Jumat, 11 Desember 2009

Enam Tiga Koma Lima

Angka apa itu? Yang jelas, angka itu amat sangat berarti banget buat hidupku baru-baru ini. Angka 63.5 itu memang gak gede, tapi cukup untuk menjadi patokan kelulusan seseorang. Itulah knapa aku menyebutnya sangat berarti. Tapi, angka itu sangat fleksibel n relatif. Tergantung liat dari sudut pandang apa. Misalnya kalau dapet 63,5 di pelajaran kalkulus atau fisika, mungkin itu suatu fakta yang alhamdulilah banget, nilai B di tangan. Tapi alangkah syoknya, saat melihat pengumuman nilai perilkon di mading departemen. U know? Perilkon adalah mata kuliah favoritku, Perilaku konsumen (pelajarannya gabungan antara ilmu ekonomi n psikologi) di mana kita diajarkan memahami perilaku dan karakter konsumen dari dasar hingga pengambilan keputusan mengapa ia membeli suatu produk pilihannya. Yah, pokoknya begitu deh intinya, tak usah kujelaskan lagiii... cukup trauma dengan kenyataan yang ada.
Kamis kemarin itu memang hari yang benar-benar hari, di mana saat praktikum terakhir dasar-dasar komunikasi sangat menyenangkan! Ya ampun, baru kali ini praktikum semenyenangkan itu. Tapi, bukan hanya kesenangan loh yang kami lakukan, kesenangan itu sarat akan makna tentunya. Kita bikin menara dari sedotan, menyusun puzzle dan mencari pasangan kata pribahasa. Menara kami adalah menara paling tinggi. Subhanallah banget deh... pas membangun menaranya bersama. Seruuu, asyik, ketawa-tawa, dengan banyak jarum menusuk2 tangan kita. Semua itu menyenangkan abiss!!! Apalagi asprak-aspraknya yang sangat mengayomi adik-adiknya, baiiiiikkk banget. Dua asprak daskom kami emang pasangan kompak!
Kesenangan itu ternyata harus tertutupi dengan fakta yang kudapatkan saat melihat mading Ikk... JRENG JRENG.... yang lain tuh kepala 7, kepala 8 ada beberapa kepala sembilan, kepala enam bisa dihitung pakai jari. Kepala lima dan empat juga ada beberapa. Tapi saat aku itung kepala enam.... itu aku! Aku termasuk orang di dalamnya, di mana orang lain rata2 kepala delapan. Rata2 yang tinggi. Sumpah! Itu, yang seharusnya aku kuliah daskom, aku memutuskan untuk pulang tanpa dendam. Temen2 ngajak makan, boro-boro selera makan... yang ada pengen makan itu mading departemen.
Sangat kecewa dengan angka 63,5 yang tertera di samping nama indahku... bingung! Kenapa orang2 nilainya bisa tinggi, padahal perasaan pas ngejawab soal sering kuucapkan alhamdulilah... karena apa yang aq plajari kebanyakan keluar. Buku perilkonku yg tebel udah berwarna-warni, tapi kecewa sangat karena hasilnya diluar prediksi.
Gak terima begitu saja, aku bertekad untuk menyelidiki, dengan menyusun rencana melihat kembali berkas lembar jawaban utsku. Aku pengen liat, di mana letak salahnya, kenapa kemaren aku ngisinya begitu yakin! Setidaknya, jika nilaiku memang segitu, aku jadi tau letak kesalahannya, sehingga suatu saat nanti, jika bertemu soal model begituan lagi, gak akan salah jawab lagi. Daripada aku meyakini jawaban yang salah....???
Segala daya dan upaya kutempuh, pertama, menghubungi asprak perilkon. Lima lembar sms curhat beserta penjelasannya kukirim ke mbak asprak. Tapi ternyata beliau tidak memeriksa lembar jawaban mahasiswa sama sekali. Beliau menyebutkan dua dosen pemeriksa. Aku gak stuck di pikiran itu, langsung buka facebook dan mencari dosen yang bersangkutan (kenapa facebook ya?) and akhirnya aku kirim email untuk dosenku, yang isinya :

Assalamu'alaikum

Bu, maaf mengganggu, saya winda dwi gustiana (IKK45) mau tanya Bu, kalau berkas lembar jawaban ujian prilkon nanti dibagikan kpn y Bu? td saya sudah lihat pengumuman nilai perilkon di mading ikk, saya lumayan kaget, Bu, lihat nilai saya yang diluar dugaan, padahal sewaktu mengisi jawaban itu, insya Allah saya yakin dengan jawaban saya, karena Alhamdulillah, apa yang saya pelajari cukup banyak yang keluar di ujian, sehingga saya dengan yakin menjawabnya.. Tapi tadi saya terkejut, melihat nilai saya..

Mungkin jika saya melihat berkas lembar jawabannya saya bisa mengetahui di mana letak kesalahannya dan juga agar jika saya menemukan pertanyaan seperti itu lagi di kemudian hari, saya tidak salah menjawab lagi..
Terima kasih ya Bu, sebelumnya, terima kasih atas perhatian Ibu. Mata Kuliah Perilaku Konsumen adalah mata kuliah favorit saya, jadi saya ingin mengetahui dan belajar terus dari ibu dan dosen-dosen lainnya..

Tapi tak ada jawaban. Untung besoknya temanku ada yang bersedia mengantar menghadap dosen. Untuk memberi makan rasa penasaranku yang kelaparan. Setidaknya jika aku udah tau salahnya di mana, aku terima dengan ikhlas dan lapang dada.
Malam2 dilanda penasaran yang luar biasa. Tapi pasrah pada akhirnya. Ya, Cuma itu yang bisa aku lakukan. Dan juga memperkuat doa tentunya.. saking kepikirannyaa, sampai mimpi ternyata nilaiku 90,00, aku lega bangettt, dan sujud syukur... Cuma petugas penyalin data salah ketik. TAPI SAYANGNYA, aku terbangun dari bunga tidurku yang INDAH.... UAAAA.... Kembali lagi pada gundah gulana itu, resah dan gelisah... Dunia nyata... kadang tak seindah mimpi.
Pada kenyataanya, rencana menghadap dosen hari itu HARUS kulakukan. Beberapa pertanyaan dan pernyataan telah kurangkai untuk menghadap dosen. Aku juga berencana membawa buku dan slide perilkon untuk membuktikan jawaban yang benar, agar jika aku salah, aku lebih mengerti dan terus mengingat jawaban yang benar. MENGINGAT??? Sebenernya itu salah... Harusnya jangan hanya mengingat, tapi memahami (kata dosen Ekum wkt tingkat 1)
Akhirnya pagi itu aku bangun, mandi, wudhu, dan tetap kusisipkan do’a spesial untuk kasus ini. Siap-siap pergi ke kampus dan menghadap dosen. Tiba2, hp-ku bergetar. Aku ikut bergetar saat membaca pesannyaaa....
Yang intinya, permohonan maaf dari pihak pemeriksa yang salah memeriksa lembar jawabanku. Nilai asliku sungguh sangat memuaskan... ya Allah... subhanallah... doaku terkabul, bahkan lebih cepat dari harapan, dan juga lebih baik dari apa yang kuimpikan...
Terima kasih Ya Allah, inilah keajaiban dari kekuatan doa. Yang menjadikan segalanya mungkin....