Sabtu, 16 Oktober 2010

MY LOVELY TOWN

Suasana hati lagi melankolis nih, kebawa suasana, langit agak mendung detik ini, dan ketika gw melihat ke luar rumah dari jendela, memandangi aspal jalanan, memandangi anak-anak kecil yang lagi bermain tanpa beban, melihat langit biru yang tertutup awan putih dan kelabu, diiringi kegelapan malam yang akan datang sebentar lagi. Rasanya, saat ini gw pengen menunggu waktu dengan mengungkapkan segala isi hati lagi. Setelah sebelumnya gw melakukan hal yang sama. Dan ternyata, bagi gw, menulis seperti ini adalah sebuah kebutuhan. Kalau dulu diary, sekarang blog. Emang kurang bebas sih kalau di blog, karena siapapun dapat mengakses, oleh karena itu, ’Barangsiapa yang pernah membaca posting2 di blog ini dan merasa tersinggung. Mohon maaf, aku tak maksud menyinggung, aku cuma ingin bercerita tentang perasaan saja. Perasaan yang manusiawi.’

Saat ini, gw emang lagi dalam suasana yang mendayu-dayu, romantis melankolis. Tapi gw gak akan membiarkan hal itu terjadi. Karena, sesungguhnya, gw bukan orang yang bisa mengungkapkan perasaan dengan kata-kata romantis dan melankolis. Dalam kehidupan nyata, gw adalah orang yang gak pernah bisa serius. Gw juga gak tau kenapa. Kalau serius, bawaannya amat sangat tidak nyaman.

Itu yang gw takutkan ketika punya pendamping hidup atau punya anak. Terus terang, dalam kehidupan nyata, gw adalah orang yang amat sangat dingin, risih banget kalau mau mengungkapkan perasaan sayang dan cinta. Sampai mama sering banget ngingetin ’kalau diajak ngomong itu yang serius. Ada waktunya kita becanda, ada juga waktunya harus serius.’ ^_^v

Sebenernya gw jg bisa lah serius, cuma sering merasa gak nyaman dengan keseriusan itu. So, biarkan gw menjadi diri sendiri apa adanya. It’s the truly me... ^^

Balik lagi ke pemandangan yang gw liat dari jendela rumah. Taman kecil depan rumah rumputnya makin subur, tembok warna krem memagari taman itu dengan setia. Setiap kali gw melihat taman kecil itu dari jendela kamar. Bahkan, saat ini jadi meluas, juga setiap gw liat tiap sudut ruangan dalam rumah gw. Tiba-tiba muncul perasaan sedih yang gak bisa dijelaskan. Gw juga gak ngerti itu apa, apa perasaan rindu? Takut kehilangan? Atau memori? Perasaan itu begitu aneh dan kadang gw pengen kabur dari rumah ini sebelum waktu mengusir gw dari rumah ini.

Jujur, mungkin itu memang efek dari pernyataan yang insha Allah akan menjadi kenyataan, bahwa, TAK KAN SELAMANYA, kami, berada di sini. Kata-kata itu selalu gw lupain, tapi perasaan sedih itu kadang muncul di tengah tangis, tawa dan semua hal yang gw rasakan akhir-akhir ini.

Mungkin gw emang anak yang lebay banget sama perpisahan. Dulu, waktu zaman TK, SD sampai remaja, kalau ada tamu yang berkesan datang truz pulang, rasanya tuh sedih banget, sampe sedihnya tuh bisa satu minggu. (keluarga gw kayanya g ada yang nyadar kalau gw memiliki perasaan selebay itu kalau ditinggal, hehe) lha gw sendiri bingung kenapa gw bisa selebay itu.

Inilah yang terjadi setiap kali gw ditinggal tamu, ’melakukan ritual flashback, dari hari pertama tamu itu datang, setiap jamnya gw ingat-ingat lagi, dan gw catat dalam buku diary, sampai hari kepulangan beliau. Sampai gw menciptakan lagu khusus ritual itu. Yang judulnya ”WAKTU ITU” Sumpah ya, konyol! gw g tau itu lagu berasal dari mana. Tapi gw selalu menyayikannya setiap kali ada tamu berkesan yang pulang. Dan saat itu juga gw tau, itu lagu bukan berasal dari mana-mana, tapi berasal dari dalam hati sanubari.

Beranjak Remaja, dan menjelang dewasa, Alhamdulillah gw gak se-alay itu, cuma kali ini, entah kenapa gw sering melakukan flashback, memutar film kenangan dalam memori otak, yang berjudul, ”My Lovely Town”

Bogor...

Kota itu bukan kota tempat gw dilahirkan...

Tapi, di kota itu, gw memulai fase-fase kehidupan, melangkahi masa, merasakan usia bertambah, bersama kenangan-kenangan yang sulit untuk diterjemahkan dalam bentuk barisan kata-kata. Karena kenangan itu begitu banyak dan manis.

Gw pernah bilang sama temen-temen di kampus bahwa sebenernya dari lubuk hati yang paling dalam, gw gak mau meninggalkan kota ini. Alias hijrah ke lain kota. Meskipun hijrah, gw pengen kota utama gw adalah Bogor. Gw pengen menikah dengan orang Bogor, membesarkan anak-anak di tempat ini, pokoknya, gw pengen berkembangbiak di Bogor. Gak mau tau! Titik!

Sekilas, itulah sisi keegoisan diri yang kadang gw sendiri mengerti mengapa keinginan itu bisa begitu kuat. Sulit untuk membedakan kesetiaan, pengabdian, pengorbanan, dan rasa takut akan perubahan.

Tadi, sempet diskusi sama Mama, tentang kenapa Papa memilih kota Bogor sebagai tempaat tinggal. Padahal, semua saudara kita numpuk di Bandung semua. Papa memilih kota Bogor, padahal dulu papa kerja di Jakarta karena, kota Bogor itu aman, damai, tentram, tenang... Beberapa orang yang gw kenal bilang kalau Bogor itu tempat yang enak untuk tempat hidup.

Inget papa, perasaan sedih yang ’aneh’ itu makin tambah aneh. Ditambah, sekarang kakak udah kerja di Bandung, ade kuliah di Bandung, dan saudara-saudari kami semua banyak di Bandung. Makin besar daya tarik Kota Bandung di mata Mama. Kota masa kecil beliau.

Jujur, gw sedih, Temans...

Bukan karena kayanya Mama udah pengen banget pindah ke Bandung.

Bukan karena gw takut karena biasanya gw pulang ke rumah, dan kalau semua keluarga udah pindah, gw gak bisa lagi pulang ke rumah.

Bukan itu... Meski terkadang iya,

Tapi, bukan itu yang paling bikin miris.

Yang paling sedih itu, kalau Mama gak mau pindah ke Bandung karena alasan ’Masih Ada Gw yang Kuliah di Bogor’.

Tentang semua yang Mama ajarkan, aku ngerti kok...

Tentang semua hal yang Mama takutkan, aku juga ngerti...

Tentang semua ketakutan yang kadang datang tanpa diundang, aku sangat mengerti...


Dan aku cuma minta Mama untuk tenang...

Gak ada yang perlu dikhawatirkan, selama aku tinggal di sini.

Di sebuah kota kecil yang pasti punya tempat tersendiri di hati keluarga kita.

Aku tetap ngerasa aman. Sekalipun semua anggota keluarga pindah.

Aku pengen mama pindah ke Bandung...

Berbahagia di sana...

Di sini, aku juga akan bahagia.

Karena jejak-jejak langkah kenangan mengajarkanku banyak cara untuk hidup.

Hingga aku mengerti...

Jejak-jejak langkah keluargaku tercinta... ^_^

Dan suatu saat ketika aku dihadapkan dengan situasi yang dulu kalian hadapi untuk melindungiku. Aku akan selalu mengingat cara itu.... Aku bisa mengerjakannya sendiri. Dengan cara-cara yang telah kalian ajarkan.

Aku hanya butuh, ’Diberi Kepercayaan untuk Hidup Mandiri’

Dan untuk kotaku tercinta...

Sejauh apapun tempat masa depanku nanti...

Sepanjang apapun langkahku untuk meninggalkanmu...

Aku tetap akan PULANG.


sumber gambar : http://kookkaburra.blogspot.com

2 komentar:

Ada tanggapan???