Begitu banyak persepsi masyarakat tentang dunia maya. Bagiku, dunia maya adalah salah satu hasil khayalan manusia. Khayalan yang pada awalnya mustahil, namun, apa yang terjadi saat ini adalah jawaban dari semua anggapan ketidakmungkinan. Ternyata, Tuhan menciptakan banyak dimensi dalam jagad raya ini. Ruang dan waktu yang bisa jelajahi oleh manusia dalam hitungan detik… Entah harus bagaimana kuawali kalimat-kalimat kekaguman atas khayalan manusia yang menjadi nyata ini. Otak manusia bekerja dengan sangat brilliant. Lalu bagaimana dengan Tuhan? Sang Pencipta Otak Manusia.
Jawabannya cukup diyakini dalam hati, diucapkan secara lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Keimanan yang membuat kita mengerti, bagaimana seluruh alam dari berbagai dimensi bekerja, hingga membentuk sebuah sistem mahadahsyat yang disebut ‘kehidupan’. Simple, namun mengandung banyak unsur yang terjabar dalam banyak dimensi berbeda.
Banyak hal yang ingin kusampaikan hingga tak tahu harus menyampaikan yang mana terlebih dahulu, karena terlalu banyak pengalaman berharga yang kudapatkan dari dunia virtual ini. Mungkin, aku ingin bercerita pengalaman tidak menyenangkan terlebih dahulu, karena kewaspadaan harus selalu ada, dan kita tidak akan pernah bisa mencoba pengalaman semua orang karena keterbatasan ruang, waktu, dan usia. Oleh karena itu, aku ingin berbagi pengalaman dan beberapa tips yang insya Allah dapat membantu pembaca menghindari hal-hal buruk yang pernah terjadi padaku. Hal-hal yang sangat jarang disadari orang, namun sangat penting diperhatikan
Inilah pengalamanku beberapa waktu yang lalu… Aku adalah salah satu pengidap Social Networking Addiction, karena berdasarkan sebuah situs resmi tentang situs jejaring sosial, terdapat beberapa kriteria orang-orang yang termasuk ‘Social Networking Addiction’. Dan aku merasakan semua kriteria tersebut ada dalam diriku. Bagaimana tidak, setiap bangun tidur, yang aku cari adalah handphone dan mengetik sambil masih mengantuk, bisa dengan menutup mata, karena sudah hafal di mana letak tuts-tuts yang harus kutekan. Di angkutan umum, bahkan saat kuliah, terkadang aku membuka situs jejaring sosial (yang ini, mutlak jangan dicontoh). Hingga aku melalaikan tugas-tugas kuliah, sering menunda-nunda sholat, hingga lupa belajar saat kuis. Jika sadar akan hal itu, rasanya aku ingin kembali pada satu hari di mana aku belum mengenal situs jejaring sosial tersebut. Aku ingin memanggil jiwaku yang dulu kembali. Seorang anak yang rajin dan taat. Kini menjelma menjadi seseorang yang sangat addict terhadap sesuatu yang semu.
Aku tidak akan mengatakan bahwa aku tak berusaha menghentikan itu semua. Kecanduan memang tak ada obatnya. Tapi pasti bisa dikurangi. Banyak cara agar aku tak lagi membuka akunku di salah satu situs jejaring sosial. Seperti menulis status menggelikan, “Selamat tinggal teman-teman, maaf ya jika aku punya salah… ini adalah status terakhirku, so, jangan rindukan aku.” Tapi, keesokan harinya aku gatal membukanya kembali, dan saat kubuka, banyak komen yang mengerubungi status ‘sayonara’ku itu. Aku tak sanggup menahan untuk tak membalas komen-komen mereka, dan aku kembali menulis banyak status dalam sehari.
Usahaku kedua ialah menutup akun tersebut, namun, beberapa hari kemudian yang terasa hampa tanpa kehadirannya… kuaktifkan kembali akun tersebut, dan hari-hariku berjalan seperti biasa. Seperti biasa aku selalu hidup di dunia maya. Dan itu sedikit menyeramkan. Mengapa kukatakan sedikit? Karena, masih ada hal yang lebih menyeramkan lagi setelah itu.
Suatu hari, aku meng-upload foto-foto pribadi ke akun situs jejaring sosialku. Itu pertama kalinya aku meng-upload foto pribadi sebanyak itu. Meskipun addict, namun aku tetap menjunjung privacy. Aku tak pernah memakai profil picture asli fotoku. Karena menurutku itu privacy. Terserah orang beranggapan tentang prinsipku itu. Yang penting, sekali lagi, meskipun aku addict, tapi aku tetap memegang teguh prinsip. Hingga suatu hari… ada seseorang… sebut saja guruku… yang menyuruhku menggunakan picture asli, (selama ini aku memang selalu menggunakan picture kartun-kartun mengerikan). Seorang guru tersebut menulis status bahwa dia merasa aneh dengan orang-orang yang menggunakan profil picture palsu. Yah, ok! Aku mengerti teori beliau, tapi, itulah prinsipku, bukannya semua orang bebas melakukan sesuatu sesuai dengan hati nuraninya? Itu hak masing-masing individu, terserah orang bilang lebay atau alay… Namun, pada akhirnya, kata-kata sang guru menghantuiku, hingga aku memasang foto asli sebagai profil picture.
Keesokan harinya, aku makin terlarut dalam dunia maya, lebih spesifiknya dunia facebook… Mungkin, tak usah kudeskripsikan apa itu facebook. Aku mengenal facebook ketika awal semester tiga. Dan di sanalah aku mulai merasa sangat autis seautis-autisnya manusia. Entah apa yang membuatku betah menatap halaman biru putih yang bisa menghipnotisku, memandang lama, menanti tanda-tanda notif merah yang membuat hati berbunga-bunga. Dendam, cinta, benci, bersatu padu. Situs jejaring sosial yang membuatku lupa, bahkan ‘pernah’ hingga lupa sholat. Astagfirullah… inilah, hal yang sangat membuatku sangat menyesal. Saat itu, aku benar-benar lupa sholat ashar karena terlalu asyik chatting. Di sore hari yang sangat mencekam itu. Rasanya janggal, jika password akun facebook-mu adalah ‘muslimahsejati’ namun kamu lupa sholat karena sesuatu hal yang sungguh sia-sia. Yah, itulah password akun facebook-ku saat itu. Namun, seketika, ada seorang tak dikenal menyapaku lewat chatting, makhluk jenis itu tak pernah kutemui sewaktu profil picture-ku masih kartun-kartun menyeramkan. Ia meminta nomor handphone-ku, tapi aku tak menjawabnya. Kuhiraukan saja, namun tiba-tiba… saat ku-klik icon home…
“INVALID. YOUR PASSWORD HAS BEEN CHANGED AT 18.00. PLEASE ENTER THE NEW PASSWORD.”
Perasaanku mulai tak nyaman, kumasukan password-ku lagi, ‘muslimahsejati’. Namun yang terlihat adalah tulisan yang sama. INVALID, begitu kucoba seterusnya, hasilnya, sama. Nihil. Segala bayangan dan prasangka buruk mulai berdatangan. Saat itu aku sadar, mungkin dengan ini, Allah memperingatiku. Aku belum pantas menjadi ‘muslimah yang sejati’. Aku melalaikan banyak hal karena situs jejaring sosial ini.
Tak kehabisan ide, aku langsung log in dengan akun facebook-ku yang lain. Dan secara mengejutkan, akun facebook-ku yang tak bisa kuakses lagi itu terlihat di jendela chat online. Aku menyapanya… berpura-pura menjadi temanku, namun ia tak menjawab. Aku melihat profilku. Sangat mengerikan. Di situ, aku mulai merasa aneh, seperti terlepas dari jasad, sesosok ruh yang melihat dirinya sendiri. Bahkan seolah dia berharap mati daripada dirasuki roh jahat.
Terror itu, datang tiba-tiba, ketika memang saat itu aku sedang berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Kufur, futur, labil, kacau, hancur, dan lalai. Aku terlalu terlena dan terhanyut dalam kebahagiaan sesaat, kebahagiaan yang semu total, bahagia, namun di sisi lain sangat tak abadi. Entah kata apa lagi yang harus kudeskripsikan mengenai kebahagiaan semu itu. Aku menyerah jika harus menggambarkan semua itu.
Saat itu, dari akun facebook-ku yang lain, kulihat sang Cracker mengendalikan semuannya. Ia mengganti profile picture-ku dengan foto asliku yang lain, dan mengajak teman-temanku chat tanpa moral. Lebih dari itu, dia mengancam. Mengancam dengan ancaman yang samasekali tidak bermoral, seketika ia tahu segalanya tentangku, termasuk nomor handphone-ku. Ia mengancam akan membuat status-status tidak senonoh jika aku tak mengikuti keinginannya. Dan aku tak mau menjelaskan apa ‘keinginannya’ itu. Karena terlalu menjijikan! Aku heran, mengapa ada orang pintar selicik, sepicik itu.
Keesokan harinya, aku share dengan seorang teman yang mengalami nasib sama sepertiku, dua orang teman yang telah ter-hack dengan orang yang sama, menerror dengan terror dan cara yang sama, dengan motif yang sama, dan dengan nomor handphone yang sama. Dan kami, para korban, berada di departemen yang sama.
Masih galau setengah mati dengan kejadian terror-terror itu. Keesokan harinya, aku membuat akun baru. Mem-protect segala hal yang bisa kukendalikan, kubuat akun baru, dan mulai dari awal, mulai membuat jaringan baru, membuat rumah baru. Ketika kusinggahi profile facebook lamaku, aku bisa merasakan sesuatu yang mistis. Biasanya, akulah yang mengendalikan, biasanya aku senang melihat profile-ku. Tapi saat itu, saat aku sudah tak bisa mengendalikannya lagi, nama akun itu seolah menjadi jahat, benar-benar jahat. Bisa menyerang kapanpun.
Tengah malam, kulihat notif teman-temanku yang telah ku-add dari akun baru, mereka mengkonfirm permintaan pertemananku. Kulihat beberapa nyawa akun hidup di jendela chat online. Agak sedih, biasanya, ketika kulihat jendela chat, begitu banyak orang yang sedang online... karena teman di facebook lamaku berjumlah ribuan. Tapi kini, hanya satu dua yang terlihat. Karena memang itu adalah akun facebook baru bagiku.
Tiga orang yang sedang online, dua orang pula yang kuajak chat. Mereka semua teman-temanku. Sebut saja nama temanku itu Olieve dan Raya. Kami satu departemen. Tiba-tiba Olieve menyapa, dengan sapaannya yang khas. Itu memang sapaan Olieve padaku, aku sangat mengenalnya, seketika kami terlibat perbincangan singkat. Seperti biasa. Dan saat itu kusapa pula Raya, yang sedang online. Aku sempat curhat pada Raya, bagaimana perasaanku saat itu, kegalauan dan ketakutan yang masih menghantui karena Cracker tak bertanggungjawab itu, aku pun meminta Raya untuk me-remove-ku dari grup departemen, karena akun dengan namaku sebelumnya telah dikuasai oleh roh jahat.
Aku berkata padanya, bahwa inilah akun facebook baruku, namun, balasannya sungguh aneh, Raya mengaku tidak tahu mengenai grup kita, dia pun semakin aneh ketika ia mengaku namanya... 'sebut saja Budie! “Ini bukan Raya, tapi Budie” aku langsung curiga, sepertinya Raya kena hack, apalagi ketika kusinggahi wall-nya, keadaannya sama seperti saat aku di-hack. Lalu kusapa kembali Olieve. Di chat box sebelah chat Raya. Aku menyuruh Olieve menyapa Raya, aku pun menjelaskan padanya mengapa aku curiga, aku mengatakan pada Olieve bahwa aku curiga facebook Raya kena hack.
TAPI.....
Apa yang dikatakan Olieve? Akun Olieve berkata, ’iya, memang facebook Raya ada di tangan saya, ini juga saya, Budie!’ seketika aku terdiam. Akun facebook Raya dan Olieve seperti hantu yang merayap di lantai bangsal tua di suatu lorong gelap. Menghantuiku.
”Kenapa? Kamu takut ya sama aku? Takut karena aku ada di mana-mana?” itu kata-kata yang keluar dari chat akun Olieve.
Dan Terror itu pun masih berlanjut keesokan harinya... Orang yang menerror kami adalah orang yang sama, dengan nomor handphone, ancaman, dan nama yang sama.
Aku tak putus asa, aku yakin pasti bisa mendapatkan akunku kembali, kuhubungi banyak teman-teman yang sekiranya dapat membantu. Terus kucoba segala cara untuk meng-hack kembali akun lamaku. Dan, akhirnya, setelah beberapa jam berkutat dengan ‘tutorial cara menghack facebook’, Alhamdulillah… aku bisa mendapatkan facebook-ku kembali. Meski keesokan harinya sempat ada perebutan kekuasaan. Maksudnya, Sang Hacker menghack facebook-ku lagi, namun aku berhasil menghack akunku lagi. Pertarungan tersebut cukup menegangkan, hingga akhirnya aku menulis surat padanya di note facebook-ku yang di-hack olehnya.
Dear Mr. hacker
I just write this letter for you. I wanna share something and told u, that I’m not afraid of your various threats. If u brave to hack my facebook account again, u will get nothing from my content account. Coz, I’ve already deleted all of my real pictures. And I’ve given up everything to Allah SWT, to protect me from many threats and terror, like u did to me. So, if you wanna make unpolite share from my account, it isn’t bring no effect at all into my life. My life will go on. Coz, although you share a nasty-bad status on my account, no body will believe that it’s created by me. Coz many people have known me as a polite-kind girl. So, whatever, what will u do. I just don’t care!
Don’t waste your time to do a stupid-vain work. Our time is not too long in this world, isn’t it? Not only for u, but also for me, we must aware that the eternal place is a world after life, there will be a heaven and hell... our place is… ‘it depends on our faith n morals during life in this not eternal places. We won’t stay live forever, buddy! So, still we want to waste our short worthy time?
Setelah kutulis note itu, aku memasrahkan segalanya pada Allah, hanya sabar dan tawakal yang bisa kulakukan. Dan, hingga saat ini, sang Hacker tak pernah menggangguku lagi dengan ancaman-ancaman tak bermoralnya, ataupun menghack facebook-ku lagi. Namun, meski demikian, kewaspadaan harus tetap ada.
Sedikit tips dariku wahai teman, protect akun facebook-mu, cara yang paling mudah ialah dengan meng-hidden friendlist. Begitu banyak motif hacker facebook. Salah satunya seperti kasusku di atas. Dan ada pula kasus lain, kasus online shop gadungan. Mereka meng-hack akun facebook orang-orang yang memiliki banyak friendlist. Dengan demikian mereka mendapatkan banyak teman dalam waktu singkat, untuk mempromosikan barangnya. Mereka merubah akunmu sehingga menjadi akun sebuah online shop.
Di samping itu, tentunya banyak pula hal-hal membanggakan, membahagiaakan dari kehidupan dunia maya. Namun, aku yakin, telah banyak yang men-share tentang itu. So, aku ingin menceritakan dari sudut pandang yang lain, dan berbagi tips pada para pembaca.