Rabu, 10 Oktober 2012

HADIAH TERINDAH

Sumber Gambar : Humanity Pages
Bayang-bayang rindu mengusik, bersama angin yang berhembus menemani beratnya langkah kakiku memijak tanah lembab. Jalan setapak sunyi memanjang ditemani berkas cahaya yang semakin jauh semakin menghilang. Karena kini, awan kelabu menggantikan rasa rindu menjadi pilu yang menunggu bersama seribu ragu.
Aku hanyalah sesosok manusia tak bertuan, tak bertujuan. Sendiri, hanya berkawan dengan langit yang seolah mengutukku menjadi pecandu kegelapan, Tenggelam di palung terjal tak berdasar, menyesali segalanya yang terjadi di hadapanku.
Saat ini, musim dingin bulan Februari ke-16 yang kulalui bersama hidupku. Namun, dari banyaknya jumlah umurku. Aku baru merasakan empat kali hari ulang tahun. Aku terlahir di tanggal langka. Dan mungkin, aku pun akan berakhir di tanggal langka pula. 29 Februari.
Tepat hari ini, di hari ulang tahunku yang ke-16. Aku tak menerima hadiah apapun dari orang-orang tersayang. Ayahku meninggal bulan lalu, sering aku berfikir untuk menyusulnya, melompati benteng takdir yang kokoh. Atau ketika kuingat pacarku selingkuh dengan sahabat sejatiku, sahabat sejatiku yang kini meninggalkanku begitu saja, setelah ia membawaku ke dunianya yang kelam. Ia terjerat narkoba, karena itu aku percaya sebuah pepatah yang menyatakan bahwa ’teman adalah cerminan diri kita’. Kini faktanya, aku pun terlibat dalam dunianya.
Kabisat ke-4 ini, mungkin akan menjadi kabisat terakhir dalam hidupku. Aku tak tahan lagi menghadapi semua ini. Aku berkembang jauh dari ibuku. Aku hanya sesosok benda mati yang terkurung dalam asrama sekolah yang menyedihkan, perasaanku telah termutilasi, dan semua luka tampak nyata di hadapanku.
Di jalan setapak yang kupijak kini, hanya ada aku dan sebuah pisau besar yang sedang kugenggam. Kutahan mataku agar tak berkedip, tak ingin lagi merasakan air mata kehilangan dan kerinduan tumpah dari kelopak mataku. Aku jenuh merasa kehilangan, aku jenuh dengan hidupku.
Tanpa berpikir panjang, kuletakan pisau tajam di pergelangan tanganku, akan segera kugores nadi ini, menghentikan semua kegilaan dunia yang menyerangku bertubi-tubi!
Namun, seketika, kurasakan getaran telepon genggam di saku celana jeans ku. Entah kekuatan apa yang memaksaku melihat layar telepon genggam itu.

My Lovely Mom is calling

”Hello... Honey, Happy Birthday, My Dear. I Miss you so… I Love You, with all my heart. Happy Birthday, Carla…”
Suara Mama mengalun tak henti di earpiece, tak menyisakan aku kesempatan untuk menjawab apapun, tapi sekaligus, memberi jeda untuk logikaku membela diri melawan perasaan.
Kupejamkan mata sekuat tenaga, terdiam, merasakan air mata dan tangisan tanpa suara. Hanya semilir angin kedamaian merasuk dalam jiwa. Seketika, kujatuhkan pisau yang kugenggam. Kubulatkan tekad untuk mengakhiri semua kebodohan ini dan berterima kasih atas hadiah terindah yang telah Tuhan berikan lewat ibuku.

Berupa, kesempatan hidup sekali lagi...

* * *

Seperti lilin yang bersinar saat gelap
Selalu ada harapan di tengah keputus asaan

Dan ketika kenyataan berkata lebih pahit dari takdir,
hanya satu yang dapat membuat kita bangkit kembali, HARAPAN

_Flash Story, By : Wicha Spicca Breeze_

1 komentar:

Ada tanggapan???