Minggu, 27 Februari 2011

TERROR!

Bismillah,

Udah lama gak posting. Bukannya aku mengabaikanmu wahai blog, begitu banyak peristiwa-peristiwa yang terlalu mengejutkan terjadi belakangan ini. Terlalu menakutkan untuk ditulis. Tapi, berhubung aku adalah aku, meskipun terkadang aku takut, aku ragu untuk berbicara, tapi, aku tidak pernah merasa takut ketika menulis.

Beberapa peristiwa aneh terjadi dalam kehidupanku, entah apa sekarang juga masih? Aku tak pernah tahu tentang apapun rencana Allah, tapi dari peristiwa-peristiwa yang terjadi, aku merasakan bahwa inilah buktinya, Allah masih mencintaiku. Hambanya yang terkadang, bahkan sering lalai mengingat-Nya. Hambanya yang terlalu sibuk dengan urusan dunia yang tiada habisnya. Hambanya yang sering mengkhianati, mengingkari janji-janji indah yang ia ucapkan.

Tapi ternyata, dengan banyak sentuhan cinta dariNya, mampu meluluhkan hatiku, kali ini terasa sangat kuat, meyakinkanku agar aku tidak terlalu jauh berpaling, agar aku… KEMBALI.

Terror itu, datang tiba-tiba, ketika memang saat itu aku sedang berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Kufur, futur, labil, kacau, hancur, dan lalai. Aku terlalu terlena dan terhanyut dalam kebahagiaan sesaat, kebahagiaan yang semu total, bahagia, namun di sisi lain sangat tak abadi. Entah kata apa lagi yang harus kudeskripsikan mengenai kebahagiaan semu itu. Aku menyerah jika harus menggambarkan semua itu.

Aku pun merasa hidup dalam dunia lain, dunia yang tidak kumiliki sebelumnya. Dunia yang nyaris tanpa tanda. Sebelum tidur, bangun tidur, atau di manapun aku berada, aku selalu berusaha masuk ke dalam dunia itu.

Itulah dunia Facebook. Mungkin, tak usah kudeskripsikan apa itu facebook. Aku mengenal facebook ketika awal semester 3. Dan di sanalah aku mulai merasa sangat autis seautis2nya manusia. Entah apa yang membuatku betah menatap halaman biru putih yang bisa menghipnotisku, memandang lama, menanti tanda2 notif merah yang membuat hati berbunga-bunga. Dendam, cinta, benci, memory-bersatupadu...

Halaman itu bagaikan rumahku, dan aku tak mau kehilangan rumahku.

Terror itu muncul dengan sangat aneh... Ketika ternyata, ada seseorang yang sangattt tak bertanggungjawab meng’hack facebookq... panas hati ini ketika mengetahui, aku tidak bisa lagi mengendalikan facebookq. Seperti ada yang hilang, semua menjadi serba aneh, aku sedang Online saat itu, dan ada seorang teman yang menyapa, dengan sapaan yang ’sangat aneh’. Tidak wajar. Dan setelah itu, aku kehilangan kendali atas facebookq.

Kucoba memakai akun facebookq yang lain, facebook yang kujadikan sebagai guard. Lalu, di situ, aku mulai merasa aneh, seperti terlepas dari jasad, sesosok ruh yang melihat dirinya sendiri. Bahkan seolah dia berharap mati daripada dirasuki roh jahat.

Saat itu, dari akun facebookq yang lain, kulihat sang Cracker mengendalikan semuannya. Ia mengganti Profile Picture’ku, dan mengajak teman-temanq chat tanpa moral.

Lebih dari itu, dia mengancam, mengancam dengan ancaman yang samasekali tidak bermoral, seketika ia tahu segalanya tentangku, termasuk nomor hpq. Aku heran, mengapa ada orang pintar selicik, sepicik itu. Seharusnya aku tidak harus heran. Karena kadang, aku pun licik, akupun picik. Dan banyak orang seperti itu. Kini aku sadar, di dunia ini. Tak selalu orang itu baik. Ada orang baik, dan ada orang jahat.

Keesokan harinya, aku share dengan seorang teman yang mengalami nasib sama sepertiku, dua orang teman yang telah terhack dengan orang yang sama, menerror dengan terror dan cara yang sama, dengan motif yang sama, dan dengan nomor hp yang sama. Dan kami, para korban, berada di departemen yang sama.

Masih galau setengah mati dengan kejadian terror2 itu. Keesokan harinya, aku membuat fb baru. Memprotect segala hal yang bisa kukendalikan, kubuat fb baru, dan mulai dari awal, mulai membuat jaringan baru, membuat rumah baru. Ketika kusinggahi profile fb lamaku, aku merasakan sesuatu yang mistis. Biasanya, akulah yg mengendalikan, biasanya aku senang melihat profileq. Tapi saat itu, saat aku sudah tak bisa mengendalikannya lagi, nama akun itu seolah menjadi jahat, benar-benar jahat. Bisa menyerang kapanpun.

Tengah malam, kulihat notif teman2ku yang telah kuadd dari fb baru, mereka mengkonfirm permintaan pertemanan itu. Kulihat beberapa nyawa akun hidup di jendela chat oL. Agak sedih, biasanya, ketika kulihat jendela Chat, begitu banyak orang yang sedang online... Tapi kini, hanya satu dua yang terlihat. Karena memang itu adalah fb baru bagiku.

Tiga orang yang sedang OL, dua orang pula yang kuajak chat. Mereka semua teman-temanku. Sebut saja nama temanku itu Olieve dan Raya. Kami satu departemen. Satu grup di sebuah grup fb.

Tiba-tiba Olieve menyapa, dengan sapaannya yang khas. Itu memang sapaan Olieve padaku, aku sangat mengenalnya, seketika kami terlibat perbincangan singkat. Seperti biasa. Dan saat itu kusapa pula Raya, yang sedang OL. Aku sempat curhat pada Raya, bagaimana perasaanku saat itu, kegalauan dan ketakutan yang masih menghantui karena Cracker tak bertanggungjawab itu, aku pun meminta Raya untuk meremoveku dari grup, karena akun dengan namaku sebelumnya telah dikuasai oleh roh jahat. Aku berkata padanya, bahwa inilah fb baruku, namun, balasannya sungguh aneh, Raya mengaku tidak tahu mengenai grup kita, dia pun semakin aneh ketika ia mengaku namanya... 'sebut saja Budie! ’Ini bukan Raya, tapi Budie’ aku langsung curiga, sepertinya Raya kena hack, apalagi ketika kusinggahi wallnya, keadaannya sama seperti saat aku dihack. Lalu kusapa kembali Olieve. Di chat box sebelah chat Raya. Aku menyuruh Olieve menyapa Raya, aku pun menjelaskan padanya mengapa aku curiga, aku mengatakan pada Olieve bahwa aku curiga fb Raya dihack.

TAPI.....

Apa yang dikatakan Olieve? Akun Olieve berkata, ’iya, memang fb Raya ada di tangan saya, ini juga saya, Budie!’ seketika aku terdiam. Akun fb Raya dan Olieve seperti hantu yang merayap di lantai bangsal tua di suatu lorong gelap. Menghantuiku.

’Kenapa? Kamu takut ya sama aku? Takut karena aku ada di mana2’ itu kata-kata yang keluar dari chat akun Olieve.

Dan Terror itu pun masih berlanjut keesokan harinya...

Tapi, Sekarang! AKU SUDAH TIDAK TAKUT LAGI...

Karena ada sebuah KUASA yang PALING BERKUASA, MEMPROTECT kami...

Kami yakin, dan kami tidak perlu takut...!

Minggu, 13 Februari 2011

Selamat Menempuh Semester Baru

Gak kerasa nih, liburan semester yang panjang sudah berakhir. Kini waktunya kembali menjalani aktivitas-aktivitas di kampus yang menyenangkan. Tentunya kita semua sudah siap dengan serangkaian kegiatan yang akan kita lakukan di semester baru, yang pastinya lebih penuh tantangan dan banyak pelajaran baru yang akan kita dapat di semester ini.

Jika kita flash back mengenang semester lalu, setiap memasuki awal semester, teman-teman semua pasti mempunyai target-target yang ingin dicapai. Dan tentang pencapaian target di semester lalu, baik yang tercapai ataupun yang belum. Yang terpenting adalah kita sudah berusaha melaluinya dengan doa dan usaha yang maksimal. Tenang aja, Allah lihat prosesnya kok. So, apapun hasilnya, mari kita sama-sama syukuri dan berusaha lebih baik lagi di semester berikutnya…

Jika kita merasa belum puas dengan hasil di semester lalu, jangan bersedih yaa temaan...
La tahzan... :)

“Dan janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi derajatnya jika kamu orang beriman.” (QS. Ali‘Imran : 13)

Tetap percaya, bahwa apa yang telah kita lalui ialah hasil dari perjalanan pejuangan kita yang tentunya diridhoi Allah, jika belum memuaskan, ayoo, kita bangkit, sama-sama belajar dan berusaha lebih baik lagi. Yakin, bahwa Allah pasti menuntun langkah kita dalam melakukan sesuatu yang baik di jalan-Nya.

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyiraah : 6-8).

Berikut ini, tips-tips untuk menyambut semester baru :
1. Segala sesuatu harus dimulakan dengan membaca Basmalah, sehingga dapat diawali dengan baik, juga diakhiri dengan baik pula nantinya. Amiiin.
2. Niatkan segala sesuatunya hanya untuk Allah. Menuntut ilmu demi mencari Ridho Allah.
3. Meminta doa restu orangtua bukan diharuskan hanya saat menikah saja. Setiap langkah baru yang akan kita jalani, alangkah lebih baiknya jika kita memohon doa dari orangtua, untuk kelancaran serangkaian kegiatan belajar dan aktivitas kita di kampus. Karena doa orangtua ialah salah satu kunci sukses bagi anak.
4. Jika kita merasa sulit menerima pelajaran, minta ajarkan pada teman kita yang pandai. Belajar bersama, sharing tentang cara belajar yang efektif, dan cobalah contoh cara belajar mereka. Meski setiap orang memiliki cara belajar masing-masing, namun, setidaknya sharing mengenai cara belajar memberikan masukan untuk kita bagaimana cara belajar yang ideal. Karena siapa tau ada yang salah dengan cara belajar kita sebelumnya.
5. Jika bukan karena sakit dan izin keperluan yang sangat mendesak, jangan menggunakan jatah absen karena alasan malas. Usahakan jangan sering terlambat masuk kelas. Alangkah lebih baik jika kita mencari bangku di jajaran depan agar lebih mudah menangkap apa yang dosen sampaikan dan agar konsentrasimu tak pecah karena kegaduhan dan ajakan menggiurkan dari teman untuk menggosip. Dengan demikian suasana belajar akan lebih kondusif.
6. Simak dan pahami setiap dosen menjelaskan, catat hal-hal yang dirasa penting untuk dicatat. Jangan malas mencatat. Terutama jika penjelasannya tidak ada di slide. Karena bisa saja apa yang beliau utarakan (meski tidak ada di slide) ialah soal yang akan keluar saat ujian nanti. Jika tidak pun, ilmu kita bertambah dan tidak mudah lupa.
7. Jika diberi tugas, baik berupa makalah, laporan praktikum, ataupun yang lainnya, usahakan jangan hanya copy-paste. Karena tujuan adanya tugas-tugas itu agar kita mengerti aplikasi materi yang diberikan dosen. So, kerjakanlah dengan penuh keikhlasan dan kejujuran. Insya Allah, waktu kita untuk mengerjakan tugas-tugas itu tak akan sia-sia.
8. Terapkan manajemen waktu yang baik. Buat prioritas-prioritas kegiatan yang harus diutamakan. Agar dapat membagi waktu dengan baik antara kegiatan kuliah dan kegiatan organisasi, karena waktu yang kita miliki adalah amanah.
9. Jangan lupa juga untuk tetap jaga kondisi tubuh. Jangan sampai kita gagal mencapai target gara-gara sakit. So, jaga kesehatan dengan rajin berolahraga, makan makanan yang sehat, seimbang, dan bergizi, serta tidur yang cukup untuk menjaga stamina.
10. Dan yang paling penting adalah, mendekatkan diri pada Allah. Karena jika kita sudah berusaha, namun Allah berkehendak lain, kita harus tetap menerima kehendakNya. Meyakini bahwa semua itu adalah keputusan terbaik dari Allah, dan tak ada hal yang tanpa hikmah, Ia pasti memberikan yang terbaik untuk hamba-hambaNya. Maka dari itu, rajin-rajinlah berdoa agar Allah memberikan kelancaran dan kemudahan kita dalam menyerap ilmu.

Nah, jika kita sudah berdoa dan ikhtiar secara maksimal, tugas kita adalah menyerahkan sepenuhnya semua urusan kepada Allah SWT, dengan bersabar dan tawakal. :)

So, Selamat menempuh semester baru yaa...

Ganbatte...!!!

Sumber Gambar : sonicband.com

Diary

Kali ini, aq mau menganggap kamu adalah diary-ku. Seperti yang dulu kita lakukan bersama. Aq menulis di tubuhmu, dan kamu diam dan menyediakan tempat. Jujur, selama ini, aq merasa ada yang hilang, semenjak tidak lagi menulis di tubuhmu. Entah kenapa, rasanya menulis di sarana lain begitu berbeda. Aq rindu tulisan tanganku sendiri. Aq rindu pelampiasan isi hati yang tanpa kecuali.

Ketika menulis di diary, mungkin, aq tidak usah mempertimbangkan, apakah tulisanku enak dibaca? Apakah pantas untuk dipublikasikan di mana semua orang bisa mengakses? Apakah bisa dimengerti manusia?

Buku diaryku isinya sangat tidak indah, bahkan banyak hal yang terlalu to the point, jika salah tulis pun, aq tak pernah menggunakan tip-x. Hanya mencoretnya dengan sangat asal.

Dear Diary...

Aq pernah membaca sebuah buku non-fiksi tentang diary gadis pecandu narkoba. (waktu kelas 1 SMA) waktu aq masih sering menulis di tubuhmu. Nama anak itu Alice... di buku diarynya, di lembar terakhir dia menulis, ‘ini adalah lembar terakhir, setelah hari ini, aq tak akan menulis diary lagi’. Kira2 seperti itu. Dan Alice ditemukan bunuh diri 1 tahun setelah ia memutuskan untuk berhenti menulis Diary.

Jika mereka bilang, aq adalah orang yang suka menyambung-nyambungkan hal-hal yang aneh dan mustahil, mungkin iya, aq tau, curhat pada Allah’lah yang lebih efektif, dan bagiku, menulis Diary adalah salah satu sarana curhat pada Allah yang efektif. Aq bilang ‘salah satu’ bukan ‘satu-satunya’. Karena masih banyak cara efektif lain, yang tentunya dicontohkan Rasul, suri tauladan kita.

Ketika aq menulis Diary, menuliskan doa-doa dan harapan d sana, aq selalu merasakan ketenangan, seperti menerbangkan masalah ke awan. Dan semua itu menjalar ke semua aspek kehidupan. Mungkin, dalam kasus Alice, ia sering melampiaskan emosi, mencurahkan segalanya di buku Diary. Tapi saat ia tak lagi menulis Diary, ia tak tahu lagi harus mencurahkan pada siapa. Tentu, aq bukanlah Alice. Meskipun aq berhenti menulis diary, aq tak akan melakukan hal bodoh itu.

Hmm... Diary, tapi.... berhubung kuanggap ini adalah dirimu, jadi, aq tak akan menutup-nutupi perasaan apapun yang melintas dalam hati. Karena jujur, sebenarnya. Aq pun tak jauh beda dari Alice. Perasaanku seringkali hancur dan sulit untuk kususun kembali kepingan-kepingan yang hancur itu. Jika berhasil pun, tak sesempurna yang dahulu.

Entah kenapa, aq merasa, aq lebih labil dari diriku yang dulu, lebih bejad, lebih tidak memiliki harapan...

Kadang, aq ingin mengakhiri hidup ini, karena banyak hal yang tak kuharapkan terjadi, dan itu penyebabnya adalah diriku sendiri. Tentang banyak penyesalan, pelarian, dan ketidakoptimisan memandang hidup. Aq tak tahu siapa yang mengajarkan hal ini. Aq diajarkan untuk sangat optimis, aq diajarkan untuk selalu taat, semua mengajarkanku kebaikan. Tapi kenapa aq masih terkurung dalam banyak penyesalan yang tak beralasan!

Diary, kadang, aq menganggap, dengan mengakhiri hidup ini, semua masalah akan selesai, aq bisa melarikan diri dan meninggalkan semua hal di dunia. Mungkin, aq pun tidak akan melakukan dosa-dosa lagi.

Tapi kembali aq sadar, itu adalah fikiran ternista yang terlalu sering menjamahi otakku. Aq tak memperhitungkan tentang alam barzah, alam setelah kematian. Aq pun melupakan apakah aq sudah siap dan membawa bekal yang cukup?

Diary, kini aq tahu kenapa aq selalu merasa nyaman saat setelah menulis di buku Diary. Padahal tak akan ada yang membaca. Aq merasa nyaman karena aq yakin Allah PASTI membacanya...

Maka dari itu, secara tak langsung, kukatakan, menulis Diary adalah salah satu sarana muhasabah diri dan pencurahan isi hati, pada Sang Pencipta...

Diary, kembali lagi pada perasaan yang sering muncul itu. Perasaan yang begitu gila. Aq tak mau perasaan ini selalu menghantui duniaku. Semenjak kecil hingga kini...

Ya Allah, tolong ingatkan hamba jika hal itu terlintas di fikiran hamba... Aq akan selalu berusaha memerangi fikiran itu... Jika hal itu menghantui lagi, aq akan mulai menulis Diary lagi, yang mungkin, tak kan pernah dibaca oleh orang lain, tapi aq yakin, Kau pasti membacanya...

So, Please... give me strength....


*nb : maaf jika ada salah2 kata, karena jika pun ada yang salah, aq tak berusaha untuk menghapusnya, sama seperti apa yang biasa kulakukan pada Diary.

Kamis, 10 Februari 2011

Materi Program Pendidikan Karakter "We Are Great!"


Dalam bukunya tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences), Daniel Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosional dan sosial dalam kehidupan diperlukan 80%, sementara kecerdasan intelektual hanyalah 20% saja. Dalam hal inilah maka pendidikan karakter diperlukan untuk membangun kehidupan yang lebih beradab. Maka terpikirlah oleh para pendidik tentang apa yang dikenal dengan pendidikan karakter (character education).

Sembilan pilar yang saling kait-mengait :
  1. responsibility (tanggung jawab);
  2. respect (rasa hormat);
  3. fairness (keadilan);
  4. courage (keberanian);
  5. honesty (kejujuran);
  6. citizenship (kewarganegaraan);
  7. self-discipline (disiplin diri);
  8. caring (peduli), dan
  9. perseverance (ketekunan).

Nilai-nilai dasar kemanusian yang harus dikembangkan melalui pendidikan bervariasi antara lima sampai sepuluh aspek. Di samping itu, pendidikan karakter memang harus mulai dibangun di rumah (home), dan dikembangkan di lembaga pendidikan sekolah (school), bahkan diterapkan secara nyata di dalam masyarakat (community) dan bahkan termasuk di dalamnya adalah dunia usaha dan dunia industri (bussiness).

Berkenaan dengan pengertian karakter, dalam tulisan di laman Mandikdasmen, Direktur tur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Suyanto, PhD menjelaskan sebagai berikut. Karakter adalah “cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Lebih lanjut, Prof. Suyanto, PhD juga menyebutkan sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal manusia, yang kelihatan sedikit berbeda dengan sembilan pilar yang telah disebutkan di atas. Sembilan pilar karakter itu adalah:

  1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya;
  2. Kemandirian dan tanggungjawab;
  3. Kejujuran/amanah,
  4. Hormat dan santun;
  5. Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;
  6. Percaya diri dan pekerja keras;
  7. Kepemimpinan dan keadilan;
  8. Baik dan rendah hati, dan;
  9. Toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

Jumlah dan jenis pilar yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain, tergantung kepentingan dan kondisinya masing-masing. Sebagai contoh, pilar toleransi, kedamaian, dan kesatuan menjadi sangat penting untuk lebih ditonjolkan karena kemajemukan bangsa dan negara. Tawuran antarwarga, tawuran antaretnis, dan bahkan tawuran antarmahsiswa, masih menjadi fenomena yang terjadi dalam kehidupan kita. Perbedaan jumlah dan jenis pilar karakter tersebut juga dapat terjadi karena pandangan dan pemahaman yang berbeda terhadap pilar-pilar tersebut. Sebagai contoh, pilar cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya tidak ditonjolkan, karena ada pandangan dan pemahaman bahwa pilar tersebut telah tercermin ke dalam pilar-pilar yang lainnya.

Itulah sebabnya, ada sekolah yang memilih enam pilar yang akan menjadi penekanan dalam pelaksanaan pendidikannya, misalnya digambarkan sebagai berikut:

Dalam bukunya tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences), Daniel Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosional dan sosial dalam kehidupan diperlukan 80%, sementara kecerdasan intelektual hanyalah 20% saja. Dalam hal inilah maka pendidikan karakter diperlukan untuk membangun kehidupan yang lebih beradab. Maka terpikirlah oleh para pendidik tentang apa yang dikenal dengan pendidikan karakter (character education).

Sembilan pilar yang saling kait-mengait, yaitu:

  1. responsibility (tanggung jawab);
  2. respect (rasa hormat);
  3. fairness (keadilan);
  4. courage (keberanian);
  5. honesty (kejujuran);
  6. citizenship (kewarganegaraan);
  7. self-discipline (disiplin diri);
  8. caring (peduli), dan
  9. perseverance (ketekunan).

Nilai-nilai dasar kemanusian yang harus dikembangkan melalui pendidikan bervariasi antara lima sampai sepuluh aspek. Di samping itu, pendidikan karakter memang harus mulai dibangun di rumah (home), dan dikembangkan di lembaga pendidikan sekolah (school), bahkan diterapkan secara nyata di dalam masyarakat (community) dan bahkan termasuk di dalamnya adalah dunia usaha dan dunia industri (bussiness).

Berkenaan dengan pengertian karakter, dalam tulisan di laman Mandikdasmen, Direktur tur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Suyanto, PhD menjelaskan sebagai berikut. Karakter adalah “cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Lebih lanjut, Prof. Suyanto, PhD juga menyebutkan sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal manusia, yang kelihatan sedikit berbeda dengan sembilan pilar yang telah disebutkan di atas. Sembilan pilar karakter itu adalah:

  1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya;
  2. Kemandirian dan tanggungjawab;
  3. Kejujuran/amanah,
  4. Hormat dan santun;
  5. Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;
  6. Percaya diri dan pekerja keras;
  7. Kepemimpinan dan keadilan;
  8. Baik dan rendah hati, dan;
  9. Toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

Jumlah dan jenis pilar yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain, tergantung kepentingan dan kondisinya masing-masing. Sebagai contoh, pilar toleransi, kedamaian, dan kesatuan menjadi sangat penting untuk lebih ditonjolkan karena kemajemukan bangsa dan negara. Tawuran antarwarga, tawuran antaretnis, dan bahkan tawuran antarmahsiswa, masih menjadi fenomena yang terjadi dalam kehidupan kita. Perbedaan jumlah dan jenis pilar karakter tersebut juga dapat terjadi karena pandangan dan pemahaman yang berbeda terhadap pilar-pilar tersebut. Sebagai contoh, pilar cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya tidak ditonjolkan, karena ada pandangan dan pemahaman bahwa pilar tersebut telah tercermin ke dalam pilar-pilar yang lainnya.

Itulah sebabnya, ada sekolah yang memilih enam pilar yang akan menjadi penekanan dalam pelaksanaan pendidikannya, misalnya digambarkan seperti gambar di atas.

Dalam gambar tersebut, SD Westwood menekankan pentingnya enam pilar karakter yang akan dikembangkan, yaitu:

  1. Trustworthiness (rasa percaya diri)
  2. Respect (rasa hormat)
  3. Responsibility (rasa tanggung jawab)
  4. Caring (rasa kepedulian)
  5. Citizenship (rasa kebangsaan)
  6. Fairness (rasa keadilan)

Itulah sebabnya, definisi pendidikan karakter pun akan berbeda dengan jumlah dan jenis pilar karakter mana yang akan lebing menjadi penekanan. Sebagai contoh, disebutkan bahwa “character education involves teaching children about basic human values including honesty, kindness, generosity, courage, freedom, equality, and respect” (http://www.ascd.org). Definisi pendidikan karakter inilebih menekankan pentingnya tujuh pilar karakter sebagai berikut:

  1. honesty (ketulusan, kejujuran)
  2. kindness (rasa sayang)
  3. generosity (kedermawanan)
  4. courage (keberanian)
  5. freedom (kebebasan)
  6. equality (persamaan), dan
  7. respect (hormat)

Pengertian karakter ini banyak dikaitkan dengan pengertian budi pekerti, akhlak mulia, moral, dan bahkan dengan kecerdasan ganda (multiple intelligence). Berdasarkan pilar yang disebutkan oleh Prof. Suyanto, PhD, pengertian budi pekerti dan akhlak mulia lebih terkait dengan pilar-pilar sebagai berikut, yaitu cinta Tugan dan segenap ciptaannya, hormat dan santun, dermawan, suka tolong menolong/kerjasama, baik dan rendah hati. Itulah sebabnya, ada yang menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti atau akhlak mulia.

Terkait dengan kecerdasan ganda, dikenal bahwa kecerdasan meliputi empat pilar kecerdasan yang saling kait mengait, yaitu: (1) kecerdasan intelektual, (2) kecerdasan spiritual, (3) kecerdasan emosional, dan (4) kecerdasan sosial. Kecerdasan intelektual sering disebut sebagai kecerdasan yang berdiri sendiri yang lebih disebut dalam pengertian cerdas pada umumnya, dengan ukuran baku internasional yang dikenal dengan IQ (intellegence quotion). Sementara kecerdasan yang lainnya belum atau tidak memiliki ukuran matematis sebagaimana kecerdasan intelektual. Kecerdasan di luar kecerdasan intelektual inilah yang lebih dekat dengan pengertian karakter pada umumnya. Dalam hal inilah maka, sebagaimana dijelaskan Prof. Suyanto, PhD, kita memahami pernyataan Dr.Martin Luther King, tokoh spiritual kulit hitam di Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat, atau intellegence plus character. ”That is the goal of true education”, demikianlah tambahnya. Itulah tujuan pendidikan yang sebenarnya, yakni menciptakan manusia yang cerdas secara komprehensip, keseluruhan aspek kecerdasan ganda tersebut.

Dengan demikian, pengertian karakter sebenarnya merupakan bagian dari kecerdasan ganda yang dijelaskan Howard Gardner dengan teorinya kecerdasan ganda, yang meliputi tujuh macam kecerdasan yang sering disingkat SLIM n BIL, yaitu:

  1. Spatial (keruangan)
  2. Language (bahasa)
  3. Intrapersonal (intrapersonal)
  4. Music (musik)
  5. Naturalist (naturalis – sayang kehidupan alam)
  6. Bodily Kinesthetics (olahraga – gerak badan)
  7. Logical Mathematics (logikal –matematis)

Ketujuh tipe kecerdasan ganda menurut Howard Gardner tersebut terkait dengan potensi universal manusia yang perlu dikembangkan melalui pendidikan. Itulah sebabnya, amatlah tepat amanat Pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan tentang empat tujuan negara ini didirikan. Salah satu tujuan itu adalah ”mencerdaskan kehidupan bangsa”, dalam arti menemukan dan mengembangkan potensi kecerdasan semua anak bangsa. Anak bangsa yang memiliki potensi kecerdasan spatial, didiklah menjadi arsitek yang handal. Anak bangsa yang memiliki potensi kecerdasan language, didiklah menjadi ahli bahasa yang hebat. Demikian seterusnya dengan potensi kecerdasan yang lainnya, sampai dengan potensi kecerdasan logical mathematics, didiklah menjadi intelektual yang handal.

Pengembangan ketujuh potensi kecerdasan tersebut, sudah barang tentu harus dibarengi dengan pembinaan karakternya. Arsitek yang handal sudah barang tentu harus memiliki enam atau sembilan pilar karakter yang telah disebutkan. Demikian seterusnya dengan potensi kecerdasan yang lainnya.

Anak-anak bangsa Indonesia harus dikembangkan semua potensi kecerdasan gandanya. Upaya inilah yang menjadi kebijakan utama pembangunan pendidikan nasional di negeri tercinta ini. Amanat mencerdaskan kehidupan bangsa harus selalu menjiwai setiap daya upaya pembangunan pendidikan. Tidak ada pendidikan, tidak ada pembangunan sosial-ekonomi. Demikian pesan Ho Chi Mien, bapak pendidikan bangsa Vietnam kepada aparat pendidikan di negaranya. Hanya dengan pendidikan, negeri ini akan dapat kita bangun menjadi negara dan bangsa yang memiliki daya saing yang setaraf dengan negara dan bangsa lain di dunia.

Pendidikan Karakter dan Peningkatan Daya Saing Bangsa

Semua pilar karakter tersebut memang harus dikembangkan secara holistik melalui sistem pendidikan nasional di negeri ini. Namun, secara spesifik memang juga ada pilar-pilar yang perlu memperoleh penekanan. Sebagai contoh, pilar karakter kejujuran (honesty) sudah pasti haruslah lebih mendapatkan penekanan, karena negeri ini masih banyak tindak KKN dan korupsi. Demikian juga dengan pilar keadilan (fairness) juga harus lebih memperoleh penekanan, karena kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak pendukung pemilukada yang kalah ternyata tidak mau secara legowo mengakui kekalahannya. Selain itu, fenomena tawuran antarwarga, antarmahasiswa, dan antaretnis, juga sangat memerlukan pilar karakter toleransi (tolerance), rasa hormat (respect), dan persamaan (equality).

Untuk tujuan khusus, misalnya membangkitkan semangat bagi para olahragawan yang akan bertanding di tingkat internasional, maka pilar rasa percaya diri (trustworthiness) dan keberanian (courage) juga harus mendapatkan penekanan tersendiri.

Akhirnya, dengan pendidikan yang dapat meningkatkan semua potensi kecerdasan anak-anak bangsa, dan dilandasi dengan pendidikan karakternya, diharapkan anak-anak bangsa di masa depan akan memiliki daya saing yang tinggi untuk hidup damai dan sejahtera sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang semakin maju dan beradab.

Sumber : Suparlan. Jakarta. 2010. http://www.suparlan.com/pages/posts/pendidikan-karakter-dan-kecerdasan-288.php. (2 Januari 2011)

Evaluasi Tempat Wisata : Curug Nangka

Menikmati sejuknya alam pegunungan dengan udaranya yang bersih, tentunya sangat menyenangkan. Berbagai keunikan yang tersimpan di alam pegunungan, memberikan sensasi wisata yang murah dan menyenangkan bagi siapa saja yang mengunjunginya. Air tejun adalah salah satu keunikan yang sangat menarik yang dimiliki alam pegunungan.

Air terjun terbentuk dari arus air yang mengair melalui suatu formasi bebatuan dan jatuh ke bawah dari ketinggian, fondasinya yang menarik dapat menjadikan air terjun sebagai salah satu fenomena alam yang memikat bagi siapapun yang melihatnya. Sehingga, banyak masyarakat yang memanfaatkannya sebagai salah satu objek wisata alam yang perlu dikembangkan untuk mendapatkan berbagai keuntungan, baik berupa materi maupun non-materi, serta baik bagi kelestarian alam itu sendiri, karena dikelola dengan baik pula oleh pengelola dan masyarakat.

Air terjun nangka atau dalam bahasa Sunda disebut Curug Nangka adalah salah satu curug yang terletak di kaki Gunung Salak. Curug ini merupakan kawasan ekowisata yang memiliki keindahan alam yang potensial. Kawasan Ekowisata Curug Nangka merupakan kawasan wisata air terjun yang termasuk ke dalam Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Kawasan wisata di Ciampea, Bogor ini menyimpan banyak pesona. Air jernih, udara segar, dan suasananya yang tenang membuat pengunjung betah berlama-lama untuk menikmati keindahannya. Kesejukan udara dan keindahan lingkungan membuat banyak pengunjung senang bersantai di tempat duduk yang tersedia di bawah pepohonan bersama keluarga, kerabat, dan sanak saudara.

Kelestarian Flora dan Fauna di Curug Nangka pun menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata ini. Banyak pengunjung lokal maupun dari luar daerah yang berkunjung ke Curug Nangka untuk melihat fenomena alam yang indah berupa air terjun serta menikmati udara sejuk serta pemandangan indah di kawasan wisata ini.

Akan tetapi kawasan ekowisata Curug Nangka ini belum terlalu banyak dikunjungi. Aktivitas yang dilakukan warga sekitar Curug Nangka terkadang tidak memperhatikan kebersihan lingkungan dan kelestarian alam. Permasalahan masyarakat sekitar Curug Nangka yang masih memiliki kebiasaan menggunakan sungai di sekitar wilayah desa Sukajadi sebagai MCK. Hal tersebut bisa merusak pemandangan dan juga kualitas air. Oleh karena itu, penelitian ini ingin melihat pengelolaan untuk mengatasi hal ini agar keindahan dan keasrian ekologi wilayah Curug Nangka dan wilayah sekitar curug nangka dapat terjaga.

Curug Nangka adalah salah satu tempat wisata yang sangat berpotensi di Kabupaten Bogor, namun, dalam hal fasilitas dan kebersihan masih dalam tahap yang harus lebih diperhatikan oleh pengelola maupun masyarakat sekitar. Rasa tanggungjawab terhadap lingkungan sekitar tempat tinggal dan kenyamanan pengunjung menjadi faktor pendukung agar pengelola dan masyarakat dapat bekerjasama meningkatkan kualitas tempat wisata tersebut, baik dari segi fasilitas, maupun kebersihan dari fasilitas itu sendiri.

Peran masyarakat sekitar Curug Nangka yang saat ini dirasakan kurang, menjadikan sumberdaya masyarakat di sekitar Curug Nangka kurang optimal digunakan. Banyak masyarakat desa yang tinggal di sekitar Curug Nangka kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan Curug Nangka, karena anggapan bahwa saat ini Curug Nangka telah dikelola oleh Taman Nasional, setelah sebelumnya dikelola oleh masyarakat. Sehingga, masyarakat sekitar yang sebelumnya mengelola, seolah lepas tangan terhadap tanggungjawab kelestarian lingkungan sekitar Curug. Kurangnya pengetahuan warga desa tentang keadaan sekitar curug dan tentang kondisi tempat wisata tersebut menjadikan warga bersikap acuh terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggalnya, yang secara tidak langsung mempengaruhi kualitas kebersihan tempat wisata Curug Nangka yang berada dekat dengan lingkungan tempat tinggal warga.

Oleh karena itu diharapkan peningkatan partisipasi masyarakat dan perannya bersama pengelola untuk menciptakan kelestarian lingkungan dan menjaga habitat-habitat Flora dan Fauna yang berada di Curug Nangka. Agar kondisi lingkungan Curug Nangka dan sekitarnya dapat lebih baik dari sebelumnya.

Sumber Gambar : http://www.flickr.com

Kamis, 03 Februari 2011

SweeT Sacrifice (Belajar dari Para Hewan Kurban)

Udah lama mau bahas tentang ini, harusnya saat idul adha, Tp, tertunda beberapa waktu karena lupa. Dan sekarang teringat lagi.

Apa hubungannya kata ‘Sweet Sacrifice’ dengan Idul Adha, sekilas saja memahami makna pasti semua tahu. Bahwa saat Idul Adha adalah waktu yang paling indah untuk berkurban. Indahnya berbagi, berkurban dengan ikhlas, untuk mendapatkan Ridho Allah semata.

Hal yang ingin kubahas saat ini memang bukanlah tentang hewan kurban. Jika dianalogikan pun, sepertinya tidak ada aspek yang sama kecuali *Keikhlasan* dan *Ketulusan*.

Sebelumnya,

Bisakah kita mulai berpikir, bahwa sebenarnya, tidak ada hal yang lebih membahagiakan dari telah membahagiakan orang lain? Bisakah kita berfikir bahwa tugas dan amanah kita hidup di dunia ini untuk beribadah kepada Allah? Tentu saja, aq yakin, jawaban banyak orang, pasti bisa.

Bukan aq protes pada mereka yang tidak bisa berpikir seperti itu. Bahkan, kadang, aku masih tidak bisa berpikir seperti itu secara sempurna. Masih saja ada bisikan2 saiton yang menguasai pikiran.

Ini masalah perasaan. Coba bayangkan, jika kita membuat sebuah panti asuhan, apakah kita digaji? Apakah kita mendapatkan materi berlimpah karena itu? Menurut teori ekonomi berbasis dunia. Membuat panti asuhan berarti menambah biaya pengeluaran. Karena banyak jiwa yang harus kita urus. Dengan begitu, tabungan kita pun akan berkurang.

Tp teori ekonomi sejenis itu tak bisa menghitung jumlah hikmah dari Tuhan. Tentu, manusia mulia yang bersedia membangun panti asuhan adalah manusia yang sudah siap secara materi, dan berniat dengan tulus membuat panti asuhan, tanpa mengharap imbalan apapun. Baginya, membahagiakan orang sudah cukup membuat dia merasa bahagia. Kebahagiaan, perasaan damai yang ia rasakan, adalah anugerah dari Tuhan. Karena, akan terasa lebih tulus jika kita meyakini dalam hati,

*Biarlah Allah yang menggajiku*

Dan untuk hal yang kumaksud, begitu berat memang rasanya memberi dengan syarat, berkorban dengan batasan. Jika aq mampu, aq ingin membahagiakan semua orang. Tapi, sayangnya aq tak bisa melakukan itu.

Lagi-lagi karena keterbatasan, lagi-lagi karena aq tak punya kekuatan yang sangat besar untuk dapat menjangkau perasaan bahagia mereka.

Maaf atas segala keterbatasan yang kumiliki ini...

Aku akan tetap belajar dari hewan kurban, yang memiliki insting sebagai ’sweet sacrifice’. Menyedihkan memang, tapi akan indah pada waktunya... :)

Sumber Gambar : iniblogakuyer.blogspot.com


Sepolos Anak Kecil

Hayoo? Mau nulis apa? (jadi bingung sendiri, mau mulai dari mana…)

Saat ini, gw mau sharing tentang hobi-hobian. Semua orang pasti punya hobi, kalau lagi jenuh sama kerjaan atau pelajaran sekolah, pasti larinya ke hobi. Hobi atau kegemaran ini bermanfaat banget buat merefresh kebosanan kerjaan sehari-hari yang monotoooon, terus gitu-gitu aja. Atau kalau lagi stress dan tertekan dengan problematika kehidupan yang complicated banget, kita bisa jadi lebih rileks saat dan setelah melakukan hobi tersebut. Hobi bisa bermacam-macam bentuknya, setiap orang ada yang sama, ada juga yang beda. Biasanya, orang yang hobinya sama, kalau ngobrol itu suka saling sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia!

Pokoknya, kalau udah hobi, suka sampai lupa waktu deh... Hobi terdiri dari dua macam, yaitu Hobi yang negatif, dan hobi yang positif. Kali ini gw gak akan bahas hobi yang negatif, karena lagi pengen yang positif positif aja deh... Positif Thinking...!

Hobi yang positif, dalam pelajaran kewirausahan yang gw pelajari di kampus, katanya sebenernya hobi itu bisa menghasilkan uang. Misalnya, hobi nyanyi, bisa tuh jadi pengamen... hhehe... hingga penyanyi populer internasional. Kalau yang hobi menggambar pohon, bisa jadi arsitektur lanskap... kalau yang hobi makan, bisnis rumah makan aja, kan udah berpengalaman mencoba setiap masakan di bumi. Kali aja ada inovasi baru, membuat makanan khas planet jupiter... (apa sihh?!), kalau hobinya nonton TV... bisa jadi sutradara! Dan, yang gw herankan tertulis di slide kewirus adalah... ’yang hobi melamun... bisa jadi penulis’!

Sumpah, baca itu gw langsung ngakak di Tempat Kejadian Perkara... karena gw merasa hobi gw adalah menulis.. dan merasa tersindir dengan kata ’melamun’ (Tp, I Think, semua orang pasti hobi nulis) kalau makhluk itu seumur hidupnya tidak pernah menulis sama sekali, berarti makhluk itu belum pernah mencoba hidup di bumi.

Nah, itu yang pengen gw share... tentang ’menulis dengan hati’ ’menulis dengan kejujuran dan ketulusan’. Itu gak pernah diajarkan sama sekali secara konkrit dalam pelajaran akademis yang telah gw jalani. Tapi harus diraba pake perasaan, gak usah belajar... Cuma pake feeling, insting (kaya hewan yang gak mengalami proses pembelajaran) tapi dia mampu melakukannya. Gitu juga dengan menulis. Dalam hal ini, aku... kamu... kita... kalian... adalah seorang PENULIS SEJATI! Jadi definisi penulis menurut gw sebenarnya bukan hanya orang-orang yang pernah menerbitkan buku aja. Tapi, bayi yang sudah bisa memegang pulpen pun udah bisa dikatakan penulis, karena menurut gw, dia... (si bayi) dengan bahasa kalbunya memegang, menggenggam dengan rasa ingin tahu yang amat besar tentang benda-benda yang ia genggam, bukan hanya pulpen. Tapi segala macam benda... saking kreatifnya, bayi bisa memasukan benda-benda yang mustahil bisa di cerna ke mulutnya... coba! Mana ada orang biasa mau masukin apa aja ke mulutnya... kecuali tukang debus... (makanin beling, paku, cerutu, linggis dan benda-benda kriminal lainnya). Tapi itulah kreatifitas, kadang di luar nalar, jangkauan ilmu bumi dam alam. Itulah yang bernama FEELING....

Balik lagi ke topik, dengan menulis, gw merasa rilex, bebas, semua yang ada di hati dijabarin semuanya. Gak ada yang tertinggal. Gak mengharap imbalan, Cuma melampiaskan pikiran yang di luar batas normal. Yang udah penuh, kalau gak dikeluarin bisa jadi butek!

Awal mula menulis, dalam hal ini ‘menulis kreatif’ (maksudnya bikin-bikin cerita imaginer) ^_^ waktu kelas 5 SD. Sumpah ya itu anak gak jelas banget! Gak disuruh guru, gak disuruh ortu, apalagi di suruh guru silat! Syarat merubah warna sabuk, harus menulis dulu! Kagaaakk, padahal kalau dia nulis juga gak akan merubah nilai matematikanya jadi penteun sapuluh di rapot... Yang ada di dalam benak anak kecil itu adalah... ”Hanya ingin menuangkan isi hati, memuaskan diri sendiri’ kaya halnya para remaja-remaja era 90’an ke bawah... sering menulis buku catatan harian (Diary) pribadi yang hanya boleh dilihat dia seorang diri, juga Tuhan Yang Maha Esa dan malaikat pencatat amal tentunya... (lha iya... klo apa yg dia tulis bersifat kriminal, ya dicatet juga kn sama malaikat pencatat amal?)

Nah, intinya ITU! Sampai sekarang, budaya menulis juga masih melekat dalam hidup gw... tapi, emang ni ya, jujur aja... gw adalah penulis yang gak mau jadi ’Penulis’ penulis dalam tanda kutip maksudnya... kerjaannya utamanya menulis, dia dikontrak sebuah perusahaan penerbitan dan misalnya harus menulis dengan batas waktu tenggang sekian pukul sekian harus udah dikumpul... (udah kaya deadline makalah kuliah) huahh... makanya gw ini aneh binti ajaib!

Gw pengen, menulis tetap menjadi sarana HOBI yang MENYENANGKAN, di nikmati setiap aliran alurnya, setiap kata-kata dan kalimat yang terbentuk membendung arti tentang terciptanya kehidupan yang seolah nyata, bergelut dengan emosi fiksi yang begitu larut dengan pencitraan imajinasi, tampak rill terbayang sehingga ilusi itu seolah nyata...

*sorry kumatt...

Balik lagi ke yang tadi,

Jadi, intinya, BUKAN paksaan dan tuntutan Deadline, gw pengen menulis saat gw lagi pengen menulis, dan gak mau nulis, kalau lagi gak pengen... Bukannya gw takut Deadline... bukan hanya penulis aja kn yg punya deadline? tp juga pelukis, penyanyi, pegawai kantoran, tukang bangunan, supir angkot, dokter, arsitek, guru... SEMUA PROFESI pasti terikat aturan dan deadline.., apapun deadline itu gw akan patuhi... tp gw hanya ingin ’jangan ada deadline dalam hal MENULIS... Gw pengen ’menulis’ menjadi pekerjaan terenjoy selama hidup gw... yang akan selalu manis di tengah kejenuhan tugas utama yang nanti akan gw jalani...

Gw ini aneh bangeT! Asal kalian tau... dulu, gw malu dengan apa yg gw tulis sendiri... Sering buat puisi secara diam2... eh, pas di baca lagi, merasa jijay bajay dengan kegombalan sendiri, akhirnya gw buang! Dasar! Anak tidak tahu cara menghargai karya... (tapi sekarang, seenek, sejelek, senggakmasukakal apapun itu tulisan, alhamdulillah, pasti gw simpen, buat contekan cucu2 gw kalau misalnya mau belajar bikin surat cinta)

Tapi itu sebabnya, gak tau kenapa, malu aja kalau tulisan gw dibaca keluarga... itu tuh karena salah asuhan atau gw’nya yang kekurangan asupan gizi ya??! Haha... sampai sekarang 7 buku harian gw tersimpan RAPATTT banget di brankas lemari rumah gw... tadinya sih malah mau gw kubur di dalam bumi supaya manusia gak bisa baca. Tp please deh, jangan samakan buku harianku dengan (maaf) kotoran kucing... yang sering di timbun di tanah, karena konon katanya, sebenarnya wajah kucing yang selalu cemberut meskipun dia dikasih makanan termahal di planet ini, melukiskan perasaan takut dia atas harta karun emas yang ia rahaisakan di dalam kotorannya. Sehingga ia harus mengubur kotoran2 tersebut di dalam tanah... (Koq jadi melenceng ke kucing?)

Balik lagi ke buku harian Baim... (nama gw sebenarnya bukan Baim, maaf ya, gw samarkan nama) sampai-sampai, beberapa buku harian gw terbuat dari buku tulis Sinar Dunia (maaf, menyebut merek) dan, gw sampul dengan sampul coklat... serta di depannya ditulis...

”Matematika”.

Saking gw gak mau ketauan itu adalah buku harian... takut di baca keluarga besar dan khalayak ramai. Padahal, isi tu buku harian gak rahasia-rahasia amat sih, paling daftar2 kejahiliyahan, daftar2 kriminalitas yang pernah dilakukan, daftar2 hutang.... (sungguh benar-benar sama sekali bukan rahasia negara! Yang kalau ketauan bisa jadi narapidana dan di hukum pancung)

Nah, itu terjadi juga hingga saat ini, gw emang gak seintensif waktu dulu, dalam hal menulis Diary, cerpen juga enggak. Kalau dulu masih... sekarang ranahnya lebih ke nu pararanjang... (alias novel) ceritanya panjang maksudnya! Sebenernya, percaya gak? Susahan bikin cerpen lho daripada novel! Percaya gak percaya, harus percaya... hehe... seumur hidup, aku baru buat beberapa cerpen... paling sekitar tiga atau empat... liat dong, penulis2 hebat tuh cerpennya udah ratusan... Lebihhh... (udah kaya iklan Tango aje!).

Kalau dulu, gw lebih suka nulis novelet... (ciri-ciri orang nanggung). Buat jadi novel kependekan, buat jadi cerpen kepanjangan. Yah, tapi, Who Cares? Terserah gw dong... gw yang pengen melampiaskan semua itu… sama seperti anak kecil tadi yang nulis, ya Cuma buat mencurahkan isi hati aja. Sama kaya curhat sama boneka… hanya memberi, tak harap kembali... bodo amat mau si boneka itu ngasih feedback atau nggak… yang penting si anak udah mencurahkan semua isi hati… LEPAS BEBAS LEGA!

Tapi, ternyata, seiring proses belajar yg terus menerus terjadi dalam hidup… gw sadar, semua hal harus mendatangkan manfaat bagi orang lain. Karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain, So, kalau dulu (waktu SD, hingga SMP) tema cerita yg gw buat klo gak horror, ya menyeramkan! Alias sama ajah… gak ada deh itu mah manfaat2nya… malah nakut2in anak yang penakut... (dan jahatnya, gw sering puas nakut2in anak orang) Astagfirulloh!

Mulai SMA, baru deh, ranah ceritanya jadi rada insafan dikit... gak munafik lah. Sering juga pengen naskah2 itu dibaca banyak orang... alias diterbitkan penerbit. Tapi, ya kalau enggak juga gak apa2 banget... toh, gw Cuma pengen melampiaskan hasrat pencurahan isi hati... layaknya seorang anak kecil yang curhat pada bonekanya. Polos... gak menghujat... gak mengerti, tapi sebenarnya mengerti... itulah mengapa, gw jdi pengen sepolos anak-anak...

Sumber Gambar : blocs.xtec.cat