Spica (α Vir, α Virginis, Alpha Virginis) adalah bintang yang
paling terang pada rasi
bintang Virgo, dan bintang terterang ke-15 yang
terlihat pada malam hari. Bintang ini memiliki jarak sekitar 260 tahun
cahaya dari Bumi. Bintang ini juga dikenal sebagai raksasa
biru dan merupakan variable dari Beta Cephei type. (wikipedia.com)
Sekitar tahun 2010, saya dihadapkan dengan sebuah
pilihan, sebenernya itu bukan pilihan yang harus dipilih secara ‘serius’, hanya
saja, saya menganggap pilihan itu merupakan awal suatu konsep atau seperti
bentuk filosofi tertentu.
Saat itu, Alhamdulillah novel saya akan terbit, dan
penerbit menyerahkan pada saya tentang urusan ‘nama pena’. Hal itu dibebaskan,
terserah, mau pake nama pena atau nama asli. Itu kembali lagi pada keputusan
penulisnya.
Dan bukannya saya tidak bangga dengan nama saya
sendiri. Saya sangat menyukai nama asli saya, di mana orang tua saya telah
mengakikah saya dengan nama itu, telah membuat akta kelahiran saya dengan nama
itu, dan saya yakin, di akhirat nanti, saya akan dipanggil dengan nama asli
saya, bukan dengan nama pena.
Namun, inilah pilihan dan konsep, hingga pada akhirnya
saya memutuskan untuk konsisten menggunakan nama pena sebagai identitas dalam
menulis. Hal itu lumrah, tidak hanya dalam dunia tulis menulis, di panggung
hiburan pun, artis-artis dan penyanyi terkadang tidak menggunakan nama asli,
mereka pada umumnya menggunakan nama lain dengan tujuan yang berbeda-beda,
misalnya agar lebih mudah diingat, agar lebih menjual, atau misalnya memang
agar sesuai dengan konsep.
Seperti halnya mencari nama anak, saya awalnya bingung
menamai diri saya sendiri apa. Saya sempat ingin menuliskan ‘Hamba Allah’ saja,
karena memang benar. Saya pun bahkan sempat menamakan diri saya ‘Nemo’ yang dalam
bahasa latin artinya ‘Tidak ada seorang pun’, Nobody. Tapi, pada akhirnya, saya
pikir sepertinya lucu juga kalau nama pena kita itu cerminan dari nama asli
kita.
Dan inilah asal usul nama :: Wicha Spicca Breeze
Apa yang pertama kali muncul dalam pikiran anda ketika
mendengar nama itu?
“Hahh? Itu nama orang Indonesia?”
“Itu tumbuhan kaliii...!!”
“Ohh, itu pasti nama latin hewan melata.”
“Hmm… Kayaknya itu salah satu jenis badai deh, atau
bencana alam apaa gitu.”
“Enggak lagi, itu nama spesies kelelawar.”
“Bukan kelelawar, tapi vampire.”
“Whatt??? Nama jenis apa itu? Terdengar alay.”
“Wow, itu nama tho? Dikira mantra penyihir.”
Dan lain sebagainya.
***
Nahh, di sini saya akan menjelaskan semua, dan
bertanggungjawab atas semua tuduhan berantai yang tidak akan terjelaskan jika
saya belum menjelaskan apa-apa. Nama asli saya Winda Dwi Gustiana. Kalau kata
orang tua saya, Wind di sini artinya angin, atau bisa dipotong pada suku kata
pertama Win, yang artinya ‘menang’. Sedangkan Dwi artinya dua (karena saya anak
ke-2), dan Gustiana adalah nama belakang yang menunjukan bulan lahir, yaitu
Bulan Agustus. Di bagian inilah orang sering salah menyebut, mengeja, menulis
nama saya… Ada yang menulis Agustina, Gustiani, hingga Gustiranda pun pernah!
-____-
Tapi yang jelas, arti dari keseluruhan nama saya itu
adalah ‘kemenangan ke-2 di bulan Agustus’, atau bisa pula diartikan angin bulan
Agustus. Karena di bulan Agustus 1990, ibu saya melahirkan anak ke-2 yang
menurut beliau itu ialah suatu kemenangan, setelah berjuang selama 9 bulan
menjaga kandungan, kebahagiaan itu seperti angin segar yang datang di akhir
bulan Agustus.
***
***
Lalu, mengapa bisa jadi “Wicha Spicca Breeze”???
Wicha itu nama panggilan saya sejak SMP. Jujur, waktu
SMP saya itu narsisnya luar biasa, dalam hal ucapan maupun perbuatan. Saya
awalnya sering menulis kata “Wicha’ jika disuruh isi binder teman (yang saat
itu lagi musim), saya sering iseng menyingkat “Winda Chantiq” dengan sebutan
Wicha. *silakan kalau mau muntah—saya sediakan ember dan minyak angin*.
Jangankan Wicha, saya dulu sering menyebut diri saya juga sebagai kembarannya
Siti Nurhaliza, yaitu Siti Nurhawinda. Sungguh 4L4Y (tapi dulu waktu SMP belum
ada istilah 4L4y, jadi saya masih santai-santai saja).
Tentunya itu hanya untuk lelucon, lucu-lucuan belaka,
yahh,,, namanya anak SMP. Akan tetapi, entah mengapa, temen-temen di SMP pada
akhirnya ikut-ikutan memanggil saya dengan sebutan “Wicha”. Dimulai dari teman
dekat, yang udah tau busuk-busuknya saya dan sudah memaklumi atas tindak
kenarsisan yang saya perbuat, dan sampai ke orang terjauh di kelas terjauh pun
akhirnya mengenal saya pertama kali dengan nama ‘Wicha’. Tanpa memperkenalkan
diri, bahkan orang taunya saya itu namanya ‘Wicha’.
Pernah saat ikut organisasi, kakak kelas ketua
departemen saya bertanya pada teman sekelas saya, “Eh, kamu, kenal yang namanya
Winda gak?”. Lalu teman sekelas saya mengerutkan kening. “Enggak, kak…” dengan
tanpa merasa berdosa, lalu berlalu pergi. Memang waktu itu awal-awal masuk
tahun ajaran baru, jadi mungkin dia blm tau nama saya. Tapi, parahnya, dia itu pada
akhirnya menjadi teman sebangku sayaa… Dan dia taunya nama saya pertama kali
itu Wicha bukan Winda. Jadi jelas aja saat si kakak kelas nanya, yaa dia nggak
tau…
Ada lagi yang pernah bertanya…. “Eh, Winda dan Wicha
itu kok mirip ya?”
-____-
Saya jadi merasa iba pada diri saya sendiri. T____T
Itulah sekilas tentang nama ‘Wicha’. Hingga SMA sampai
sekarang pun masih banyak yang memanggil dengan nama itu, padahal saya sudah
tidak memperkenalkan diri saya sebagai ‘Wicha’ lagi jika bertemu orang baru.
Bahkan sekarang panggilan saya jauh lebih
beranekaragam… Wicha, Winceu, Wincul, Minchu… Nyaris tidak ada yang memanggil
nama saya dengan nama asli saya.
Mengenaskan! :’(
***
Lanjut pada ‘Spicca’. Nah, sebenarnya ini ada
kesalahan teknis. Di facebook, saya bermaksud menulis ‘Spica’, tapi karena
terlalu bernapsu memencat tombol, saya tak sadar jika c’nya ada tertulis dua.
Dan saat ingin memperbaikinya, itu nama sudah tidak bisa diganggu gugat lagi,
karena saya sering ganti-ganti nama fb.
Akhirnya, inilah nama terakhir saya setelah sebelumnya
saya memakai nama asli, lalu ganti menjadi “Wicha Selalu Gembira”, lalu ganti
lagi jadi “Wicha Siti Nurhawinda”, pernah juga menggunakan nama “Tante Wicha
Kegirangan”.
Dan saat saya menggunakan nama ‘Tante Wicha
Kegirangan’, banyak banget Alay yang nge-add!
Sumpahh, dan itu saya sangat kapok sekali. Diketawain
juga sama temen-temen, aaarrrgh… pokoknya, hal itu tak boleh lagi terjadi dalam
hidup saya dan anak cucu saya!
Sudah cukup dampak kealayan zaman dahulu tak boleh
terulang lagi.
***
Balik lagi ke ‘Spica’.
Apa itu Spica?
Seperti yang telah dijelaskan oleh bang wikky di atas,
Spica itu merupakan bintang paling terang dalam rasi Virgo (zodiak saya Virgo)
*Tapi saya gak percaya zodiak sih* Cuma suka aja dengan konstelasi Virgo yang
katanya indah bgt…
Spica sebenarnya adalah bintang ganda, bintang
berukuran sepuluh kali besar matahari ini merupakan dua bintang yang saling mengorbit
dalam periode sekitar empat hari. Oleh sebab itu, bintang yang letaknya 260
tahun cahaya dari bumi ini bersinar sangat terang, memancarkan spectrum biru dengan magnitudo +0.9.
Spica juga
merupakan bintang bersinar paling terang dalam rasi Virgo, di langit
selatan.
Nama Spica
berasal dari bahasa latin dengan arti 'pucuk gandum' (Ear of Corn).
Nama lain Spica adalah Alpha Virginis.
***
***
Hubungannya
dengan kehidupan saya, Spica itu berada dalam lingkar virgo, bintang paling
terang di rasi virgo, dan saya berzodiak virgo. Agak gimanaa gitu ya kalau
mengambil nama dari Zodiak. Tapi, ternyata banyak juga yang menggunakan ide
nama dari Zodiak, nama asli kakak saya berasal dari Zodiak Aries. Namanya
Riesa, kata orang tua saya nama itu berasal dari zodiak Aries, Zodiak kakak
saya. *Jadi sebagai adik, saya cukup terinspirasi mengambil nama dari
istilah-istilah astro.
Selain
itu, Spica itu berwarna biru, dulu saya maniak biru banget, terutama biru
donker. Ayah saya pintar membaca aura, dan katanya, aura saya biru. Entahlah
artinya apa, tapi menurut saya biru itu berkaitan dengan hal-hal yang
menenangkan, dan memang saya suka hal-hal yang menenangkan. *Terlepas dari saya
sekarang—yang lebih menyukai warna gelap, deep purple, merah, dan hitam, warna biru
tetap selalu memiliki tempat yang spesial di hati saya.
Bintang Spica
Nama
lain Spica ialah Alpha Virginis. Spica sering disebut sebagai bintang perawan. Saya
tidak tau apakah setelah menikah nanti saya masih boleh menggunakan nama ‘Spica’
atau tidak?! -____-
***
Dan
tentang Breeze, menurut kamus,
Breeze = the winds that flow over mountains down into lower elevations.
Namun, ada perluasan makna jika diserap dalam bahasa Indonesia, Breeze itu bukan hanya angin yang
berhembus di pegunungan saja, tapi setiap angin yang berhembus sejuk
sepoi-sepoi, di daerah manapun itu bisa disebut Breeze. Sering kita mendengar Summer
Breeze. Bisa dibayangkan, jika suasana sedang panas-panasnya, tiba-tiba
angin sepoi-sepoi lewat,,,, sejuuuk!
Angin sepoi-sepoi itu bisa membuat kita merasa cantik lho… hoho…
berdasarkan pengamatan dan pengalaman. Kalau di video klip2 biasanya model
wanita atau prianya tertiup angin sepoi-sepoi, sehingga rambutnya berkibar, dan
itu membuat efek indah bagi yang melihatnya.
Nah begitu pula dengan yang merasakannya. Jangan jauh-jauh, saya kalau
lagi ngambilin jemuran di loteng pada sore hari, lalu ada angin sejuk… ituu langsungbener-bener jadi merasa mirip Kate Winslet!
Sayangnya, itu hanya ‘merasa’ doang. Soalnya di loteng tidak
dipasang cermin. Jadi saya bebas merasakan perasaan apapun. Terserah saya mau
merasa mirip siapapun. Tak akan ada yang bisa protes, termasuk diri saya
sendiri. *karena tak ada cermin*.
Intinya, Breeze saya ambil
dari nama saya ‘Wind’. Dan memang saya ingin bisa menjadi seperti Breeze, yang tidak berhembus terlalu
kencang, tapi bisa membuat orang merasakan kehadirannya.
It seems like the breeze,
U can’t see it…
But u can feel…