situ ada kepercayaan penuhku, yang tak bisa kusandarkan pada yang lain. Karena di sanalah tempatmu. Di titik kesetiaanku.

Telah banyak air mata yang kukeluarkan selama hidup di dunia ini. Namun hanya air mata yang jatuh karena mengingatmu… yang bisa mendamaikan jiwa ini. Hanya air mata yang entah mengapa selalu menetes dari kelopak mata sebelah kanan terlebih dahulu. Air mata yang bisa mengelus-elus hatiku saat merasa tertekan, teguncang, ataupun perasaan-perasaan menyiksa lainnya.

Aku tau, seringkali aku lengah, dan tak menyadari tatapanmu yang penuh cinta. Seperti barisan takdir yang kujalani, seperti rangkaian nasib yang kutelusuri. Kau percayakan nasib pada usahaku, yang terkadang jarang mencoba terlihat baik dalam penglihatanmu.

Tak banyak pengetahuanku mengenaimu dan kisah-kisah yang kau ceritakan. Rasa malas yang menyerbu, kesenangan yang menipu, perasaan yang salah, mengalihkan duniaku dari mengingatmu. Namun kau tak pernah melupakan setiap detail hidupku.

Kekasih mana… yang bisa melakukan hal-hal seluar biasa itu. Sudah banyak dikecewakan, sudah banyak mungkin kecemburuanmu atasi sifat dan sikapku selama ini. Namun, setiap kali aku memintamu untuk mendekat kembali karena masalah yang terlalu berat ataupun beban hidup yang tak bisa kuhadapi seorang diri. Kau mendekat, Kau mendekap, erat. Dan inilah Perasaan yang seringkali kutangisi menjelang tidur. Perasaan yang ingin kunikmati menjelang ajalku.

Adalah hanya perasaan cintaku pada-Mu, Ya Allah, Ya Rabb…

Maaf atas perkataan-perkataan gombalku yang kadang tak terbukti nyata. Mengaku cinta tapi mengabaikan amanah. Mengaku Rindu tapi menjalankan apa yang Kau tak suka. Begitu kurangajarnya aku sebagai seorang hamba. Begitu lancangnya aku menyalahi takdir. Begitu nistanya aku hanya mendekatimu jika ada mau.

Tapi, aku tau, Kau tau bahwa selalu ada nama-Mu dalam titik kesetiaanku.

Meski bukanlah pencinta yang ulung dalam melafadzkan asma-Mu.

Ilmuku masih amat sangat dangkal. Seperti tetesan air di padang pasir yang kering. Namun, setiap hari… aku berusaha menjaga titik kesetiaanku, dan belajar tentang bagaimana cara mencintai-Mu.

Aku ingin belajar banyak tentang-Mu. Seperti dulu aku bisa membaca habis biografi artis-artis dorama Jepang.

Aku ingin menjadi Fans Freak-Mu dan para kekasih-Mu. Seperti dulu aku bisa tersenyum, tertawa, menjerit kegirangan saat melihat Falcon menggerakan jarinya di keyboard laptop.

Aku ingin memiliki hati yang berbunga-bunga ketika mengingatmu. Seperti saat aku melihat Chiaki Senpai memainkan pianonya dengan kehandalan yang tak diragukan lagi.

Aku ingin mengingatmu selalu… seperti saat-saat aku mengingat sosok ciptaan-Mu yang sangat kusayangi di dunia.

Karena, mereka hanyalah ciptaan-ciptaan-Mu, yang bahkan beberapa tak pernah nyata ada di dunia. 

Kisah-kisah mereka semu. Namun, kisah-kisah yang Kau bahasakan dalam Ayat-ayat-Mu. Itu Nyata. 

Pernah terjadi… dan itulah bukti Cinta-Mu sepanjang masa.

Aku ingin Lebih mencintai-Mu dari apapun di dunia ini.

Karena Titik Kesetiaanku terpaut kuat pada Ke-Esaan-Mu,

Ya Tuhanku...


SESUNGGUHNYA – by : Raihan

Sebenarnya... hati ini cinta kepada Mu.
Sebenarnya... diri ini rindu kepada Mu.
Tapi aku tidak mengerti,
Mengapa cinta masih tak hadir,
Tapi aku, tidak mengerti,
Mengapa rindu belum berbunga.

Sesungguhnya... walau ku kutip.
Semua permata di dasar lautan.
Sesungguhnya walau ku siram,
Dengan air hujan dari tujuh langit Mu.
Namun cinta tak kan hadir.
Namun rindu takkan berbunga.

Ku coba menghulurkan,
Sebuah hadiah kepada Mu.
Tapi mungkin kerana isinya.
Tidak sempurna tiada seri.

Ku coba menyiramnya.
Agar tumbuh dan berbunga.
Tapi mungkin kerana airnya.
Tidak sesegar telaga kautsar.

Sesungguhnya walau ku kutip.
Semua permata di dasar lautan.
Sesungguhnya walau ku siram.
Dengan air hujan dari tujuh langit Mu.
Namun cinta tak kan hadir.
Namun rindu tak akan berbunga.
Jika tidak mengharap rahmat Mu.
Jika tidak menagih simpati.

Pada Mu ya Allah....

Tuhan hadiahkanlah kasih-Mu kepadaku.
Tuhan kurniakanlah rinduku kepada Mu.
Moga ku tahu.
Syukur ku hanyalah milik Mu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada tanggapan???