Kamis, 01 Desember 2011

INSANITY


We linger on but leave the past behind us,
Old lovers live it all anew,
But chances are so few...
_Linger-Epica_

Entah apa yang terjadi, ketika segala hal yang melibatkan indera—tak dapat dirasakan lagi. Ketika seolah masa lalu datang memburu. Ketika orang-orang dari masa lalu terbayang kembali. Ketika ada suatu hal yang membuatku mengingat mereka dan melupakan segalanya yang kukenal saat ini. Entah perasaan macam apa ini. Delusikah? Apakah aku mulai gila? Seolah masa terbagi dua?

Ketika dunia tak lagi sama. Namun yang kurasakan hanyalah kesamaan pandangan. Perasaan terjaga atas apa yang dahulu pernah menjagaku. Yang kini tak ada lagi. Yang dulu pernah bersamaku. Dan kini tak ada lagi. Ataupun ketakutanku atas hilangnya masa ini. Seperti masa-masa yang telah lalu. Lantas, benarkah jiwa ini telah terbagi dua? Benarkah aku sudah nyaris gila?

Mungkin, jika aku menjadi orang gila, aku akan menjadi orang gila yang terkenal di seluruh dunia. Karena aku adalah orang gila yang cerdas, yang terkadang menuliskan kata-kata tak jelas. Jika aku menjadi gila, meski tertindas, aku tak akan pernah lagi memeras air mata yang menderas.

Yah, biarkan aku gila sendirian. Jangan pernah lagi dekati aku. Biarkan aku mengambang antara ada dan tiada. Biarkan aku berada di tengah-tengah surga dan neraka.

Biarkan aku tenggelam bersama mimpi-mimpi yang ingin kuhadapi, yang tak bisa dimengerti, biarkan aku melamun seorang diri, menghayati pagi yang sepi, ataupun malam yang damai.

Kini, aku yakin, hidupku telah terbagi dua. Antara fakta dan maya. Seperti seonggok benda termenung di hadapan cermin datar. Hanya satu yang membuatku menyadari bahwa aku nyaris gila—adalah kewarasanku. Sisi waras yang masih mengeras dalam jiwa, yang bersenyawa dalam tawa, yang senantiasa bergerak bersama hembusan angin dingin di musim panas.

Suasana ini, perasaan sedih ini, ketidaknyamanan ini, membawaku mengingat segalanya yang telah berlalu di masa yang telah terbagi dua. Masa yang tiba-tiba teringat. Orang-orang hilir mudik berganti dalam tatapan mata depresi dalam iris mata ini. Bayangan-bayangan itu menjaga dari jarak jauh. Seolah mengamati. Seolah menghantui. Raga yang tetap hidup meskipun akan mati.

Entah perasaan apa ini, merasa damai dalam kesedihan. Merasa sendiri dalam keramaian. Merasa semua musik mengalun beriringan menyenandungkan lagu-lagu keputusasaan yang bersarang dalam duka yang tersimpan selamanya.

Seolah mentari tak akan lagi menepati janjinya untuk selalu datang menyinari esok hari. Seolah yang kulihat ialah jejak-jejak perpisahan masa lalu dan bayang-bayang perpisahan yang akan datang pada masa depan.

Duniaku telah terbagi dua. Dua bagian lain dalam dimensi semesta. Yang terpisahkan oleh waktu. Masa lalu, dan masa kini. Tak merasakan ada suasana masa depan. Masa depan yang kurasakan hanyalah analogi suasana masa lalu dan orang-orang dari masa lalu yang sudah pergi namun tetap menghantui.

Entah siapa yang menuliskan aliran kalimat tak berirama, takberima ini. Aku tak bermaksud menjadi makhluk yang terkutuk. Aku hanya merasa sedang dirasuki hal-hal gila yang sesungguhnya kuinginkan keberadaannya. Ketika kewarasan tak lagi bisa memanjakan kesedihan. Ketika kewarasaan tak mengetahui apa-apa tentang perasaanku yang begitu ganjil dan terpencil.

Biarlah kegilaanku menjadi rahasia yang terus berlangsung sunyi. Hingga saat-saat terakhir tiba. Hingga beku kaku. Hingga air mata tak bisa jatuh lagi sesedih apapun itu. Hingga tak ada lagi jeda yang memisahkanku dengan kenangan. Hingga lilin menyala menerangi gambar kenangan yang meredup.

Biarlah aku tetap di sini dengan kegilaan yang terasing. Memandang dalam tenang. Bersemayam dalam temaram malam yang tak kan pernah padam.


1 komentar:

  1. sorry baru dibaca, baru ngenet lewat lappy,, ada apa sayy?? cerita dong,, tapi kalau gak mau cerita jg gpp sihh,, hehee

    BalasHapus

Ada tanggapan???