Selasa, 06 September 2011

Antara Dua Dunia

Setelah menikmati paket liburan selama 40 hari di Desa Binakarya, Kecamatan Banyuresmi, Garut. Gw bisa sedikit menyimpulkan beberapa perbedaan dasar…. XDD

Hidup di Garut itu aman, damai, dan tentram… Sebenernya sama, di Bogor juga begono… Kota damai, amiiin. Yang bikin beda itu orang-orangnya… di Garut itu orang-orangnya ramah-ramah, sama orang yang baru liat di angkot aja bisa disenyumin, eitts, maksudnya senyum ramah, bukan senyum-kedip-jilat ala manusia genitt. Kalo nyasar gak segen-segen nanya, karena orang-orangnya juga terlihat welcome. Biasanya kalo di Bogor, ada orang yang nanya jalan pun gw curigaa, sehingga berbicara tanpa menatap mata…

Masih soal angkutan umum. Ternyata, sama-sama ngetem, angkot di garut menuju kabupaten ternyata lebih mahal. Kalau di Bogor jarak segitu hanya 2500 saja, di Garut bisa 4000.

Cuaca di Garut lebih dingin daripada di Bogor. Jauh lebih dingin di beberapa tempat tertentu. Oleh sebab itu, Alhamdulillah, selama di Garut gak pernah ngerasain yang namanya sembelit. Lancar selalu setiap hari. ^^ Padahal segituu jarang makan seratt coz susah cari jus di pedalaman. Kalau di Bogor, cuaca kadang dingin, tapi seringnya panas. Apalagi Darmaga… hehe, anginnya pun panas terik membakar. Garut tak pernah terlalu panas. Tempat ngademin hati daan pikiran. AC alami...

Garut kota cukup rame, tapi nggak serame dan semacet Bogota (Bogor Kota). Kalau kita ke Kota Garut, niscaya susah nyasar. Soalnya jalan itu kayak lingkaran saiton. Kalau kita berangkat dari arah sana, ehhh… ternyata nembus-nembusnya ke sini. Jaraknya deket-deket. Garut kota kayak kota yang dikelilingi beberapa kecamatan. Kalau Bogor kota jalannya memanjang… lebih luas, jarak dari sono ke sini kadang2 sangat jauh dan nggak nyambung. Gak kayak Garut yang ternyata jalannya nembus2… di Bogor juga meski luas tapi susah nyasar, coz jalannya gak terlalu bercabang.

Air di Garut dinginnya bikin merinding disco. Di Bogor kadang kalau siang air jadi anget.

Di Garut, banyak pengendara motor yang pake jaket kulit, tukang ojeg pun seperti itu… haha… kalau di Bogor jarang.

Di Garut kalau ngedengerin lagu-lagu galau nggak ngefek di hati. Karena nggak sesuai. Hehe… Mungkin karena gw terlalu betah, jadi sepertinya nggak pernah berniat untuk kabur dari keadaan. Tapi kalau di Bogor, dengerin lagu2 galau bener2 nyampe ke hati dan jadi sedih ujug2. Mungkin efek ‘perasaan bersyukur’ karena ternyata banyak orang-orang yang bisa membuat kita merasa harus bersyukur dan tak pantas bersedih.

Wanita-wanita Garut itu mungil-mungil, cantik-cantik, putih-putih. Wanita-wanita Bogor itu modis-modis tapi tetep menjunjung kesederhanaan.

Pria-pria di Garut kadang-kadang diam-diam menghanyutkan. Hehe… ‘dosen pernah bilang, kalau ke desa harus pake cincin yaa…’ hehe… daan ternyata benaar, kawan! (u know lah maksudnya supaya apa). Kalau pria-pria Bogor itu nggak diam-diam lagi.

Tas-tas, baju-baju, sepatuu di Garut mahal-mahal, mungkin kualitasnya bagus, tapi kurang memenuhi selera. Sedangkan di Bogor modelnya bagus2 dan murah2, tapi kualitasnya kurang.

Rendahnya minat mencopet di Garut… hehe, bayangin, kamar kita itu jendelanya rusak, bisa dibuka dari luar kapanpun anda mau. Di sana terletak HP, Laptop dll… kadang laptop diletakan begitu saja di kamar, sementara kita pergi ngaji, rumah nggak dikunci, Alhamdulillah gak ilang. Tp kita harus tetep waspada, jangan diikutin itu sih, gw Cuma salut aja sama masyarakat desa ‘tersebut’. Kalau di Bogor… wahh, nggak tau deh, hehe,,, insya Allah aman damai juga… Amiiin.

Dua-duanya kota yang gw cintai... ^^

Kalau boleh gw poligami, poligamii deh gw...

Kalau lagi di sono, kangen yang ini, kalo lagi di sini, kangen yang sono...

Garut-Bogor???

Hmmm... Milih mana yaa?

*Ke Zimbabwe aja dah ahh...

Today

Di sela-sela ngerjain tugas-tugas yang belum selesai, gw malah memberanikan diri untuk berpetualang dan mengabaikan tugas-tugas kuliah untuk sementara waktu. Coz hidup ini gak harus selalu mengenai ‘ngerjain tugas-tugas kuliah’. XD

Hari ini mengingatkan gw akan banyak hal… Hari yang bener-bener hari, hari peringatan buat gw. Buat semua orang yang mengaku sebagai insan Tuhan.

Andaikan kita bisa tertawa selamanya, andaikan d dunia ini tak pernah ada duka... Mungkin kita sudah terpental jauh ke jurang bahagia yg semu... Duka saat ini mbuat qta memahami bahwa akan ada Kebahagian Sejati yg kekal d akhirat nanti...

Mengutip status dari fb seseorang yang sangat amat nggak tau diri, nggak tau diuntung, gak tau terima kasih… Yang gak lain adalah gw sendiri.

Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah, habis melayat ayah seorang teman yang meninggal, gw jadi berfikir hal-hal yang sangat sulit untuk dijelaskan. Yaitu, tentang kematian. Entah kenapa, belakangan ini banyak mendengar kabar duka yang mengejutkan. Dari istri artis sampai ayahnya temen. Mendengar kisah-kisah duka mereka, gw jadi inget kejadian waktu gw umur 13 tahun. Ditinggal papa.

Gw suka mikir tentang perasaan mereka yang ditinggalkan, gw juga jadi mikir, gimana perasaan orang yang akan meninggaL, apakah mereka menyadari suatu tanda-tanda, atau ajal datang tiba-tiba tanpa tanda.

Atau ketika kita kebingungan karena mengapa dulu orang itu ada di sisi kita, namun kini sudah tidak bisa ada di sisi kita lagi. Kenapa hal itu bisa terjadi? Hilang begitu saja. Dan kenapa gw baru mengkhayati dan mempertanyakan itu semua sekarang2 ini?

Waktu praktikum Dasar-dasar Komunikasi beberapa semester yang lalu, sempat ada pertanyaan, “Pernahkah kamu berpikiran untuk bunuh diri?’ dan itu harus kita jawab dengan jujur. Dan gw jawab ‘pernah’.

Dulu, gw masih berpikiran bahwa ‘suicide mungkin menjadi salah satu cara untuk menghindari dan meninggalkan masaalah dunia.’ Dan setelah KKP, gw tau kenapa dulu gw pernah terlintas berfikir tentang suicide.

Saat KKP, gw mempelajari bahwa hidup kita terlalu berharga untuk disia-siakan, hidup kita terlalu berharga jika dijadikan seribu alasan untuk menyerah. Di tempat KKP, gw diperlihatkan sesuatu, bahwa hidup kita itu benar-benar berharga.

Saat pulang KKP, banyak perubahan yang gw rasakan. Terutama pikiran tentang suicide itu. Udah nggak sama sekali terfikirkan untuk melakukan hal aneh-aneh. Gw Cuma pengen hidup gw bermanfaat untuk orang lain. Ada beberapa orang memberi komentar kalau keburukan gw itu adalah ‘terlalu baik’.

Bahkan pada akhirnya gw sering menawarkan diri menjadi ‘sacrifice, demi kebahagiaan orang lain. Tapi menurut gw gak ada salahnya dengan itu, karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

Tp itu masih hanya sebatas penilaian orang, coba evaluasi diri kita sendiri, kita yang tau dalem2nya, buruk2nya, baik2nya kita. Setiap hari evaluasi tentang apa yang telah kita lakukan hari ini. Untuk bekal kita nanti… J

Dan untuk teman-temanku, saudara-saudaraku, dann akuu sendiri…

La Tahzan, yah… ^^

Rencana Allah selalu indah…