Sabtu, 26 Maret 2011

MY ANTHOLOGY BOOK

Gemercik gerimis menyenandungkan resonansi memori yang lambat dengan arahan sang waktu, bagaikan sebuah difraksi yang menyebar dari suatu titik cahaya, suara hujan memanggil kembali kenangan yang telah kukubur dalam-dalam di dasar hati sanubari. Sebuah pintu rahasia yang telah kututup rapat. Kukunci dengan sekuat hati, lalu kemudian kulemparkan kunci itu ke dasar samudera, agar tak ada yang menemukannya, termasuk keinginanku sendiri.

Namun, kini, irama deras hujan, yang lambat laun mengarah pada gerimis syahdu tanpa cela, memanggil sekawanan impian, harapan, serta mendatangkan rasa kesepian yang mengawalinya. Untuk selanjutnya, aku hanya bisa memandang ke luar jendela, mendengarkan melodi kerinduan yang ditimbulkan dari suara hujan, yang tak bisa dijelaskan secara ilmiah. Hanya bisa dirasakan dengan hati yang sedang dilanda rindu.

Aku teringat tentang seseorang yang sempat singgah di hatiku, namun kini, tak bisa lagi kutemukan kehadirannya dalam duniaku. Awalnya, aku tak tahu, perasaan apa yang sedang kurasakan itu, kenapa perasaan itu ada? Perasaan itu begitu aneh dan tak wajar. Aku dapat merasakannya, tapi aku tak tahu perasaan itu dinamakan apa. Mungkin aku tahu, tapi, tak tega menyebutkannya, karena terlalu nista untuk disebutkan.

Perasaan itu terlalu mengerikan, sangaaat mengerikan! Lebih mengerikan daripada hal apapun. Perhatiannya, rasa pedulinya serta tawa dan canda yang ia tawarkan, mewarnai hidupku. Entah sejak kapan aku selalu mengharapkan kehadirannya, di berbagai acara, di setiap hariku. Jika dia tidak ada, aku merasa dunia ini penuh dengan kehampaan tanpa jeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada tanggapan???