Am I too lost to be saved?
Am I too lost?
My God! My Tourniquet,
Return to me salvation.
My God! My Tourniquet,
Return to me salvation.
_Torniquet_eV_
Sesungguhnya,
aku tak bisa lagi memahami arti dari hidupku sendiri. Seolah segalanya telah
berakhir. Kalimat-kalimat keputusasaan berbisik dalam hati, dan aku hanya bisa
terdiam. Hanya terdiam menyaksikan segalanya berlalu, bersama waktu yang terus bergulir,
dan aku tak melakukan apa-apa di sampingnya. Seolah memiliki dunia sendiri, di
mana tak ada kata harapan di sana. Dunia yang entah harus kusebut apa, dunia di
batas fana, antara khayalan dan dusta, antara misteri dan teka-teki. Yang
kutahu kini hanyalah, ketika kuhembuskan nafas, ada sesuatu yang menghalangi
aliran oksigen bebas, mengganjal hingga ke dalam hati, menyumbat segalanya
hingga terasa amat sangat menyesakan.
Bukan
kubendung tangis ini, bukan ingin kutahan air mata di dalam. Namun entah mengapa
yang bisa kulakukan saat ini ialah tersenyum getir. Bahkan aku tak memiliki
kecepatan tinggi dalam mengungkapkan berbagaimacam arti. Hanya bisa terdiam dan
berbicara dalam hati. Mungkin aku sudah terlupakan oleh mereka, mungkin aku
sudah terlampau jauh melupakan diri sendiri.
Hembusan
nafas yang tertahan. Apa yang bisa kulakukan selain menangis di dalam? Apa yang
bisa kulakukan selain menyembunyikan tangisanku? Tak ingin mereka mengerti
lebih jauh lagi tentang diri ini. Karena aku terlalu tahu diri. Tak pantas
memiliki pengertian, tak layak menerima sungkawa ataupun santunan yang
melenakan. Mungkin aku harus terus berpura-pura, menikmati apa yang kukenakan,
menikmati segala hal yang kusandang. Menerima berbagaimacam pandangan orang. Dan
menerima bahwa hadirku seperti hantu, yang ada, namun tiada…
Ketika aku
merasa tak ada lagi yang bisa kulakukan, ketika kuyakini bahwa keberadaanku
sungguh menyulitkan, sungguh menakutkan, sungguh sangat tidak berdaya dan
menghinakan. Ketika aku merasa hadirku selalu mendatangkan celaan, hujatan yang
tak terkira jumlahnya. Hadirku hanya untuk membandingkan dengan mereka-mereka
yang jauh lebih baik. Ketika aku merasa tak berguna, bagi orang-orang
tersayang, begitu besar inginku untuk membahagiakan mereka, begitu kuat inginku
untuk mencapai rasa bahagia mereka. Namun, kerapuhan yang kumiliki,
keterbatasan yang kumiliki, dan kelemahan yang kukenakan, membatasi segalanya.
Merubah segala motivasi menjadi candu yang membelenggu. Lalu kembali
menyalahkan diri, semakin membenci, semakin menderita, dan semakin rapuh.
Setiap
malam aku berharap. Setiap pagi aku terbangun dengan perasaan yang sesungguhnya
malas kulalui. Namun, begitu banyak hal yang Tuhan tunjukan agar aku mampu
menutupi segala kerapuhan dalam senyuman dan canda tawa. Mereka tak pernah
tahu, ada yang salah denganku, mungkin, mereka tak perlu tahu, ada hal yang
selalu menghantui pikiranku, penyesalan yang hanya bisa termaafkan oleh air
mata taubat. Aku tak mengerti tentang diriku, nyaris tak kukenali. Aku tak bisa
mengontrol apapun. Aku hanya mampu pasrah dan menyesal setelahnya.
Sumber Gambar : eVthreads.com