Sabtu, 07 Agustus 2010

Heart Reflections


Rembulan malam menyelusup malu memberikan kehangatan cinta yang tak tertandingkan, karena sang bulan memberikan separuh sinarnya untuk menerangi bumi dikala sang matahari tak lagi bersamanya. Walaupun mereka tak pernah setia untuk terus menemani sepanjang hari, tugas mereka bergilir untuk membagi sinarnya, redupnya hati di malam yang dingin ini tak lagi terasa ketika kunyalakan cahaya lilin tepat saat kegelapan menyerang.

Lilin penantian tanpa akhir, berkelip nyaris padam namun ia tetap mempertahankan nyalanya untuk mencoba menjadi seperti rembulan di luar sana, yang memberikan cahaya indah tanpa syarat. Melingkar bulat penuh tergambar harapan yang tinggi dari cerita seorang nenek-nenek menjahit ditemani kucingnya yang malang, terkurung bersama kesepian di bulan, itu bukanlah kisah nyata yang perlu ditafsirkan oleh teori apapun, itu hanyalah gambaran kebersamaan yang terukir lewat kasih sayang tanpa syarat. Di mana kisah persahabatan nenek dan kucingnya bisa terlihat jelas saat kita memandang bulan purnama penuh yang benderang.


Wajah cerah penuh senyum itu masih teringat, rasa syukur dan haru yang mendalam ketika seorang anak laki-laki delapan tahun merenung sendiri di taman sambil menggenggam medali, menggambarkan prestasi yang sempurna, tak ada yang ia tahu kecuali perasaan cinta pada ayahnya yang selalu ada di dalam hatinya. Kemudian ia menemukan piano usang dan memainkanya, irama musik klasik yang sering ayahnya ajarkan dulu ia praktikan tepat di tengah suasana malam penuh kedamaian itu.


Entah mengapa, malam bulan purnama itu begitu sunyi. Bagi anak seusianya, tidak layak bermain sendiri. Harmoni keteraturan lagu yang menyiratkan kerapuhan, seorang anak yang berprestasi namun terabaikan... Tanpa perasaan apapun ia terus memainkan pianonya, gelap yang semakin pekat tak membuatnya takut bermain di tengah sunyi. Hanya ditemani cahaya lilin dan sebatang korek api yang habis terpakai, ia tak tahu, cahaya mana lagi yang akan menemaninya bermain piano saat lilin itu habis, akankah rembulan itu akan terus memantulkan cahaya, menemaninya, atau akan menghilang seiring dengan habisnya lilin itu? Seorang pria berjas hitam datang mendekati anak kecil mungil itu. Pria tegap, gagah dan berwibawa tersenyum manis memandangi anak tersebut.

Anak itu mulai bernyanyi...

I love you, Daddy, you are my hero, I love you Daddy oh Daddy, you are my super star….

Bintang jauh beratus-ratus kilometer dari bumi terlihat benderang, taburannya membentuk rasi bintang yang sangat indah berkilauan. Anak pemain piano itu terus bernyanyi, memainkan musiknya dengan penuh penghayatan, tanpa air mata, tanpa tangisan manja, kenangan-kenangan pun berseliweran di antara mereka. Namun tiba-tiba nyala lilin tersebut padam, gelap! Sangat Gelap! Terasa menyesakan, tak ada sinar sedikit pun, walaupun bulan di atas sana masih tampak sinarnya, bintang-bintang menghilang satu persatu… Anak kecil itu kecewa dan hanya bisa mendengar suaranya sendiri dalam kegelapan malam yang suaranya tak terdengar oleh siapapun…

I love you, Daddy…

Anak itu tertidur di tengah mimpinya yang terputus. Yang mungkin hanya menjadi harapan untuk selamanya…

sumber gambar : rania83.blogspot.com

1 komentar:

  1. baca dari yg di atas c nyium aroma terharu bila membacanya, about family tepatnya kenangan seorang ayah jd pengen baca, dan tertarik hehe

    BalasHapus

Ada tanggapan???