Kamis, 22 April 2010

Analisis Gender Terhadap Kenakalan Pelajar

Studi Analisis Gender

Pendekatan teoritis yang melatarbelakangi studi kenakalan pelajar ini adalah Teori Struktural Fungsional yang dilandasi oleh fundamental pemikiran, bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga mempunyai peran yang sangat vital dalam mendidik dan mempersiapkan anak-anaknya untuk menyesuaikan diri ke dalam kehidupan dunia luar. Tanpa adanya peran dan fungsi keluarga, maka generasi muda tidak akan mempunyai karakter dan perilaku yang baik di kemudian hari.

Teori Struktural Fungsional juga menyangkut teori sistem yang menjelaskan adanya komponen-komponen yang saling tergantung antara satu dan yang lainnya (Klein dan White, 1886). Dalam studi ini digunakan logika berpikir secara Teori Struktural Fungsional dan Teori Sistem, bahwa keluarga terdiri dari anggota-anggota keluarga yang saling berpengaruh antara satu dan yang lainnya. Apabila keluarga mempunyai struktur yang kokoh dan menjalankan semua fungsinya dengan optimal, maka akan menghasilkan outcome yang baik pada seluruh anggota keluarganya.
Di samping peraturan dan fungsi yang ada di keluarga, pihak sekolah juga mempunyai andil yang besar terhadap perkembangan kognitif dan psikomotorik dari pelajar. Dengan kata lain lingkungan tersebut memberikan kontribusi terhadap perkembangan anak. Dengan demikian bisa disebutkan bahwa ada keterkaitan yang erat antar individu, keluarga, dan masyarakat.

Kenakalan pelajar merupakan suatu outcome dari suatu proses hubungan antar anggotaa keluarga tersebut dan antara sistem keluarga dan sistem lingkungannya. Adanya gangguan dalam fungsi keluarga, khususnya fungsi sosialisasi dan pendidikan mengakibatkan buruknya interaksi antara orang tua dan remaja. Di tambah dengan adanya hubungan yang cenderung negatif antara remaja dengan lingkungan di sekitarnya, baik dengan teman sekolah maupun tetangga dekat yang dikombinasi dengan agresivitas dari pelajar itu sendiri, maka secara perlahan-lahan akan mempengaruhi kenakalan remaja. (Willis, 1994; Kartono, 1986, BKKBN, 2006)

Kualitas kehidupan keluarga disebutkan secara tegas memainkan peranan yang paling besar membentuk perilaku remaja menjadi nakal. Kehidupan keluarga yang tidak harmonis, baik karena perceraian, pertikaian, maupun karena orangtuanya hidup terpisah menyebabkan anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang. Pengasuhan dan kasih sayang yang tidak seimbang antara ayah dan ibu mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan fisik dan kebutuhan kasih sayang anak (bonding dan kualitas hubungan), (Kartono, 1986). Hal ini menyebabkan anak merasa tidak pernah mendapatkan keinginan dan harapan yang memuaskan dar latihan fisik (disiplin kerja dan belajar) dan kontrol diri (mental) yang baik. Sebagai dampak akhir dari semua ini adalah tidak dicapainya outcome remaja dengan baik, seperti prestasi belajar, dan kepercayaan diri.

Ditambahkan oleh West dan Farrington (Mussesn et al., 1989) bahwa karakteristik pribadi remaja akan mempengaruhi tingkat kenakalannya. Remaja yang nakal pada umumnya lebih mempunyai kecenderungan untuk bersikap sombong, menentang, melawan pihak yang berkuasa, kurang mempunyai motivasi untuk mencapai keberhasilan, pemarah, keras kepala, penuh curiga, destruktif, dan kurang mampu mengendalikan diri dibanding dengan remaja yang tidak nakal.

Adapun sub-pokok analisis gender yang digunakan, meliputi :
- Pengaruh Ekologi Lingkungan Makro terhadap kehidupan keluarga.
- Pengaruh Ekologi Lingkungan Makro terhadap tuntutan pengasuhan responsif gender.
- Pengaruh Ekologi Lingkungan Makro : Fasilitas sarana belajar siswa sekolah menengah di rumah.
- Model empiris pendekatan ekologi keluarga : pengasuhan hubungan diadik orangtua dan remaja
- Garis besar pendekatan Ekologi Keluarga
- Hubungan diadik orangtua dan anak responsif gender
- Model empiris pendekatan ekologi keluarga : Kepribadian remaja berdasarkan analisis gender
- Model empiris pendekatan ekologi keluarga : Tujuan dan harapan hidup berdasarkan analisis gender

Pendekatan yang digunakan :
- Pendekatan Struktural Fungsional : Pendekatan teori sosiologi yang diterapkan dalam institusi keluarga. Pendekatan ini mempunyai warna yang jelas, yang mengakui adanya keragaman dalam kehidupan sosial.
- Pendekatan Teori Perkembangan : Meliputi tahap-tahap perkembangan siklus hidup keluarga.
- Pendekatan Ekologi Keluarga : Pengasuhan responsif gender : perlakuan sosialisasi dan pendidikan orangtua terhadap anak yang memberikan perhatian kepada anak laki-laki maupun perempuan berdasarkan kebutuhan khusus dan spesifik (berkaitan dengan aspek biologis atau reproduksi) dan kebutuhan umum yang berkaitan dengan kebutuhan psiko-sosial dengan menjunjung asas keadilan dan kesetaraan gender dalam memperoleh akses, manfaat, partisipasi dan kontrol terhadap semua sumberdaya keluarga untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang sehat jasmani dan rohani.

Pengasuhan Responsif Gender

Dalam menjalankan tugas sehari-hari ada pembagian tugas yang diberikan pada laki-laki dan perempuan sesuai dengan norma masyarakat. Merton (Marcionis, 1995) menyebutkan adanya labelling theory yang memberikan cap atau label pada perempuan dan laki-laki. Laki-laki lebih dilabelkan bahwa pekerjaan yang sukses dari pemikiran laki-laki adalah yang berkaitan dengan penguasaan material, sedangkan perempuan dikatakan sukses apabila mempunyai hubungan dalam status perkawinan dan status sebagai ibu yang baik. Dalam hal ini, norma masyarakat terkesan lebih tegas dan ketat mengontrol perilaku normatif terhadap perempuan dibanding dengan laki-laki. Berkaitan dengan labelling theory masyarakat menilai perilaku perempuan dan laki-laki dengan standar yang berbeda. Berdasarkan labelling theory ini pula, maka orangtua melakukan pengasuhan berdasarkan identitas gender yang membedakan perlakuan anak laki-laki dan perempuan secara berbeda, yang dituntun oleh budayanya dan disesuaikan dengan personalitas anaknya, karena secara fisik dan genetik, mereka pun berbeda.

Ayah dan anak laki-laki : orangtua mempunyai ekspektasi anak laki-lakinya agar kuat dan agresif dalam mencapai cita-cita, lebih sering diperlakukan secara agresif seperti diayun-ayun ke udara dan diayun-ayun ke kaki. Anak laki-laki diarahkan pada kegiatan yang berhubungan dengan pelatihan independensi diri. Dididik untuk menjadi seseorang yang maskulin. Seorang ayah di negara Barat dengan tegas mendidik anak laki-lakinya mengenai bagaimana membedakan membuat hal-hal yang salah atau benar dan lebih memperhatikan kesuksesan anak laki-lakinya dibanding dengan anak perempuannya.

Ayah dan anak perempuan : orangtua mempunyai ekspektasi anak perempuan agar sopan dan hormat. Pada anak perempuan diperlakukan dengan lembut, sering dipeluk dan dijaga. Anak perempuan diarahkan pada kegiatan yang pasif namun menuju pembentukan emosi. Dididik untuk menjadi seseorang yang feminim. Takut memberikan kepercayaan pada remaja untuk mengambil suatu keputusan, terutama seorang ayah yang memiliki remaja putri, tidak begitu ikhlas untuk mempercayai begitu saja dalam melakukan sesuatu karena takut anak perempuannya terluka atau terancam bahaya (Harris, 1991). Bonding antara ayah dan anak perempuan adalah selamanya dan tidak dapat terpisahkan meskipun sudah menikah, artinya, anak perempuan akan tetap menjadi anak perempuan bagi ayahnya. Bahkan seorang anak perempuan dapat menjadi sumber kebahagiaan yang lebih tinggi bagi ayahnya dibanding dengan anak laki-lakinya, dan sebaliknya, seorang anak perempuan mungkin dapat membuat ayahnya menangis dibandingkan dengan anak laki-lakinya.

Ibu dan anak laki-laki : Ibu lebih banyak berinvestasi menyangkut kehidupan sehari-hari anaknya dibanding ayah. Ibu juga lebih sering melakukan kegiatan emosional dan khawatir tentang kesejahteraan anak-anaknya. Perhatian ibu pada anak laki-lakinya lebih kepada makanan daripada hal yang lainnya dan memberikan kenyamanan dan lebih memperhatikan kesehatan anak laki-lakinya dibandingkan dengan anak perempuannya.

Ibu dan anak perempuan : lebih diterapkan pelatihan mengenai memakai pakaian yang rapi dan sopan, memelihara dan memberi saran-saran tentang penampilan fisik anak perempuannya seperti urusan pakaian, pemeliharaan rambut dan kulit agar tampak cantik. Memberikan contoh cara melindungi diri dari berbagai bahaya dari lingkungan dan memelihara serta melindungi alat-alat reproduktif dan pendidikan tentang masa puber beserta gejala biologisnya.

Dimensi Kenakalan Pelajar

Hasil pada analisis Gender menunjukan adanya dua dimensi dari kenakalan pelajar, yaitu kenakalan jenis umum dan kenakalan kriminal yang terbukti dengan adanya kolerasi antara variabel laten yang sangat kuat. Secara terpisah kenakalan jenis umum terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu dimensi kenakalan umum dan dimensi kenakalan kriminal baik untuk contoh laki-laki dan perempuan. Berdasarkan bukti-bukti empiris maka dapat dibuktikan bahwa pengukuran kenakalan pelajar menunjukan tingkat reliabilitas dan validasi yang sangat tinggi. Oleh karena itu, variabel kenakalan pelajar dapat dijadikan satu variabel komposit yang terdiri atas dua indikator, yaitu, kenakalan umum dan kenakalan kriminal.

Hasil analisis Multivariate of Covariance membuktikan bahwa kenakalan pelajar baik kenakalan umum maupun kenakalan kriminal dipengaruhi oleh jenis kelamin, contoh yang lebih besar pada contoh laki-laki dibandingkan dengan perempuan, sifat kepribadian contoh yang cenderung maskulin dan ekstrovert, pengasuhan ibu yang cenderung keras dan kasar, tingkat kualitas hubungan dalam keluarga yang cenderung tidak bahagia, tingkat penghargaan diri yang cenderung rendah, dan hubungan teman yang kurang akrab dan kurang mengikat. Dikemukakan pula bahwa pengasuhan ibu yang kurang baik berpengaruh nyata pada tingkat kenakalan umum dan kriminal, sedangkan pengasuhan ayah yang kurang baik hanya berpengaruh pada kenakalan tingkat umum saja.

Berdasarkan hasil dari output between subject, maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan tes antara jenis kelamin (dibandingan dengan sejenis kelamin), maka:
• Baik kenakalan umum maupun kriminal masing-masing dipengaruhi oleh sifat kepribadian contoh. Secara umum, kenakalan pelajar dengan jenis kenakalan umum dan kriminal berbeda nyata berdasarkan kepribadian contoh. Contoh yang mempunyai sifat yang maskulin dan ekstrovert cenderung untuk berprilaku nakal di banding contoh yang mempunyai sifat feminim dan introvert.
• Baik kenakalan umum maupun kriminal masing-masing dipengaruhi oleh pengasuhan ibunya, pengasuhan ibu yang lebih dilandasi kehangatan dan dukungan akan mempengaruhi penurunan tingkat kenakalan baik umum maupun kriminal dibanding dengan contoh yang mendapatkan perlakuan pengasuhan yang kasar dan keras.
• Jenis kenakalan umum dipengaruhi oleh pengasuhan ayahnya. Perlakuan ayah yang lebih dilandasi kehangatan dan dukungan mempengaruhi penurunan tingkat kenakalan umum dibanding dengan contoh yang mendapatkan perlakuan pengasuhan yang kasar dan keras.
• Baik kenakalan umum maupun kriminal, masing-masing dipengaruhi oleh kualitas hubungan dalam keluarga. Contoh yang mempunyai kualitas hubungan keluarga lebih tinggi (lebih menghasilkan rasa puas dan bahagia) akan mempengaruhi penurunan tingkat kenakalan baik umum maupun kriminal contoh dibandingkan dengan contoh yang mempunyai hubungan dalam keluarga yang kurang baik.
• Baik kenakalan umum dan kriminal, masing-masing dipengaruhi penghargaan diri (esteem). Contoh yang mempunyai tingkat penghargaan diri lebih tinggi, akan terhindar dari perbuatan kenakalan baik umum maupun kriminal dibandingkan dengan contoh yang tidak mampu memberikan penghargaan terhadap diri sendiri.
• Baik kenakalan umum dan kriminal masing-masing dipengaruhi oleh kecerdasan emosi. Contoh yang memiliki kecerdasan emosi yang lebih tinggi akan terhindar dari perbuatan kenakalan baik umum maupun kriminal dibandingkan dengan contoh yang tidak mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi.
• Baik kenakalan umum maupun kriminal, masing-masing dipengaruhi oleh hubungan dengan teman. Contoh yang mempunyai teman dengan kebiasaan perilaku baik dan kurang terikat hubungannya dengan teman justru akan terhindar dari perbuatan kenakalan baik umum maupun kriminal dibandingkan contoh yang memiliki teman berperilaku buruk dan sangat terikat dengan teman.

Perilaku Kenakalan Umum :
Perilaku penyimpangan dari norma yang merugikan diri sendiri, namun masih belum melanggar hukum frontal
Jenis-jenis perilaku kenakalan umum :
- Membolos / terlambat
- Nongkrong di jalan
- Mengganggu teman / orang lewat
- Menyelewengkan uang SPP
- Meroko
- Pesta sampai larut malam
- Menggoda ’cewek-cewek’ atau ’cowok-cowok’ di jalanan.
Biasanya, kenakalan pelaku kenakalan pelajar umum ini didominasi oleh pelajar pria (siswa) tetapi tidak sedikit pula siswi yang melakukan perilaku tidak terpuji tersebut. Meskipun jumlahnya lebih sedikit dari pelajar laki-laki.

Berdasarkan analisis gender, hasil uji statistik menunjukan bahwa kenakalan umum dan kenakalan kriminal serta kenakalan total contoh laki-laki lebih tinggi dari contoh perempuan, selanjutnya, kebiasaan merokok pada contoh dilaporkan hampir semua contoh dengan frekuensi kebiasaan merokok hampir setiap hari. Adapun kebiasaan menggoda lawan jenis di jalanan dilaporkan oleh hampir tiga perempat contoh dengan kebiasan duduk-duduk di pinggir jalan mengganggu orang dan berpesta pora sampai malam hari. Kenakalan umum yang cenderung berpeluang besar terhadap kenakalan kriminal yang dilakukan oleh contoh cukup memprihatinkan dan berhubungan dengan penggunaan media menuju kebebasan sex yaitu nonton VCD porno dan melihat gambar porno yang pernah dilakukan oleh setengah contoh. Kenakalan jenis umum dapat mengarah pada kenakalan jenis kriminal, yaitu menuju pergaulan sex bebas yang tidaak sedikit menjurus pada kasus perkosaan.

Perilaku Kenakalan Kriminal :
Perilaku penyimpangan dari norma dan bahkan melanggar hukum formal yang merugikan diri sendiri, dan merugikan serta menyakiti orang sehingga menimbulkan korban fisik berat kepada orang lain. Kenakalan kriminal menyangkut perbuatan yang ditangkap polisi.
Jenis-jenis perilaku kenakalan kriminal :
- Mengkonsumsi narkoba, minuman keras.
- Memalak atau mencuri
- Berkelahi dan menyakiti orang (Tawuran)
- Melakukan free sex.
- Meminum minuman beralkohol
- Membawa senjata tajam
Biasanya, kenakalan pelaku kenakalan pelajar umum ini didominasi oleh pelajar pria (siswa) tetapi ada pula siswi yang melakukan perilaku tidak terpuji tersebut. Meskipun jumlahnya jauh lebih sedikit dari pelajar laki-laki.
Hasil penelitian menunjukan bahwa beberapa responden mempunyai masalah dalam perilaku sosialnya, khususnya dalam kenakalan kriminal. Kondisi ini cukup mengkhawatirkan karena dapat merugikan bagi dirinya sendiri, sekolah, dan keluarga.

Proses Kenakalan Pelajar
Tiga titik rawan gejala kenakalan pelajar :
1. Terlambat sekolah yang dikarenakan oleh ’Nongkrong’ di jalan dan pergi keluyuran atau sekedar iseng-iseng melakukan sesuatu yang menggangu kelancaran proses belajar, mengajar di sekolah.
2. Menyelewengkan uang SPP untuk membiayai perilaku yang tidak sejalan dengan kegiatan proses belajar dan berbohong kepada orangtua.
3. Merokok yang membutuhkan biaya cukup besar yang diambil dari uang SPP dan kemudian ketagihan untuk merokok setiap hari.
Ketiga perbuatan kenakalan umum ini merupakan pintu gerbang untuk melakukan perbuatan kenakalan yang lebih tinggi.

Proses kenakalan pelajar pun bisa dijelaskan dengan konsep pendekatan ekologi keluarga.
a. Keadaan lingkungan mikro dari keluarga inti yang tidak stabil dah harmonis akan membuat remaja merasa tidak aman dan nyaman, seperti keadaan :
- Pengasuhan anak cenderung kasar dan keras
- Komunikasi dan interaksi dalam keluarga kurang harmonis
- Bonding antar keluarga kurang dekat
- Fungsi keluarga kurang optimal
- Sosial ekonomi keluarga kurang baik
- Tekanan ekonomi keluarga sangat tinggi
b. Keadaan lingkungan meso yang tidak memberikan dukungan dan bantuan baik moril maupun materil, maka akan menyebabkan anak merasa tidak mempunyai arti hidup yang bermakna, mulai merasa kesepian dan hampa.
- Bantuan dan dukungan antar keluarga besar kurang.
c. Keadaan di lingkugan meso yang tidak memfasilitasi dengan baik akan membuat anak semakin stres dan frustasi.
- Fasilitas sekolah kurang memadai
- Rasio kelas dan murid rendah
- Fasilitas olah raga kurang memadai
- Komite sekolah kurang optimal
- Rasio guru dan murid rendah
- Guru BP tidak memadai, tidak punya dana dan fasilitas yang memadai
- Tidak ada ’home visit’ pada siswa bermasalah yang menyebabkan kurangnya koordinasi guru dan orangtua
- Kegiatan BP kurang intensif, hanya parsial dan tidak teratur.
- Guru cepat lelah, kelas ribut, proses KBM terganggu.
d. Dampak dari keterbatasan kemampuan kinerja sistem keluarga dan sistem lingkungan sekolah membuat pelajar semakin stres dan frustasi :
- Pelajar tidak tersalurkan energinya
- Pelajar tidak dapat olah raga dengan bebas dan murah
- Pelajaran ekstrakulikuler tidak memadai karena mahal.
e. Outcome dari pelajar sebagai akibat dari kurang berfungsinya sistem keluarga dan sistem lingkungan sekolah, adalah :
- Pelajar merasa stres
- Pelajar kurang menghargai diri sendiri
- Pelajar berprilaaku agresif
- Pelajar berperilaku kenakalan umum, seperti : Membolos / terlambat, nongkrong di jalan, mengganggu teman / orang lewat, menyelewengkan uang SPP, Meroko.
- Pelajar berperilaku kenakalan kriminal, seperti : Mengonsumsi narkoba, minuma keras, memalak atau mencuri, berkelahi dan menyakiti orang lain, melakukan free sex.
- Akhirnya, nilai pelajaran menjadi rendah

Referensi :
Buku Kenakalan Pelajar, Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.sc.