Hadiah
terindah adalah ketika kita bisa bertemu dengan sahabat-sahabat yang dengannya,
kita bisa merasa menjadi diri sendiri, apa adanya. Yang bersamanya, kita dapat
merasa lebih baik. Dan peribahasa Teman adalah cerminan diri kita tidaklah
sempurna salah, juga tidak sempurna benar. Karena jika kita bercermin di sebuah
kaca utuh sempurna, mungkin memang tak akan terjadi kemiripan yang berarti,
sekalipun kau berteman dengan seorang artis, lantas wajahmu akan ikut berubah
seperti artis tersebut. Tidak begitu....
Tapi,
ketika kau melihat dirimu ke arah batin. Ada jiwa sahabatmu di situ,
bercampur bersama rasa sedih, kecewa, dan bahagia…
Penelitian
ilmiah membuktikan bahwa ada kaitan siklus menstruasi yang mirip antara dua
atau beberapa orang wanita yang menjalin persahabatan dekat. Memiliki emosi
yang sama. Berbagi suka, duka, dan empatilah yang konon menjadi penyebabnya.
Sehingga tak heran jika seringkali beberapa grup wanita berkumpul dan mereka kompak sedang
berhalangan.
Bahkan,
tubuh pun bereaksi. Serupa. Jika kita memiliki ikatan batin dengan seseorang,
mungkin reaksi-reaksi kimiawi dalam diri kita mengikuti jalannya suasana.
Karena meskipun terpisah-pisah… antara perasaan, organ-organ, ruh, dan jiwa…
Namun semua itu merupakan suatu kesatuan yang kompak melaju beriringan
mengikuti jalannya kendali hati dan pikiran. Hingga menjadi magnet dan pengaruh
yang kuat pada lingkungan yang lebih makro. Yaitu : Lingkungan hidup. *Ekologi
banget*
Sama halnya
seperti ketiga benda yang saya sertakan ini… Tiga benda yang mungkin tak pernah
terpikirkan apa… ketika orang-orang melihatnya. Tiga benda yang mungkin bukan
merupakan suatu kesatuan. Berdiri sendiri, terpisah-pisah tanpa tali makna yang
mengikat ketiganya.
Suatu hari,
saya berkunjung ke kediaman seorang sahabat. Sebut saja dia B. *Saya memilih
huruf secara Random. Bukan berarti nama dia berawalan ataupun berakhiran huruf B.
Intinya, B adalah salah satu partner in crime saya yang sepertinya telah
menguasai ilmu kebal. Karena telah berhasil berjuang melewati ‘lorong
misteri’ dalam waktu yang cukup lama tanpa melambaikan tangan kepada kamera.
Ketika saya
melakukan aksi kerusuhan di ruangannya, saat itu pula B memperlihatkan sesuatu
pada saya. Suatu kardus sepatu. Lalu ia pun
berkata-kata diiringi angin sepoi-sepoi yang entah datang dari daerah mana. “Aku punya
sesuatu untukmu.” (*ket : bahasa diperhalus biar terkesan romantis) #karena
sebenarnya tidak begitu.
Saya : “Apa?”
(jelas saya curiga… karena itu kardus yang dipegang B adalah pasti kardus yang
dia pakai untuk mewadahi ‘sesuatu’ yang entahlah apaan itu)
B : “Tapi
belum gw bungkus… hahaha…” (*ket : lebih nyaman menggunakan bahasa kami
sesungguhnya ternyata) #lebih... Apa adanya, lebih Realita. :D
Saya : “Apaan
sih itu?”
B : “Ini
buat elu… ntar yak gw bungkus dulu.”
Baru kali
ini, sekali seumur hidup…menemukan orang yang membungkus kado di hadapan si
target penerima.
Saya : “ebuseeet…
haha… udah gitu aja cuy… gak apa2 gak
dibungkus jg, orang gw’nya di sini ini.”
Tapi B
tetap membungkusnya dengan kertas kado gambar bunga-bunga, selihai ia melipat
baju-bajunya di lemari yang amat sangat rapi tertata.
Sungguh ini
sepertinya belum pernah dialami oleh orang manapun di bumi. Diberi hadiah yang
proses pembungkusannya terlihat olehnya sendiri. Dan itu ternyata sungguh
dramatis. Karena pas sampai rumah pun saya jadi tidak tega membuka sampul
kadonya. Karena saya tau tahap demi tahap prosess pembungkusan kardus itu.
Tapi
berhubung bagaimanapun juga, dia harus dibuka. Akhirnya saya buka secara
perlahan-lahan penuh perasaan. Ternyata, terlihat tiga benda nangkring indah di
dalam bekas kotak sepatu Cinderella itu. Tiga benda dengan jenis dan warna yang
berbeda-beda satu sama lainnya.
Dan yang
paling menarik perhatian pertama kali adalah mouse berwarna biru… B tau kalau
saya kurang suka menggunakan touchpad laptop. Saya lebih suka
menggunakan mouse. *sebenarnya ini aib, hoho... Japra banget*
Keunikan
lain pada mouse itu adalah pada warna… Mengapa B memilih warna biru--di antara sekian banyak warna yang dia bisa pilih untuk warna mouse! Apa karena sekarang pagar gigi behel saya berwarna biru? Atau karena dia suka
menonton film biru? *ups*
Ya, tapi tak masalah, toh memang sebenarnya dari dulu saya suka warna apapun yang soft
but strong… Included Blue.
Tapi semenjak…. Semenjakk… Semenjaaakk….Hmmm…
Yahh… *entahlah… saya harus menulis apa pada bagian itu. Tapi intinya, semenjak
‘itu’ saya jadi semakin suka. ^.^v
Lanjut benda ke-2....
Benda ke-2
adalah sebuah tas unik dengan warna yang menyegarkan mata. Warna yang sering
diperdebatkan oleh banyak kalangan masyarakat. “Itu Pink!” “Itu Ungu!” “Ahh…
Pokoknya Pink!” “Gakkk! Sekali ungu ya tetep Ungu!” “Pecahkan saja tas itu,
Biar ramai!”, “Prankkk!!!” dan akhirnya si Ungu dan si Pink pun bercerai.
Pokoknya…
Warna yang sebenarnya adalah gradasi antara beberapa padanan warna ini sering memicu perdebatan di kalangan masyarakat, warna ini... tak dapat diungkapkan
dengan sebuah nama atau beberapa warna
utama. Namun hanya bisa dijelaskan dengan satu kata.
Magenta.
It means Gentle and Faithful
Saya selalu
suka warna ini. Entah kenapa B sangat tau… Seleraku. ^_^ *iklan mie instan*
Benda ke-3 ialah
bross berbentuk ‘Love’ berwarna putih. Warna putih melambangkan kesucian… tanpa
noda… Tentu saja, setiap manusia mendambakan Cinta yang Suci. Cinta yang tulus
dan cinta yang bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
...dan itu, saya artikan sebagai doa dari seorang sahabat...
Mungkin
hanya itu yang bisa saya jelaskan, sederhana dan tak mendalam, karena inilah
makna filosofi… terkadang, begitu sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Hanya
bisa didiskusikan dalam hati sanubari.
*dan Akhir
kata… Saya ingin mengucapkan terima kasihhh pada Miss B yang sudah sangat
mengejutkan saya dengan kehadiran benda-benda ini. U’re the best philosopher
girl ever, Sist! Meski diam, meski tanpa kata-kata, benda-benda beranekaragam warna
itu memiliki ikatan satu sama lain. Cukup jelas menggambarkan apa yang sebenarnya
terjadi pada hati saya saat ini.